Sekarang Apa?

5 1 0
                                    


Matahari bersinar terik, waktu telah menunjukkan hampir jam 12 siang. Langit begitu biru, bersih tanpa awan. "Hari ini kayaknya bakal cerah nih." Timo tersenyum lebar sambil memasang ransel di bahunya. "Sini, aku bisa bawa kok." Shema berusaha meraih tas ranselnya sendiri yang dibawa oleh Timo. Pria itu hanya menggelengkan kepala dan memberi isyarat pada Shema untuk terus berjalan.

Kedua orang itu telah sampai di stasiun Banyuwangi Baru, tempat perberhentian kereta api jika ingin pergi ke Baluran. Selanjutnya mereka berjalan kaki dan mencari rental penyewaan mobil yang sudah dihubungi oleh Timo beberapa hari yang lalu. Perlu menyewa kendaraan untuk melanjutkan perjalanan karena jarak yang akan ditempuh masih 37 kilometer lagi.

"Capek?" Timo menatap Shema yang ada di sampingnya. "Nggak kok." Jawab Shema singkat.

"Tapi aku perhatiin, tadi di kereta kamu nggak tidur deh." Kata Timo lagi sambil memasang seatbelt. "Aku tidur kok. 2 jam." Gadis itu tersenyum untuk menandakan bahwa dia baik-baik saja. Timo balas tersenyum dan menginjak gas mobil dan mereka pun melaju menuju Taman Nasional Baluran.

"Udah lama ya, kita nggak jalan berdua kayak gini. Kapan ya terakhir kali?" Suara Timo memecahkan keheningan yang ada di antara mereka. Laut terhampar di sisi sebalah kanan mereka. Shema menatap laut biru dan kemudian kepada Timo "Dua tahun yang lalu waktu Nenekku meninggal." Jawab gadis itu. Dia ingat Timo mau mengantarnya ke Muncar, Banyuwangi untuk mengunjungi pemakaman Nenek dari Mamanya. Perjalanan menggunakan mobil yang cukup panjang.

"Maksudku bukan perjalanan yang seperti itu. Tapi bener-bener jalan-jalan buat liburan gitu." Jelas Timo lagi. "Kalau itu, kapan ya?" Shema ikut berpikir. "Masa 8 tahun yang lalu waktu kita ke Baluran sama keluarga kamu?" Timo mulai mengingat-ngingat. Setelah perjalanan di tahun 2011 itu, mereka sibuk mempersiapkan diri untuk masuk ke Universitas dan kemudian tidak memiliki waktu untuk berlibur bersama lagi.

"Ya, 8 tahun yang lalu. Setelah itu kamu liburannya sama pacar-pacar kamu yang tiap tahun ganti itu." Shema mengatakan hal itu tanpa menatap Timo. Pria itu menatapnya sebentar lalu kembali memperhatikan jalan di depannya "Ya, itu kan dulu." Lalu dia terdiam dan melanjutkan "Gila ya aku, kayaknya emang perlu hancur berkali-kali untuk sadar kalau sebenarnya yang aku cari selama ini ada di sampingku." Shema terdiam mendengarnya. Seketika keheningan kembali melingkupi mereka.

"Yang terpenting sekarang, kita cuma mau bersenang-senang dan menikmati liburan ini. Oke?" suara Timo kembali terdengar riang. "Can you give me your smile, princess?" Pria itu merajuk dan membelai kepala Shema. Menatap gadis itu berharap mendapatkan senyum yang diinginkannya. Shema menatap Timo lekat dan tersenyum. Sepertinya dirinya memang perlu tidur. Dua jam bukan waktu yang cukup untuk beristirahat.

"Aku tidur ya, nanti kalau sudah sampai bangunin." Shema mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Punggungnya membelakangi Timo. Dia berusaha untuk terlelap namun ingatannya kembali kepada kejadian satu minggu yang lalu, ketika Timo mengatakan sesuatu yang tidak pernah dia duga.  

Kisah Klasik dan Sebuah Perjalanan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang