6. Godaan

3.9K 703 144
                                    

Semilir hangat udara yang menandakan musim semi akan segera berakhir. Hari-hari sekolah [Name] tetap tak luput dari kehadiran Nishinoya. Setiap hari sedari membuka mata hingga sepulang sekolah atau kegiatan klub, di pandangan [Name] selalu ada laki-laki mungil itu.

Terkadang biar sampai malam pun, [Name] masih menunggu Nishinoya sepulang dari klub Voli nya. Seperti sudah kewajiban tak tertulis di punggung mereka untuk selalu menempel kemanapun mereka pergi.

Bahkan para anggota Tim Voli Putra Karasuno & [Name] menjadi saling mengenal berkat Nishinoya. Lebih-lebih lagi sifat Nishinoya yang memang suka berbicara tanpa ada rem sering menjadikan [Name] topik pembicaraan dengan rekan satu Tim nya.

Sayangnya sejak pagi [Name] tak bertemu dengan Nishinoya. Pesan & panggilan [Name] tak satupun dijawab oleh laki-laki yang menyukai gari-gari kun itu. Sampai sepulang sekolah [name] tak lantas mengetahui keberadaan Nishinoya.

Semua rekan tim Voli nya tak luput dari pertanyaan [Name] tentang Nishinoya. Dimana, kemana, atau kenapa sudah [Name] tanyakan semua namun nihil jawaban. Hanya satu hal yang belum [Name] lakukan.

Apa aku kerumah nya saja?. Gumam [Name] dalam hati yang lekas melangkahkan kakinya menuju kediaman Nishinoya. Yang jaraknya lumayan jauh dari sekolah bahkan rumahnya.

Kalau dipikir-pikir baru 2 bulan lalu aku terakhir kesana. Ya Tuhan, aku lupa harus naik transportasi apa. [Name] masih bergumam dalam hatinya sambil meletakkan sebelah tangan pada dahinya.

Oh ya! Kaa-san! Kalau tak salah Kaa-san baru kesana seminggu yang lalu. Tapi jika pulang dulu ... Sudahlah ku telpon saja!. [Name] mengambil gawai dari saku kemeja nya, mencari sebuah nama dari ratusan nama di kontaknya.

[Name] termasuk anak yang supel & mudah bergaul dimanapun tempat nya. Namun tanpa begitupun [Name] memang terkenal sebagai siswi yang cantik, tak arang seringkali banyak nomer-nomer baru yang ingin sekedar berkenalan atau menjadi lebih dekat dengannya. Kontak nya sudah seperti asrama laki-laki.

"Moshi moshi, Kaa-san. Aku ingin pergi ke rumah Yuu, dia tak masuk sekolah hari ini tapi aku tak tau ada apa & kenapa. Bisa beritahu aku caranya pergi kesana? Aku lupa harus naik apa & ke arah mana." Dalam satu tarikan nafas [Name] tak berhenti bicara di sambungan telpon dengan ibunya itu.

"Naik bus saja sampai depan Toko Soba. Komplek nya tak jauh dari situ kau pasti akan mengingatnya setelah sampai disana. Buat bubur dan beli paracetamol. Ibu lanjut masak dulu ya, hati-hati."

Tut tut tut

Sambungan telepon diputuskan oleh Ibu [Name]. [Name] terdiam heran.

Paracetamol? Bubur? Kaa-san sedang memasak bubur?

[Name] tak tahu apa maksud ibunya itu, namun [Name] tetap menurut sebab seringkali perkataan ibunya seperti seorang peramal. Selalu berguna disaat yang tepat.

Kembali melangkahkan kakinya [Name] menyusuri jalan sore yang sudah lumayan minim cahaya. Mentari semacam mengintip di arah barat bersiap untuk tenggelam. Untungnya hari ini masih ramai lalu lalang.

Bus yang [Name] naiki tak terlalu sesak. Ada banyak bangku kosong disana. Direbahkan tubuhnya yang sudah lelah hanya karena Nishinoya.

°
°
°

5:40 p.m

Langkah nya sedikit berat untuk bangkit dari kursi bus yang sudah terasa nyaman baginya. Ternyata perjalanan dengan bus hanya memakan waktu sekitar 10 menit. [Name] terhenti di sebuah apotik sejenak membeli paracetamol yang ibunya minta. Disusuri lagi jalan blok perumahan yang ia ingat.

Shiawase - Nishinoya Yuu X Reader [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang