"hey hey apa dia sudah bangun?"
Seruan nyaring tersebut mengejutkan Minhyung yang tengah membaca buku di sudut ruangan. Ia memicing ke samping menatap Yunoh—yang berteriak tadi—dengan tajam. Ini sudah ke-empat kalinya pria itu berseru keras bertanya apakah Haechan, yang tadi Minhyung gendong masuk ke dalam bilik dengan keadaan tertidur, sudah bangun apa belum. Hal itu terus membuat Minhyung terkejut dan tersentak karena ia juga menantikan bangunnya lelaki tersebut.
"Jangan berisik dia terti—"
"Jaemin?"
Lirihan kecil dan serak itu membuat Minhyung menutup bukunya cepat lalu meringsut mendekati Yunoh yang tengah menopang tubuh lemas Haechan.
"Kau sudah bangun," ucap Minhyung tenang ketika ia sudah duduk bersimpuh di depan Haechan. Ia dengan cepat menopang badan Haechan, lalu menatap tajam Yunoh—yang mana lelaki berlesung pipi itu langsung melepaskan tangannya dari badan Haechan.
Minhyung menatap dengan seksama Haechan yang masih tampak sangat bingung sambil menatap sekitar. Ia tersenyum. Sepertinya Haechan benar-benar bingung.
"Aku Minhyung, Haechan," ucap Minhyung tenang.
Mata Haechan yang tadi berkeliling memindai sekitar akhirnya jatuh menatap Minhyung bingung. "Minhyung?"
"Sepertinya Minhyung yang tampan ini telah dilupakan," kekeh Yunoh mengejek Minhyung.
Minhyung memutar bola matanya malas mendengar ejekan Yunoh. Ia kembali menatap netra Haechan yang sepertinya berusaha mengingat dirinya siapa.
Wajar bagi Haechan untuk melupakannya. Jiwa nya masih begitu bingung untuk mencerna semua hal yang telah terjadi. Pasti hal yang telah mereka lalui bersama kemarin itu hanya dia anggap sebagai mimpi.
"Minhyung... kau bukan mimpi...?"
Dengan tawa ringannya Minhyung menggeleng. Ia benar akan prasangka dirinya terhadap Haechan, Haechan hanya menganggap dirinya yang kemarin sebagai mimpi.
"Bagaimana bisa?!" Haechan memelototkan matanya menatap takjub. "Minhyung keren. Jadi ini bukan mimpi?" Tanyanya antusias.
"Bukan, Haechan,"
"Minhyung aku mau berke—"
"Tuan, makan siang nya telah siap," seruan riang Haechan terhenti ketika pelayan dengan sopan masuk lalu menginterupsi mereka.
Minhyung menoleh ke belakang lalu mengangguk ke arah pelayan. "Baiklah, aku akan ke sana. Dan juga antar makanan ke sini untuk dia," ujar Minhyung menunjuk Haechan dengan ujung dagunya.
Pelayan wanita paruh baya itu membungkuk lalu keluar perlahan.
"Aku permisi makan siang dulu dengan Yunoh, nanti aku ke sini lagi. Kau istirahatlah dulu," pesan Minhyung sambil menuntun badan Haechan untuk berbaring.
Namun tidak seperti yang Minhyung harapkan, Haechan malah memberontak dengan mendorong tangan Minhyung menjauh. "Aku bosan!" Sebalnya. "Aku ingin keluar!"
Minhyung menatap Haechan cemas, sedangkan Yunoh di belakang hanya terkekeh pelan. "Kau baru saja bangun tidur,"
"Kalau begitu tidak ada gunanya aku untuk tidur lagi!" Berontak Haechan. Kini ia menaikkan badannya untuk berdiri. Minhyung hanya mendesah malas lalu juga ikut berdiri di samping Haechan.
"Kau ingin ke mana?" Tanya Minhyung.
Haechan menatap pintu kayu seakan berpikir lalu tersenyum lebar. "Taman bunga! Aku ingin ke taman bunga!"
Dan Minhyung pun langsung menarik Haechan keluar bilik. Sebelum mereka benar-benar keluar dari bilik tersebut, Yunoh berujar mengejek kepada Minhyung.
"Semangat kencannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] if i could see you again; Markhyuck
Fanfictionsuatu malam Haechan didatangi sesosok pria aneh yang terus membunyikan lonceng di balkon kamar asramanya Markhyuck bxb Horor, fantasy