Awal Dari Kisah

1.3K 149 11
                                    

Seteguk teh manis dingin sudah berhasil meluncur bebas di kerongkongan Lisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seteguk teh manis dingin sudah berhasil meluncur bebas di kerongkongan Lisa. Anak kecil dengan pipi tembam sewarna merah apel itu mengusap keringat di dahinya sambil mengipasi diri dengan majalah lama milik ibu. Membantu ibu menyiram tanaman ketika musim panas itu ternyata ide yang buruk mengingat seberapa menyengatnya matahari pagi ini. Tapi, demi melancarkan modusnya dalam meminta boneka barbie baru pada ibunya, Lisa rela deh kalau harus kepanasan terus-menerus.

Matanya yang semula masih terfokus pada sang ibu yang masih asyik menyirami bunga-bunga kesayangannya itu langsung teralihkan kala sebuah truk besar juga mobil berwarna hitam tiba-tiba saja berhenti tepat di depan rumah yang berseberangan dengan rumah Lisa. Anak kecil itu jelas merasa penasaran, tapi rasa malas yang mendominasi membuatnya lebih memilih untuk duduk diam saja.

Orang-orang mulai sibuk memasukkan barang ke dalam rumah bertingkat dua itu. Seingat Lisa rumah di seberang itu milik seorang nenek baik hati pengemar kucing yang telah meninggal dua minggu yang lalu. Lantas, orang-orang itu siapa?. Penghuni baru?.

"Oh, sepertinya rumah milik Nenek Kang sudah ada yang beli yah?" itu ibu yang berbicara, ikut memandang kearah orang-orang yang sibuk memindah-mindahkan barang. Rasanya Lisa jadi kasihan pada orang-orang itu, mereka harus bekerja di tengah teriknya matahari apalagi barang yang di bawa tak seringan berat badan Lisa.

"Nanti kita berkunjung ke sana yah, siapa tahu ada anak seumuran Lisa"

Mata Lisa mendadak berbinar, apa itu artinya teman baru, "Ibu, ayo buatkan kue coklat untuk tetangga baru. Tapi, diberikannya setengah saja yah"

"Loh, kenapa hanya di berikan setengahnya saja?"

"Setengahnya lagi untuk Lisa, nyum-nyum" ucap Lisa sambil berpura-pura seolah di tangannya terdapat kue coklat yang tengah ia makan, sang ibu terkekeh pelan melihat tingkah lucu putrinya itu.

"Sudah yuk, masuk, di sini panas. Lisa langsung mandi yah, tuh keringatnya banyak sekali, bau masam" ucap ibu sambil mencapit hidungnya.

Lisa mencium ketiaknya sendiri, ia mengeleng-gelengkan kepalanya, "Tidak bau masam tuh, malah wangi. Mungkin ibu yang berbau masam"

Sang ibu pun ikut mencium ketiaknya sendiri, "Ah, tidak kok. Sudah-sudah mengapa jadi bahas bau ketiak sih?. Ayo masuk" ucap Ibu sambil melepaskan boat hijaunya dan masuk ke dalam rumah di susul oleh Lisa.

_

Wangi dari kue yang baru saja di angkat dari oven membuat Lisa dengan cepat berlari ke arah dapur, membiarkan sang ayah yang sedaritadi menemaninya menonton bus berwarna biru juga kawan-kawannya itu untuk menguasai remote dan merubah saluran TV ke tayangan berita. Lisa melompat-lompat, mencoba melihat hasil mahakarya ibunya itu. Rasanya sudah tak sabar ingin melahap kue coklat yang baunya saja sudah mampu membuat air liur Lisa menetes.

Sang ibu menatap pada Lisa dan terkekeh pelan melihat tingkah putri sematawayangnya itu yang sudah persis seperti katak. Ia pun dengan hati-hati mengendong tubuh Lisa dan mendudukan anak itu di kursi tinggi. Ia lalu mulai sibuk membungkus kue coklat itu, sementara Lisa asyik berpangku tangan dengan mata yang berkilat-kilat senang kearah kue coklat itu.

"Yang punya Lisa nanti ibu buatkan lagi, ini untuk tetangga baru" ucap ibu sambil mencolek hidung Lisa yang menyebabkan anak itu terkekeh pelan.

Bunyi bel yang berasal dari arah depan pintu membuat keduanya sama-sama menoleh. Ayah dengan malas bangkit dari duduknya sambil menguap lebar, biasanya kalau mataharinya sudah seterang ini ayah Lisa itu selalu tidur siang. Lisa sih ogah bahkan anti dengan yang namanya tidur siang, yah meskipun ujung-ujungnya ia akan ikut tidur siang juga karena kalau tidak bisa-bisa ibu memiliki tujuh tanduk di kepalanya. Hiiiii, seram kan?.

"Sayang, Lisa, sini ada tetangga baru yang datang"

Lisa dan sang ibu saling pandang. Lisa dengan segera mencoba turun sementara sang ibu buru-buru merapihkan bungkus kue coklatnya. Keduanya pun dengan segera berjalan kearah ruang tamu di mana di sana sudah terdapat dua orang pasangan juga seorang anak perempuan yang menunduk malu-malu dan tentu saja ayah Lisa.

Ketiganya langsung bangkit berdiri, membungkuk hormat pada keluarga Lisa, "Hallo, kami keluarga Kim baru saja pindah ke rumah di seberang. Semoga kita dapat menjadi tetangga yang baik" ucap pria dengan wajah tampan juga t-shirt berwarna coklat yang melekat pas di tubuhnya yang sepertinya sering di bawa ke tempat fitness itu. Berbeda dengan ayah Lisa yang memiliki perut bulat juga tubuh yang berisi, tapi tak apa kok, Ayah Lisa itu jadi peluk-able sekali dengan perut teddy bearnya.

"Nama saya Kim Junghwa, ini istri saya Kim Haneul dan anak sematawayang saya Kim Jennie" ucap Junghwa sambil tersenyum.

"Ah perkenalkan say-"

"Hallo, namaku Choi Lisa, namamu siapa?" belum sempat sang ayah menyelesaikan ucapannya Lisa yang sedari tadi tak dapat melepaskan pandangannya dari sosok Jennie yang menunduk pun memotong sambil mengulurkan tangannya pada Jennie yang mendadak menjadi kikuk.

"K-kim Jennie" ucap Jennie malu-malu sambil mengapai tangan Lisa, menjabatnya pelan.

"Mau jadi temanku tidak?" Tanya Lisa dengan binar antusias.

Jennie memandang kepada kedua orang tuanya yang tersenyum teduh kemudia kembali menatap pada Lisa yang kelihatan sangat bersemangat itu, "M-mau"

"Kalau begitu, paman dan bibi Kim izin culik anaknya yah" ucap Lisa langsung menarik tangan Jennie menuju ruang bermainnya. Akhirnya setelah sekian lama ia bisa juga memiliki tetangga yang seumuran dengannya. Ah, senang sekali pokoknya

"Jadi sekarang sudah ingat kan dengan pertemuan pertama kita?" Jennie menolehkan kepalanya pada sosok yang dahulu dengan tidak tahu malunya menariknya menjauhi kedua orang tuanya. Sosok yang sekarang telah bertransformasi menjadi gadis popular di Sekolah, ya meskipun di mata Jennie gadis itu masih sama tidak tahu malunya seperti dulu.

Gadis itu berpangku tangan, menyesap ice americanonya sambil mengangguk-anggukan kepalanya, "Ingat kok ingat. Mana mungkin aku melupakan anak aneh yang main menculikku tiba-tiba"

Lisa mendecak sebal, melemparkan tissue yang sudah tak berbentuk ke arah Jennie, "Heh, jaraknya hanya beberapa meter tahu itu bukan penculikan. Lagipula di sore hari aku mengembalikanmu ke habitatmu kan?"

"Tapi, aku tak menyangka persahabatan kita bisa terjalin sampai di SMA"

Lisa tersenyum cerah, merangkul sahabatnya itu dengan erat, "Karena kita soulmate"

Jennie terkekeh pelan, menoyor dahi Lisa, "Iya-iya, kau soulmate-ku" balasnya tulus.

Yes or no?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yes or no?

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang