23. Ya, aku hamil

11.7K 978 61
                                    


Selamat pagi wkwkwk
Seharusnya aku update mute lagi skrg, tapi kangen sama rasa penasaran kalian dong wkwkw

Sorry kalau bab ini gak sesuai harapan awowkwk

###

Jaemin masuk kedalam ruangan UGD. Dimana Azlyn sedang terbaring diatas sebuah brankar. Mbak Linda yang melihat kedatangan Jaemin, langsung terdiam begitu saja. Berharap lelaki itu tidak mendengar apa yang menjadi perbincangannya dengan dokter tadi.

"Bagaimana keadaan pasien, dok?" Munculnya pertanyaan Jaemin, menjadi tanda kalau memang Jaemin tidak mendengar apa yang dokter dan Linda perbicangkan.

"Dia baik-baik saja, hanya terlalu kelelehan dan juga alergi kerangnya kumat." Linda mengambil alih ucapan Dokter.

"Baik, kalau gitu saya permisi."

Jaemin hendak memanggil dokter tersebut, namun Linda menahan dirinya dengan segera. "Mau kemana kamu?"

"Saya mau tanya dokter itu mbak, Azlyn perlu dirawat dirumah sakit atau gak?" Jawab Jaemin, tatapan penuh kekhawatiran masih dia layangkan. Linda menghela nafas kasar, dia sepertinya penasaran akan lelaki ini.

"Apa mungkin, kamu orangnya?" Gumam Linda, tepat didepan wajah Jaemin.

"Saya kenapa?" Tanya Jaemin dengan sebuah kernyitan didahinya.

"Tidak ada, Kamu pulang saja. Biar saya yang menanti infusnya Azlyn habis."

Jaemin segera menggeleng, "Azlyn adalah teman saya. Biarkan saya yang menjaganya." Linda tak menjawab apa pun setelahnya.

Dia masih tidak menyangka dengan fakta yang baru saja menamparnya. Azlyn hamil, dan sudah tiga bulan? Linda refleks melirik perut Azlyn.

Kalau diperhatikan sekilas memang tidak terlihat buncitnya. Namun ketika Linda berusaha mengamati, perut Azlyn memang membuncit.

Linda gak mengerti, kenapa gadis sepolos dan selugu Azlyn bisa sampai begini?

"Mbak, daritadi telponnya bunyi." Ucapan Jaemin menyadarkannya dari lamunan, segera setelah Jaemin mengatakan itu, Linda bangkit dan menjauh.

Jaemin menggenggam tangan Azlyn. Dia merasa aneh sendiri karena mengkhawatirkan Azlyn. Jaemin terus merasa kalau perasaannya hanya sebatas teman.

"Bangun, gue gak bisa lihat lo kaya gini." Gumam Jaemin.

Tak lama setelah Linda, Jaemin mendapat telpon dari sang Mama. Mau tidak mau Jaemin mengangkat telepon tersebut.

"Ada apa ma?"

"Kamu dimana nak?" Tanya Mamanya balik.

"Lagi dirumah sakit nih."

"Lho, siapa yang sakit?" Mama terdengar khawatir diseberang sana.

"Bukan Jaemin, tapi Azlyn. Dia alergi dan pingsan."

"Astaga, Kebetulan mama lagi ada waktu senggang. Kamu Dimana, biar mama susul."

"Lagi di UGD."

"Oke, tapi setelah ini kamu ke bandara ya, jemput tante Sowon dibandara."

"Iya, ma."

Benar saja tak lama setelah Jaemin dan mamanya saling berbicara melalui telepon. Mamanya sudah berada disini sekarang.

"Azlyn kok bisa sampai pingsan begini?" Tanya Mamanya pada Jaemin.

Linda duduk mengamati kedua orang yang tampak mirip itu. Tidak disangka, Mamanya Jaemin ternyata secantik itu, memang mirip banget sama dia.

"Aku pamit ke bandara dulu, ma." Tukas Jaemin.

Mamanya tersenyum, "Hati-hati, nanti kalau Azlyn sudah bangun, pasti mama langsung kabarin ke kamu." Jaemin mengangguk.

Setelah Jaemin benar-benar menghilang, barulah gadis yang sudah tak gadis lagi itu, sadar dan menatap kearah sekitar dengan perasaan cemas.

"Kamu sudah siuman rupanya." Ucap Mama Jaemin yang kini menggenggam tangan Azlyn.

Senyum pucat dan getir bersatu padu, membuat Linda tampak khawatir ketika Azlyn menjadi lebih kaku dan gugup.

"Lyn, kamu gak apa-apa?" Double sudah rasa cemas Azlyn, ketika Linda juga ada disini.

"Iya, kamu gak apa-apa kan sayang? Jaemin baru aja pergi." Azlyn melebarkan matanya karena terkejut.

"J-jaemin kesini?" Mamanya Jaemin mengangguk.

Habis kamu Azlyn, setelah ini Jaemin mungkin akan membencimu.

***

Azlyn bisa bernafas lega mengetahui Dokter Jihye sudah kembali bertugas. Namun sekarang hanya ada Azlyn dan Linda.

Infus yang ada ditangan Azlyn akan habis. Jadi Azlyn akan bersiap-siap untuk pulang. Sedaritadi, Linda hanya diam melihat Azlyn.

"Mbak, kenapa?" Tanya Azlyn.

Linda mendongak, untuk menatap wajah sendu Azlyn. Dia masih memikirkan untuk bertanya atau tidak padanya.

"Kamu beneran hamil?"

Azlyn menghentikan aktivitasnya. Lalu dengan badan bergetar, menoleh kearah Linda.

"M-maksud mbak apa?"

"Kamu gak bisa bohongin aku lyn, karena Dokter sudah menceritakan semuanya."

Azlyn menghela nafas, "Iya, aku hamil."

"Jaemin, apa dia ayah dari bayi kamu?" Ujar Linda dengan pembawaanya yang tenang.

Azlyn mengangguk ragu. Setidaknya, Mbak Linda dapat dia percaya dan mungkin saja bisa membantunya untuk kedepan.

"Kenapa kamu diam saja? Kenapa kamu tidak meminta pertanggung jawaban darinya?!" Azlyn terkejut bukan main, apalagi setelah Linda seakan kehilangan kesabarannya. Bukankah, Mbak Linda tadi terlihat tenang?

"Rumit." Balas Azlyn melirih.

"Semuanya jadi rumit karena kamu, Azlyn."

Azlyn tersenyum satu sudut, "Ini gak semudah yang mbak, pikirkan." Balas perempuan itu.

"T-tapi..."

"Aku sama dia gak sedekat yang mbak kira. Kami itu dua orang asing, dan meminta pertanggung jawabannya adalah hal gila." Linda menatap Azlyn dengan mata menyipit tajam.

"Kalian melakukannya secara tidak sadar?"

Azlyn menggeleng, "Aku sadar, tapi dia tidak."

Linda mengusap wajahnya kasar, "Jadi rencana kamu, kamu tidak akan membiarkan Jaemin tau keberadaan anak itu?"

Azlyn menggeleng pelan, "Bukan begitu, aku pasti akan mengatakannya tapi tidak sekarang."

Linda menghela nafas lalu menepuk bahu Azlyn pelan, "Baik, keputusan memang ada di kamu. Jangan pernah sungkan untuk minta bantuan pada mbak." Azlyn tersenyum lalu mengangguk.

"Mbak gak akan ember kan? Aku bisa percaya sama mbak masalah ini kan?" Tanya Azlyn dengan raut wajah khawatir.

"Kamu tenang saja, kita sama-sama punya nasib sama lyn. Mbak pasti bantuin kamu." Azlyn tersenyum.

"Terima kasih banyak, mbak."

Azlyn harus menanti infusnya habis baru diperbolehkan pulang oleh dokter. Dia masih memikirkan, kenapa hal ini bisa sampai ketahuan.

"Bertahanlah, sebentar lagi kamu akan ujian nasional kan?" Azlyn mengangguk.

"Bertahan sampai kamu lulus. Setidaknya ada ijazah SMA yang bisa kamu andalkan kedepannya."

Azlyn tersenyum "Mbak tenang aja."

Secret Pregnancy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang