Hari ini terlihat lebih cerah, orang-orang terlihat lebih sibuk dari biasanya. Lik darmin bangun lebih pagi hari ini, mas rahmat sudah berangkat ke puskesmas untuk membeli surat dokter agar bos mengijinkannya bolos hari ini, padahal dia tidak sakit, melainkan rindu dengan atmosfer Lapangan Melati.
Bendera hitam bertuliskan " Edelweis Till I Die" Membentang di teras rumah Iqbal. Toko petasan mulai ramai dijamah orang.
Para Ibu mulai khawatir dengan anak mereka, bagaimana tidak, mereka terlalu sering melihat berita di Televisi tentang kerusuhan suporter bola, namun mereka tidak pernah menanyakan kapan anaknya akan berhenti, bahkan dengan bangga mereka ceritakan anak-anaknya yang lolos dari ricuh beberapa kali ke teman-teman gosipnya.
Matahari mulai meninggi, puluhan orang mulai beranjak dari botol-botol anggur mereka. Semua mulai berjalan menyusuri lorong gelap dan melebur menjadi satu di jalan utama membentuk korteo yang indah.
Semua orang bernyanyi lantang bak pengajian yang sedang merapal doa-doa, orang-orang gila yang merayakan riuhnya sepakbola.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA DI AKAR SEPAKBOLA
General FictionIqbal adalah seorang remaja yang mencintai sepakbola. Ia tinggal di desa edelweis, di sana berdiri sebuah tim yang bernama Edelweis FC, ayah iqbal adalah salah satu punggawa di tim tersebut. Tentu saja Iqbal dan kakaknya selalu mendukung tim terseb...