siang itu

41 2 0
                                    

Rajendra bangun pagi ini dengan kondisi yang cukup mengerikan, badannya sakit sakit karena kerjaan yang menumpuk. Sudah sebulan lamanya sejak ia menikahi Aceline. Sejauh ini Rajendra perlahan lebih mengenal Aceline, kesimpulannya adalah dia itu gadis yang aneh, ralat sangat amat aneh. Meskipun dia terlihat dingin namun aura kekanakannya sangat terpancar. Apalagi jika ia sedang melakukan hal hal yang diluar nalar manusia pada umumnya. Pernah satu kali Rajendra pulang dan mendapati Aceline tiduran di tangga sambil bernyanyi “Let it go, let it go”. Biarpun gadis itu sangat aneh entah kenapa Rajendra mulai terbiasa dengan kehadirannya.

Ternyata Rajendra salah menilainya. Awalnya ia kira Aceline akan bersikap dingin kepadanya, namun ternyata dia malah terbilang sangat ramah kepadanya. Meskipun memang membutuhkan waktu agar dia terbiasa dengan kehadiran Rajendra dihidupnya. Mereka memiliki kebiasaan untuk sarapan dan makan malam bersama. Disaat sarapan seringkali Aceline memberitahu jadwalnya hari itu agar Rajendra tidak khawatir menunggunya jika ia pulang malam. Aceline juga diberikan mobil dan supir agar tidak perlu bersusah payah untuk naik angkutan umum. Perjalanan dari rumah Rajendra ke kampus Aceline membutuhkan waktu sekitar empat puluh sampai lima puluh menit. 

Terkadang jika Aceline ada kelas siang, setelah sarapan dia kembali ke kamarnya untuk tidur. Rajendra kadang suka memperhatikan jam tidur Aceline. Biasanya kalau Aceline sedang begadang ia memiliki kebiasaan untuk memutar lagu dan beberapa kali bolak balik ke dapur untuk mengambil minum. Sejauh yang Rajendra tau Aceline mendapatkan uang sendiri dari hasil kerjanya. Aceline suka fotografi dan biasanya Acel menjual di situs yang cukup terkenal. Diluar itu Acel nyambi sebagai content creator di sebuah perusahaan startup milik temannya. Meskipun sebenarnya sekarang tanpa harus bekerja Rajendra sudah bisa memenuhi kebutuhan Acel, ia menolaknya dengan alasan ia ingin menyelesaikan perkuliahan dengan usahanya sendiri. Rajendra yang mengetahui sikap keras kepalanya Acel hanya dapat mengiyakan keinginannya. Namun Rajendra ingin Acel tidak sungkan jika ada kebutuhan yang bisa Rajendra bantu untuk penuhi.

“Bang Dyl, ko kamu keliatan lemes?”

“Hah? Ohh iya aku kayanya kurang tidur El”

Mereka memutuskan untuk memanggil satu sama lain dengan nama tengah kami. Acel yang mengajukan ide ini, biar beda katanya. Mendengar Rajendra yang sedang sakit muka Acel tampak khawatir. Acel memberanikan diri untuk menyentuh dahi Rajendra karena ingin mengecek suhu tubuhnya. Meskipun mereka sudah terbiasa dengan satu sama lain, sejauh ini mereka sangat jarang memiliki kontak fisik. 

“Aku hari ini gaada kelas, katanya dosen lagi sakit. Tugas aku juga udah selesai jadi hari ini aku nemenin Bang Dydyl aja yaa”

“Hmm aku juga hari ini ga ngantor dulu El, kayanya gaakan kuat kalo ngantor lagi kaya gini”

Acel terlihat setuju karena ia sekarang mengangguk. Setelah makan mereka kembali ke kamar masing masing. Acel masuk ke kamarnya untuk mengambil bye bye fever miliknya. Memang hobi Acel adalah menyimpan obat, karena Acel termasuk cukup sering sakit Acel membiasakan diri untuk menyediakan obat agar saat sakit ia tidak kebingungan. Setelah sudah mengambil dan membuatkan teh manis panas Acel mengetuk pintu kamar Rajendra. Ini pertama kalinya dia memasuki kamar Rajendra. Luas kamarnya sama dengan miliknya, yang membedakan adalah nuansa kamar Rajendra terlihat lebih maskulin dibanding miliknya. 

Rajendra melihat Acel memasuki kamarnya membawa gelas yang ia yakin berisikan teh dan sebuah bungkusan. Sebenarnya Rajendra tidak sesakit itu sampai harus dirawat namun biarlah ia menikmati masa masa ini. Acel terlihat linglung dan gerakannya kaku, akhirnya Rajendra menyuruhnya untuk duduk dipinggir kasurnya. Acel menurutinya dan meminta izin untuk memakaikan bye bye fever di keningnya. Katanya ini dapat membantu untuk menurunkan panasnya “Kamu pake ini biar cepet turun panasnya ya Bang”.

“Mau aku temenin apa aku tinggal?”

“Temenin aja deh aku cukup kesepian disini”

Acel mengangguk dan mengubah posisi menjadi sepenuhnya duduk di kasur. Rajendra meminta izin untuk mengecek emailnya sebentar. Hanya selang lima belas menit Acel malah tertidur pulang disampingnya. Sekarang Rajendra tau kebiasaan baru Acel, anak ini mudah tidur. Rajendra memutuskan untuk tidur disampingnya.

Dua jam kemudian.

Acel terbangun dengan posisi tiduran di lengan Rajendra yang masih tertidur. Namun ketika ia ingin bangun Acel tersadar Rajendra memeluknya. Astaga seumur hidupnya baru kali ini Acel sedekat ini dengan seorang pria dan pria itu adalah Rajendra, suaminya. Namun Acel membiarkan dirinya dalam posisi tersebut, kapan lagi ia bisa sedekat ini dengan seorang pria. Acel mulai memperhatikan wajah suaminya itu, ia memiliki rambut yang ikal serta hidung yang mancung. Sebelumnya Acel tidak memperhatikan hal itu, namun Acel sadar suaminya ini memiliki wajah yang tampan. Coba saja Rajendra lebih ramah kepadanya, meskipun sejauh ini Acel tau Rajendra cukup perhatian kepadanya. Buktinya karena tau Acel menyukai teh, kopi, pisang dan coklat di rumah itu langsung ada berbagai jenis makanan dan minuman yang disukai Acel. 

Sejauh ini Acel mensyukuri keputusannya untuk bersedia menikah dengan Rajendra. Banyak hal baik yang ia rasakan seperti contohnya sekarang, ternyata Acel dapat bersentuhan dengan Rajendra. Padahal Acel biasanya takut untuk bersentuhan dengan orang lain baik itu perempuan atau laki laki. Acel sempat datang untuk konseling dengan psikolog-nya, kemungkinan besar hal itu diakibatkan oleh pengalaman Acel yang dipukuli oleh lelaki itu. Acel jadi takut ketika ada orang yang ingin menyentuhnya karena selalu berpikir sentuhan mereka akan menyakiti Acel. Selain banyak luka ditubuhnya yang ternyata sulit untuk dihilangkan ternyata di dalam dirinya banyak juga luka yang belum disembuhkan.
Sebentar lagi ada acara di kampus Acel, karena ini tahun terakhirnya Acel tidak mendaftarkan diri menjadi panitia lagi seperti tahun tahun sebelumnya. Tentu saja karena jadwalnya yang padat, namun Acel sangat ingin datang ke acara penutupan itu karena ada Sheila on 7. Acel harus izin ke Rajendra untuk menghadiri acara itu, biasanya Acel tidak perlu izin karena kosan dan kampusnya berdekatan, sayangnya sekarang ia tinggal bersama suaminya jadi Acel tidak bisa seenaknya lagi. Karena hari ini hari rabu berarti acaranya tinggal tiga hari lagi. Acel sudah menghafalkan lagu lagu SO7 dari kemarin. Meskipun sebenarnya Acel sangat cemas jika berada di keramaian, kali ini adalah pengecualian. Menonton konser adalah hal yang sangat disukainya, Acel hampir selalu datang ke konser yang diadakan di kotanya, tentu dengan syarat Acel menyukai yang tampil.

Biasanya Acel datang bersama dengan temannya ketika menonton. Sayangnya kali ini Acel harus datang sendirian, sebenarnya temannya datang juga tapi mereka membawa pasangan masing masing. Acel harus memberanikan diri untuk datang ke konser itu sendirian.

“Kamu mikir apa Elvina”, mendengar suara Rajendra kesadaran Acel kembali. Ia tidak tau sudah berapa lama Rajendra bangun dan memperhatikannya, namun satu yang pasti Acel yakin mukanya memerah saat ini. 

“Bang Dyl aku mau nonton pensi kampus sabtu ini, aku bareng sama temen temenku dan pasangan mereka”

“Kamu sendirian?”, Acel membalas dengan anggukan. Rajendra kemudian mengarahkan tangannya dan membenarkan rambut Acel. 

“Nanti aku temenin”, Rajendra mengatakan itu sambil memeluk Acel lebih erat dan sepertinya ia kembali tertidur meninggalkan Acel yang bingung untuk beraksi seperti apa. Acel memang tidak mengerti bagaimana rasanya jatuh cinta. Namun yang pasti saat ini Rajendra berhasil membuat pipi Acel memerah dan terdiam. Oh Tuhan kuatkan jantungku, doa Acel siang itu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

soulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang