Kisah 10

390 60 7
                                    

Pagi-pagi sekali, bahkan sebelum semua orang terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali, bahkan sebelum semua orang terbangun. Jennie dan Lisa sudah berangkat menggunakan taksi menuju terminal bus. Saat ini keduanya tengah menunggu keberangkatan bus pertama menuju Busan, malam tadi tanpa pikir panjang Lisa langsung menyetujui ajakan Jennie untuk pergi ke Pantai. Lagipula, ini hari Sabtu dan ia sangat membutuhkan sedikit liburan guna menghilangkan penatnya akan tugas-tugas sekolah yang tiap harinya makin menggila dan tidak berperikemanusiaan.

Lisa menguap lebar, rasa kantuk jelas masih menguasai gadis itu. Ia mengusap sedikit air mata yang keluar dari sudut matanya lalu menoleh pada Jennie yang dari tadi hanya terdiam dengan pandangan kosong. Sejak awal gadis itu berdiri di depan pintu rumahnya tanpa ada seulas senyum membuat Lisa merasa ada yang aneh dengan Jennie. Gadis itu bahkan belum mengeluarkan suaranya lagi semenjak sapaan singkat di depan pintu. Lisa memiringkan kepalanya, menelisik wajah Jennie yang begitu pucat, mungkin karena cuaca yang dingin, pikirnya mencoba positif. Tapi, ia bisa melihat sebuah luka memar yang tertutup di balik poni Jennie. Okey, sejak kapan Jennie memiliki poni?.

"Dahimu kenapa?" tanpa permisi Lisa langsung menyibakkan sedikit poni Jennie yang menyebabkan gadis itu dengan spontan menjauh lalu dengan panik memperbaiki poninya, "Dan sejak kapan kau memiliki poni?"

"Hanya ingin mencoba gaya baru saja, soal dahiku kemarin tidak sengaja terkatuk meja karena lantainya licin" alibi Jennie tersenyum tipis.

"Ck, makannya jangan ceroboh. Sini coba aku lihat, sudah kau obati belum?"

Jennie lagi-lagi melangkah mundur, "Sudah aku obati, kau tak perlu cemas" sahutnya.

Lisa mengernyitkan dahinya, ia sudah hendak meletuskan pertanyaan namun kalah cepat dari Jennie yang sudah mengengam tangannya erat dan berucap, "Itu busnya sudah datang, ayo cepat". Jadi, Lisa hanya bisa pasrah ketika Jennie menyeretnya memasuki bus dan mendudukan bokongnya di salah satu bangku.

Setelah menunggu selama setengah jam untuk bus terisi penuh oleh penumpang. Bus pun mulai bergerak perlahan meninggalkan terminal Seoul. Jennie menyenderkan kepalanya pada kaca memandang pantulan dirinya sendiri yang terasa begitu memuakkan, ia bahkan tak mempedulikan ocehan Lisa semenjak bus bergerak. Anak haram. Ia langsung mengernyit kala dua kata itu lagi-lagi terlintas di dalam benaknya. Ia dengan cepat menolehkan kepalanya kearah Lisa, enggan untuk menatap pantulan dirinya yang menjijikan di kaca.

"Kenapa, kau mabuk darat?" tanya Lisa khawatir.

Jennie tersenyum, mengelengkan kepalanya pelan, "Aku baik"

"Tapi wajahmu makin pucat saja, sudah sini perjalananya masih jauh lebih baik kau tidur" sahut Lisa sambil membawa kepala Jennie untuk bersender di bahunya, "Perlu bantal tidak?"

"Bahumu memang sudah seperti kerangka, tapi tak masalah, aku tak memerlukan bantal begini lebih nyaman"

Lisa mendengus pelan, rasanya ia ingin mendorong kepala Jennie dari bahunya tetapi melihat sang kawan yang sepertinya tengah kehilangan cahayanya membuatnya urung melakukan hal tersebut. Ia lebih memilih mengusap-usap rambut Jennie dengan lembut. Jennie sebenarnya sudah terbuai untuk kembali memejamkan matanya tetapi ia berusaha menghalau rasa kantuk itu. Ia mendongak, memandang figur wajah Lisa yang terlihat setenang air. Ada rasa bersalah yang mendadak merayap ke dalam hatinya, setelah ini semua akankah Lisa tetap bisa setenang ini atau akankah gadis itu meraung kesetanan setelah melihat tubuhnya yang terbujur kaku?

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang