part 12 - Grit Your Teeth

2.9K 212 45
                                    

Mohon maaf sodara2 updatenya agak lama,

part ini penuh perjuangan bahkan ane sempat frustasi, patah hati karena tiba2 seperti sihir, abra cadabra file yang ane simpan di kompi menghilang tanpa bekas,,,alhasil ngetik lagi dah dari awal...hwaaa malah curhat jiahahah.....

Oke dah, happy reading...

***

Koridor sempit diujung timur rumah sakit itu dipenuhi dengan bunga - bunga dalam pot yang tertata rapi menyambut setiap langkah kaki. Aku mengintip dibalik pintu sebuah ruangan yang berdesain minimalis dengan cat warna coklat yang menciptakan suasana hangat, bau warna - warni bunga dan pengharum ruangan aroma terapi sampai pada lubang hidungku. Suara gemericik air dari lukisan elektronik di ujung Ruangan menambah nuansa damai yang tercipta dari berbagai unsur. Beberapa orang, termasuk hisyam duduk di sofa yang melingkari sebuah meja. Mereka sedang melakukan konseling berkelompok.

Hisyam tetaplah hisyam ia terlalu kuat untuk terlihat lemah dihadapan orang lain, tidak ada raut duka di wajahnya. Ia tertawa ketika teman konselinya bercerita tentang kegembiraan, sesekali ia menepuk - nepuk punggung orang disebelahnya ketika ia bercerita tentang kesedihan, bahkan ekspresi gembira dan kagum mudah sekali ia tunjukkan untuk mengapresiasi temannya yang sedang bercerita tentang kebanggaannya pada anaknya, ia bisa diterima di lingkungan manapun dengan cepat. Ia benar - benar sosok yang sulit untuk dibenci.

Ada sedikit kerinduan dihatiku, rindu akan sosoknya sebagai seorang kakak, andai saja jika ia menganggapku sebagai adik bukanlah halusinasi yang memperburuk kondisinya, aku rela dia anggap begitu.

Aku menarik diriku dan bersembunyi dibelakang pintu ketika sepertinya aku melihat pandangan hisyam menuju kearahku, namun kemudian aku kembali mengintipnya saat ia telah asik bercerita pada konselornya kembali.

Baru beberapa langkah aku meninggalkan ruangan itu seseorang menjajari langkahku, aku berhenti dan melihatnya dengan kaget.

"Hisyam!" Aku melongo.

"Punya hobi baru yah? Ngintip?" Ia berkata sambil nyengir.

Aku masih melongo.

"Lalat tuh masuk!"

Aku terkesiap dan menyadari kebaradaanku kini, dengan reflek aku menjauh darinya dan hendak mengambil langkah seribu meninggalkannya. Perkataan om hakim terngiang ditelingaku, keberadaanku membuat hisyam berhalusinasi. Ia mencegahku dengan memegang ujung kerudungku.

"Kenapa kamu lari? Emang kamu pikir aku hantu? Atau jangan - jangan kamu malu karena ketahuan ngintip yah?."

"Hisyam, aku,,aku harus kembali ke kantor..," aku berusaha menghindar, dengan was - was aku memperhatikan sekitar jika sampai ketahuan om hakim pasti aku yang disalahkan jika hisyam kenapa - napa.

"Udah ah kagak usah khawatir gitu, aku sedang tidak berhalusinasi, kamu bukan karmila,,kamu jamilah."

"Wah beneran dikau sudah sembuh syam, jadi dikau dah bisa membedakan antara aku dan karmila?"

"Ya elah kau ini jam, mana mungkin aku tidak bisa membedakan kalian berdua, karmila ntu tidak berbadan dua seperti dikau." Ia mulai kejahilannya menyinggug masalah bodi.

"Apa ente bilang? Jadi ente mau bilang kalo ane jelek, gendut gitu?"

"Lha siapa yang bilang gitu? ntu dikau sendiri yang menyadari."

"HISYAM!!!"

Hwahahahahahahha. Suara tawanya memenuhi koridor. Aku rindu suasana ini.

"Besok aku boleh meninggalkan rumah sakit, jemput yah."

I AM JAMILAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang