Kecamatan Mlati menjadi sepi bak kuburan, semua orang Tua, muda, anak-anak bahkan wanita berbondong-bondong menuju stadion, apalagi hari ini hari minggu, panpel bakal untung besar hari ini.
Wasit meniup peluit panjang pertanda sudah waktunya kick-off. Gemuruh tribun selatan bernyanyi lantang bagaikan paduan suara dengan satu capotifo di batas pagar tribun. Hari ini mas Eka menyerahkan megaphone ke tangan Iqbal agar kelak jika ia menikah atau mati ada yang menggantikannya.
"Edelweis, edelweis blessing my homoand"
Orang-orang itu mengikuti panduan Iqbal dan bernyanyi lantang. Pertandingan ini sangat seru bahkan meski tiada gol yang menghiasi hingga di menit akhir Yanto Yudistira striker andalan Edelweis FC mencetak gol di menit dan posisi yang Krusial,
"Terlihat offside namun tidak offside" Bisik-bisik semua pengiat bola di seluruh penjuru tribun mulai terdengar. Tak lama setelah wasit mengesahkan gol ayah Iqbal, para Holligans Buffalo Football Firm (HBFF) melompat dari batas pagar tribun utara mengejar Yanto dengan ekspresi marah mereka. Namun Mas Eka dan beberapa anggota Ultras Edelweis dengan sigap melompat dari batas tribun selatan, sisanya melmpar jumroh dan flare bahkan tak sedikit yang melempar tahu dan botol anggur.
Tak bisa di bayangkan bila Para Ultras itu tidak datang di pertandingan, mungkin Mas Eka dan Iqbal kehilangan Ayah mereka.Dikutip dari kata-kata Tonggosdarurat
"Suporter adalah nyawa ke-12 dari tim sepak bola, daripada para pemain yang dilempari batu, lebih baik kami yang saling lempar dan pertandingan tetap di lanjutkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA DI AKAR SEPAKBOLA
General FictionIqbal adalah seorang remaja yang mencintai sepakbola. Ia tinggal di desa edelweis, di sana berdiri sebuah tim yang bernama Edelweis FC, ayah iqbal adalah salah satu punggawa di tim tersebut. Tentu saja Iqbal dan kakaknya selalu mendukung tim terseb...