part 8 - Hidden Pain

2.9K 212 24
                                    

"Never give a person a piece of your mind when all you really wanted to do was give them a piece of your heart"
- Shannon L Alder.

*****

Mentari siang bersinar beringas. Dengan menenteng berbagai makanan dalam aneka kemasan untuk makan siang karyawan yang mengorder melalui pantry, sungguh membuatku kesulitan untuk berjalan lebih cepat, begitu pula dengan siti berkali – kali mengeluh khawatir dengan suhu udara yang membuat perawatan kulit yang ia lakoni berbulan – bulan sia – sia.

“kenapa musti nyediain layanan kayak gini sih mil?” katanya manyun.

“mereka banyak kerjaan si, kagak sempat cari makan diluar, udah ah jangan ngeluh terus ini kan bagian dari kerjaan kita. anggap aja sodakoh tenaga, itung – itung meringankan beban orang lain.” Nasehatku sok bijak pada siti,padahal didalam hati juga ikut mengamini setiap keluh kesah si siti.

Saat kami tiba di pintu lobi suhu berubah drastis dari yang panas menyengat menjadi sejuk sangat, teknologi memang benar – benar luar biasa mampu merubah apapun sesuai keinginan manusia.

Kami segera berlari menuju lift, sudah hampir mati rasa tanganku membawa beban berat.

“mil, tuh hisyam ngapain? Kok larasati nangis” siti menunjuk dengan dagunya arah pintu lift yang lain yang tidak begitu jauh dari kami. Aku mengikuti arah dagu siti.

"Larasati?" Tanyaku pada siti karena terasa asing dengan nama itu.

"Kepala HRD yang baru, masih ingatkan dulu aku pernah cerita tentang perempuan dari masa lalu pak naoval?" Siti bercerita dengan berapi - api infotainment mode on.

Aku mengangguk.

"That's her" kembali siti berkata dengan binar berlian dimatanya, soalah seorang detektif yang berhasil membongkar sebuah konspirasi kriminal.

Aku mengamati perempuan bernama larasati itu, hingga aku teringat ia adalah perempuan yang sama dengan perempuan cantik yang turun dari mobil pak naoval tempo hari.

Larasati menangis memegang tangan hisyam, ia seperti memohon namun hisyam memalingkan wajahnya, aku tidak bisa melihat raut wajah hisyam. Jadi mereka berdua saling kenal?. Tapi jika seorang perempuan menangis didepan hisyam, pasti tuh anak sableng membuat ulah, secara hisyam yang aku kenal memiliki tingkat keusilan akut.  jika saja tanganku tidak sedang terbebani aku pasti akan menggamparnya. Kagak tau apa udara diluar dah panas nah ini didalam sudah adem ngapain juga pakek dipanasin.

Ting!!

Pintu lift terbuka aku dan siti langsung masuk kedalam tanpa memperdulikan lagi hisyam dengan segala ulahnya.

*****

Apa yang akan dilakukan bagian cleaning service setelah jam istirahat usai? Tentu saja bersih – bersih lagi. Tiap jengkal lantai harus terlihat mengkilap, tidak hanya manusia yang tidak memiliki tanda pengenal sebagai karyawan yang boleh masuk ke gedung ini dengan sembarangan bahkan debu yang terbawa oleh sepatu karyawan setelah makan siang diluar juga harus diusir dengan damai. Tidak hanya dilobi namun juga di dalam toilet sekalipun juga demikian, bau asing yang tidak sekelas karbol harus segera dilenyapkan. Lobi harus seharum lobi, ruang kantor harus seharum ruang kantor, toilet harus seharum karbol. Mereka semua punya kelas masing – masing dan harus diperlakukan sesuai dengan kelas masing – masing sodarah – sodarah. Isi pidato supervisor kami terngiang ditelingaku terpatri didadaku dan memenuhi sanubariku itu adalah hymne kami penghuni pantry hahahahahahaha. Aku tertawa sendiri, terkagum – kagum betapa luar biasanya memoriku merekam dan kreatifitasku membuat drama dari setiap byte informasi dalam memoriku.

I AM JAMILAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang