Apakah arti dari sebuah hubungan yang dimulai dari kebohongan?
******
Hari pertama sekolah sangat menyebalkan, itu jelas. Ayla Pranindhita merasakan hal tersebut saat ini, gadis itu sangat menyesali hari pertama sekolah yang menurutnya sangat menyebalkan ini. Bukan, bukan karena masuk sekolahnya yang ia benci, hanya saja suasana baru itu yang dia benci setengah mati.Ayla tipe gadis penyendiri, meski bukan sifatnya yang seratus persen seperti ini tapi belakangan ini dia sangat tidak menyukai suasana baru seperti saat ini. Gerbang sekolah di depannya seolah seperti tembok besar yang mengejek kehadirannya, mempertanyakan apakah dia benar-benar akan melewatinya atau pergi begitu saja.
SMA Tunas Bangsa sama seperti sekolah pada umumnya, pada hari pertama sekolah khususnya untuk murid baru pasti ada adegan siswa penuh desak untuk melihat pembagian kelas, dan itu lah yang Ayla Pranindhita lakukan sekarang. Berdiri di depan Mading sekolah yang tak jauh dari gerbang utama, setelah berperang dengan batinnya dan memasuki gerbang menyeramkan itu saat ini gadis lima belas tahun ini menatap penuh malas pada gerombolan manusia di depan mading sekolah.
"Huft, aku benci situasi seperti ini." Gadis itu akhirnya memberanikan diri maju selangkah demi selangkah, berdesak-desakan untuk melihat kelas mana yang akan dia tempati.
"Ini juga nama giliran dicari nggak ada." Matanya masih terus berkeliling mencari satu demi satu di antara kumpulan lembar kertas di depannya. Setelah lima menit berlalu akhirnya gadis itu menemukan namanya di deretan kelas X-A2. Kelas yang cukup dekat dengan gerbang utama, tidak buruk.
"Nggak ada yang aku kenal, baguslah." Tidak salah Ayla mengatakan hal seperti itu, setidaknya dia berharap tidak satu kelas dengan teman sekolahnya dulu. Setelahnya, Ayla berjalan dengan diam menuju kelasnya.
******
Di dalam kelas tak jauh berbeda dari apa yang dia alami beberapa saat yang lalu, suasana kelas yang ramai membuat gadis lima belas tahun itu diam-diam merasa malas entah karena apa. Entahlah, sejak kapan sebenarnya ia mulai membenci keramaian? Bukankah dulu dia suka berada dalam situasi seperti ini? Tidak ada yang tau selain gadis itu sendiri.
"Huh, kenapa sih rame banget. Nggak bisa apa ya mereka diem satu jam aja? Mereka tau nggak sih kalau di dunia ini masih ada orang yang nggak suka keramaian? Ah, sudahlah kenapa aku membahas hal ini sekarang?" batin gadis itu sesaat setelah memasuki kelas yang lumayan ramai itu.
Matanya berkeliling melihat tempat duduk kosong yang akan dia tempati, sayang seribu sayang spot tempat duduk idamannya sudah terisi.
"Ah, kenapa meja belakang udah ada yang ngisi? Padahal aku suka duduk di belakang," batin gadis itu sembari matanya kembali melihat sekeliling, akhirnya pandangannya tertuju pada meja nomor dua dari depan yang nampak kosong. Tapi tunggu dulu, duduk di depan bukan gaya seorang Ayla Pranindhita. Seumur-umur Ayla Pranindhita tidak pernah duduk di baris depan, setidaknya dia akan memilih baris ketiga jika baris terakhir sudah tidak ada. Tapi apa boleh buat, hanya tempat itu yang terisi, selebihnya baris nomor depan yang sangat tidak mungkin dia ambil.
"Huft, ya sudahlah, aku duduk disini aja. Dipikir-pikir ini nggak terlalu buruk. Baris nomor dua di samping tembok, seenggaknya aku bisa nyender tembok kalau ingin santai. Ayla, kamu pinter banget sih nyari kesempatan." Gadis itu akhirnya memutuskan untuk duduk di tempat yang dia pikir tidak buruk itu, setelahnya yang dia lakukan hanya mengamati suasana kelas yang masih ramai. Hah, mood-nya kembali berantakan.
Sekali lagi, entah sejak kapan Ayla Pranindhita tidak suka keramaian.
Ayla tidak tau harus apa, dia ingin pergi dari kelas ini tapi suasana di depan juga tak jauh berbeda. Ingin berteriak agar mereka diam juga dia tidak segila itu untuk melakukannya, ah, sungguh situasi yang merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why?
Roman d'amour"Tidak akan pernah ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan, salah satu di antara mereka pasti menyimpan rasa. Jika bukan kamu maka dia yang memiliki rasa padamu." Persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu tidak murni? Menga...