Prolog :
"Pemimpin kita adalah pemimpin yang lemah!"
Siryuu digadang-gadang sebagai manusia paling beruntung karena memiliki banyak orang-orang kuat di sampingnya. Namun ia memiliki satu rahasia tersembunyi yang tidak bisa ia ungkapkan kepada siapapun.
Ini adalah wattpad pertamaku sejak aku mengenal wattpad itu sendiri, makanya aku fokusin nyelesain nih wattpad dulu :)
Tambahan baru: Ini adalah versi revisi dari wattpad lama. Jadi jika menemukan kesamaan itu karena ini adalah versi revisi, versi lama sudah aku hapus.
Chapter 1:
Aroma secangkir teh memenuhi satu ruangan, teh dengan rasa cenderung pahit itu katanya dibeli sebagai oleh-oleh setelah beberapa hari sahabatnya pergi ke luar kota. Rasanya kuat, asam, dan agak pahit, Adith telah meminum beberapakali sejak mendapatinya 2 hari lalu. Ini sesuai dengan seleranya.
Dia menjadi sibuk meracik teh ketika menjelang malam karena sangat menantikan momen tenang di waktu-waktu tersebut. Suara kendaraan yang tak mau mereda, nuansa sore menuju malam, lalu suara bising berita yang tersalur dari televisinya menjadi melodi yang menyegarkan. Apalagi hari ini adalah hari Sabtu, sekolah tutup, dan dia punya kesempatan melakukan me time di apartemen pemberian sahabatnya.
Pemuda itu menaikkan volume televisi, kabar news petang menyajikan berita terbaru mereka dengan laksana, kadang kabar buruk, tak jarang kabar baik, kadang juga malah menyajikan seputar tips kehidupan. Adith sangat menyukai apapun yang mereka sajikan. Tidak buruk walaupun berita yang mereka sajikan tak elak dari kabar buruk.
Kali ini ada berita mengenai kepulangan putra konglomerat dari perjalanan panjangannya, pemuda itu melihat televisi yang terletak di ruang tamu dari ujung matanya, berita yang cukup menyebalkan. Tapi dia tidak mengganti saluran televisi karena terlanjur suka dengan acara mereka, dia pun mendengus seraya menunggu kabar itu lewat.
Pemuda itu mengalihkan pandangannya pada air panas yang mulai mengeluarkan gelembung air, setelah ditunggu agak lama, gelembung airnya semakin banyak. Adith segera mematikan kompor dan menuangkan air panas itu ke teko teh perlahan-lahan, setelahnya dia membawa teko teh lengkap dengan cangkirnya ke ruang tamu yang tepat berada di depan dapur bernuansa minimalis itu, untungnya berita telah berganti ke ranah lain ketika tehnya telah siap.
Mungkin agak canggung, namun sebagai orang yang mengenal betul putra tunggal kolongmerat itu, Adith jadi merasa tidak nyaman ketika mendengar berita apapun tentangnya. Media yang haus kejadian terbaru itu sangat menyebalkan. Bahkan kisah sekecil apapun tentang sang putra konglomerat bisa anda temui semudah itu.
"Terkenal sekali dia, kapan sih dirinya bisa menjadi orang biasa saja gituloh." Celetuknya agak kesal, walaupun dia tahu hal demikian mustahil terjadi.
Adith bertemu 'putra konglomerat' tersebut ketika menginjak Sekolah Dasar, saat itu Adith mana tahu kalau anak sombong dan pendiam yang duduk sebangku dengannya adalah orang penting. Lagipula, siapapun juga tak akan berfikiran panjang saat anda menemui murid yang bersekolah di pedesaan, jelas yang sekolah disana hanya anak pedesaan juga bukan? Anak kota mana yang mau bersekolah di sekolah negeri pedesaan kecuali mereka telah kehilangan akal mereka.
Diskriminasi perbedaan kualitas pendidikan antara desa dan kota saja terlihat jelas sejak 10 tahun lalu tanpa perubahan berarti, orang tua yang bijak akan lebih memilih bekerja sampai penat agar anak mereka bersekolah di sekolah perkotaan dan suatu hari nanti menjadi orang sukses.
Mau bagaimanapun, tanpa disangka 'putra konglomerat' yang memiliki puluhan koneksi untuk masa depannya telah memilih untuk bersekolah di pedesaan yang cukup udik. Anda sampai bisa menemukan banyak sekali petani dan gembala kambing disini, mengingat daerahnya memang dekat dengan pegunungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SEDANG REVISI] The weakest leader
FantasyAdith, seorang pembaca novel biasa tiba-tiba terbangun dalam novel yang baru saja dibacanya. Terbangun sebagai Siryuu Arlgert, tokoh paling lemah, kini ia harus menyusun beribu rencana untuk bertahan hidup. Sebelum si pemeran utama, Ian. Datang dan...