Tersebut kisah di sebuah kerajaan makmur di pinggir sungai terbesar di seluruh pulau, hiduplah pangeran tampan dan pintar, Lee Donghyuck namanya. Dengan kebajikan, kepintaran, dan hatinya yang selembut sutra—ia pun diangkat untuk dilatih menjadi dewa langit di usianya yang baru menginjak umur 18 tahun. Karena masih begitu belia, sang permaisuri ratu, ibunda Donghyuck, berdoa selama 7 hari 7 malam kepada dewa besar agar salah satu dari penjaga Donghyuck sedari lahir dapat pergi juga menemani pangeran tersebut bertugas di atas sana. Maka atas kegigihan doa sang ibu tersebut, sang dewa pun mengabulkan permintaan sang permaisuri. Lalu naiklah Lee Minhyung, pengawal Donghyuck, ke atas langit menemani Donghyuck.
Dengan kepintaran dan pengetahuan berlebihnya akan seluruh isi dunia dan filosofi kehidupan manusia, Donghyuck pun diangkat menjadi dewa penuntun arwah. Suatu kehormatan bagi Donghyuck untuk menepati salah satu posisi dari '3 dewa penyangga dunia; kelahiran, kehidupan, dan kematian'. Bersama dengan tangan kanannya, Minhyung, Donghyuck selalu berhasil menjalankan tugas dengan baik, tak lupa juga ia terus membagi ilmu kepada Minhyung hingga sang pengawal pun mendapatkan pengetahuan ilhamiah yang hanpir setara dengan dirinya. Dengan kegigihan dan kerja kerasnya tersebut, akhirnya Donghyuck menjadi dewa kematian di kehidupan ilhamiahnya yang ke 30 tahun (dalam hitungan kehidupan manusia, usia Donghyuck masih menginjak 23 tahun saat itu). Ia memerintah alam bawah dengan bijaksana, selalu adil dan merangkul setiap bawahannya.
Hingga suatu kejadian terjadi, kerajaan Donghyuck sedang diujung tanduk, cucu buyutnya—keturunan dari adiknya—yang kini sedang memerintah, tengah terbaring sekarat karena tusukan pedang akibat pertempuran melawan kerajaan utara yang hendak merebut teritori kerajaan Donghyuck yang subur. Dengan cepat Donghyuck turun ke bawah menemui cucunya, menemani raja tersebut dalam situasi sekarat. Hingga akhirnya Donghyuck terbesitkan suatu pemikiran yang bisa membuat kerajaannya kembali bangkit dan jaya kembali—ia akan menambah usia cucunya sebanyak 50 tahun, Donghyuck rela memberikan hak tersebut karena cucunya adalah pribadi yang pinta, bijaksana, dan berilmukan ilhamiah, maka dengan begitulah Donghyuck berpikir cucunya lah orang yang tepat untuk memimpin serta membangun kerajaan. Dengan kuasanya, Donghyuck menambah usia cucunya tersebut sehingga sang raja tak jadi menjemput ajal dan dapat hidup seperti sedia kala kembali.
Namun sedikit yang Donghyuck ketahui, resiko terhadap tindakannya amatlah besar dan berbahaya. Menjual nyawa terhadap manusia biasa adalah tindakan yang amat tercela, juga tanpa Donghyuck sadari, 20 tahun setelah penjualan jiwa tersebut, cucunya tidak menjadi raja yang bijak seperti yang Donghyuck harapkan. Raja itu malah menjadi raja yang bengis dan keji, yang membawa seluruh penderitaan di setiap langkahnya. Karena itulah Tuan Besar pun murka akan tindakan Dewa Kematian. Dewa Kematian Lee Donghyuck akhirnya dibuang ke dunia manusia dengan label 'arwah yang dikutuk alam, yang tidak akan bereinkarnasi bahkan selama 3000 tahun lamanya'. Dengan itulah Donghyuck pergi meninggalkan semuanya, termasuk tangan kanananya yang kini telah naik derajat menjadi seorang dewa, teman masa kecilnya yang selalu berharap agar ia kembali, cinta pertamanya yang selalu ada di sisinya sampai kapan pun—Lee Minhyung.
epilog tamat
aaaah! akhirnya aku bisa menyelesaikan satu book lagi!^^ terimakasih yang sudah membaca. stay safe and mind to votement?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] if i could see you again; Markhyuck
Fanfictionsuatu malam Haechan didatangi sesosok pria aneh yang terus membunyikan lonceng di balkon kamar asramanya Markhyuck bxb Horor, fantasy