12"

50 7 0
                                    

"Kau menyukai Seokjin-hyung, ya?"

Kekehan Seokjin menggema di rumah besar penuh kaca itu. "Kau tidak tahu? Kami bahkan sudah pacaran."

.

Telunjuknya mengusak bawah hidung berkali-kali hingga cupid bow memerah. Jungkook tidak percaya, bahkan susah untuk mencerna kenyataan bahwa Seokjin dan salah satu anggota family berpacaran.

Kau tahu?

Seperti dua orang yang saling mencintai?

Tidak terdengar seperti family mengingat cinta di antara mereka adalah obsesi seperti kasus cinta segitiga Taehyung, Jimin, dan Yoongi.

Jadi, apakah Jungkook harus bersyukur atau was-was? Bersyukur karena tameng Seokjin akan semakin tebal dari serangan makhluk buas, atau justru was-was karena Namjoon adalah salah satu dari makhluk buas?

Seperti pisau bermata 2. Jungkook tidak boleh bermain lotre.

Yoongi terlihat lebih aman karena kejelasan sikapnya yang melindungi Seokjin karena menginginkan sesuatu, justru membuat Jungkook lebih mudah mengambil sikap.

"Mau rokok? Ku dengar kau cukup addict." Namjoon mengulurkan sebuah rokok kretek yang diselipkan di ujung jarinya pada Jungkook.

Yang lebih muda mengambilnya tanpa basa-basi. Mengambil korek dan menyalakannya tanpa berucap apapun.

Tebing di belakang rumah Seokjin memang luar biasa indah, namun menakutkan secara bersamaan. Kau bisa melihat birunya lautan dengan suara ombak yang menenangkan, tapi juga bisa melihat badai dipenjuru lautan.

Sekarang musim dingin, angin di atas tebing sebenarnya tidak cukup baik, tapi kedua anak adam itu rupanya cukup betah untuk berlama-lama tanpa berbincang.

"Kami tidak pernah tahu nama keluarga kami. Semuanya memilih nama keluarga sendiri-sendiri. Karena aku dan Taehyung sangat dekat, jadi kami memutuskan untuk menggunakan nama keluarga yang sama."

Jungkook tidak tahu alasan mengapa Namjoon bercerita seperti itu. Tapi ia adalah pendengar yang baik, sehingga mulutnya bergumam, "Lalu?"

"Tidak ada. Hanya saja, mungkin aku sedikit mengerti dirimu. Kehilangan keluarga adalah hal terakhir yang ku bayangkan saat ini."

.

Flashback

"Aku ingin bicara, hyung. Bisakah?"

Jungkook hampir tak sadar diri di sela perawatan lukanya. Tapi ia masih mengerahkan tenaga untuk menarik atensi Hoseok yang hendak meninggalkan ruangan.

Hoseok tidak menjawab, tapi ia memutar tubuhnya. Melihat Jungkook yang bersandar pada headboard dengan dokter yang sibuk membersihkan luka-luka di tubuh berotot itu.

Pria yang dihormati Jungkook itu berdiri diam.

"Kau tahu tentang keluarga ku, bukan?" Hoseok masih diam. Tangannya dimasukkan ke saku, menunggu Jungkook kembali melanjutkan perkatannya. "Park Jimin yang melakukannya."

Sebenarnya Hoseok sudah menduga hal itu, tapi ia masih cukup terkejut.

"Tidak masalah jika kau tidak percaya, aku hanya tidak ingin berdiam diri." Jungkook mengangkat pandangannya ke arah Hoseok. Gurat tekad tergambar di wajah tampan yang penuh luka itu.

Hoseok menghela nafas. "Bagaimana dengan Taehyung? Kau tidak peduli jika dia tidak mempercayaimu?"

Tentu saja Jungkook peduli. Sangat peduli. "Setelah ini, aku tidak ada urusan apapun lagi dengan kalian. Jadi seharusnya tidak masalah."

EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/VKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang