part 1

5K 538 117
                                    

Sebelumnya AU ini pernah aku upload di-write.as kemudian di publikasikan oleh akun project. Jika berminat silahkan berkunjung ke akun tersebut, banyak fanfiksi bagus yang bisa kalian baca!^^ enjoy ❤️

TW// 4k words

                                                                        ---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                                                        ---

Triing!

Bunyi nyaring alarm membangunkan tidur lelap Haechan. Ia dengan gerakan lambat menyambar handphone-nya lalu mematikan sumber suara tersebut. Menguap kemudian terduduk sebentar, ia mengumpulkan nyawa lalu menatap ke arah jendela yang sudah menampakkan semburat jingga—hari sudah sore.

Perjalanan 5 jam dari rumahnya menuju asrama benar-benar membuat tubuh Haechan lelah, ia yang siang tadi sampai di kamar asramanya langsung tertidur pulas tanpa mandi, tanpa makan, tanpa menyusun barang-barangnya, bahkan tanpa mengabari orangtuanya bahwa ia telah sampai di asrama. Dan kini setelah tertidur pulas selama—ia bahkan tidak tau ia tidur berapa lama—Haechan mulai berjalan keluar kamar berniat mandi, kemudian makan, lalu dilanjutkan dengan sesi mengemasi barang-barangnya yang masih ada di dalam ransel besarnya.

Haechan terdiam ketika mendapati ruang tengah yang tadinya berantakan oleh barang bawannya kini telah rapi menyisakan ransel besar yang tampak loyo karena tak berisi lagi di sudut sofa. Ia melirik ke dalam kamar lalu tersenyum ketika melihat deretan kemejanya telah tergantung sempurna di gantungan baju, ah, tentu saja Na Jaemin teman sekamarnya telah pulang dan menyusun semua barang bawannya itu. Jaemin walaupun menyebalkan dan selalu membuat Haechan naik darah, tetapi lelaki itu selalu menjaga Haechan dengan sangat baik, Haechan selalu berterimakasih dengan sifat Jaemin yang satu ini karena Haechan adalah anak yang sangat tidak peduli dengan dirinya maupun lingkungannya sehingga ia butuh orang lain untuk selalu mengingatkan dirinya agar kehidupannya berjalan lancar—atau lebih baik kita sebut saja Haechan itu pemalas.

Karena tidak mendapati keberadaan Jaemin, Haechan pun beramsumsi bahwa si anak olimpiade matematika itu kini tengah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tambahannya di gedung sekolah—ugh! Bagaimana bisa Jaemin bertahan mempelajari matematika hampir 70 jam dalam seminggu, jika itu adalah Haechan jelas Haechan telah mati gila!—lalu Haechan melangkah santai menyambar handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Hanya ada suara air shower dan Haechan yang bersenandung kecil di kamar mandi itu. Suasana luar begitu hening sehingga Haechan dapat dengan jelas mendengar suara pintu yang didorong menyamping. Ia menganggukkan kepalanya wajar, sepertinya Jaemin sudah pulang. Namun, setelah Haechan keluar dari kamar mandi dan memindai sekitar kamar asramanya, ia tidak dapat menemukan keberadaan Jaemin sama sekali. Ia dengan cepat berjalan menuju pintu balkon yang terbuka sedikit—ah iya! Tadi ketika mandi Haechan mendengar suara pintu yang digeser, di rumah ini hanya ada satu pintu yang menggunakan sistem geser dan itu adalah pintu balkon kamar asrama mereka, sepertinya Jaemin sedang berada di balkon sekarang. 

[✓] if i could see you again; MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang