2.

13.8K 2.2K 1.4K
                                    

Happy reading💕

"Hah?!" Teriakan cempreng itu memenuhi ruang tamu ndalem.

Aqilla dan Maya kompak berteriak setelah mendengar apa yang lelaki didepannya ini katakan. Saat ini mereka tengah duduk diruang tamu ndalem. Untung saja keadaan ndalem tengah sepi, hanya ada mereka disana.

"Kamu beneran? Ini nggak lucu ya!" Terang Aqilla dengan tatapan menelisik lelaki yang duduk anteng didepannya. Mencoba mencari kebohongan atas perkataannya barusan.

Tidak ada unsur gugup atau grogi diwajah lelaki itu setelah mengungkapkan niatnya untuk sahabatnya ini. Hanya ada ketenangan yang menghiasi wajah tampannya.

Tadi dirinya sempat heran saat adik iparnya itu meminta bantuan kepadanya. Jarang sekali lelaki itu mau berinteraksi dengannya kalau tidak ada hal yang penting. Dan ternyata ini yang menjadi alasannya memintanya untuk memanggilkan Maya.

Maya sendiri hanya bisa melongo ditempat. Sungguh dirinya sangat tidak menyangka Fahri yang notabenenya orang yang selalu membuat kesal, malah mempunyai niat seperti ini kepadanya. Selama ini lelaki itu juga tidak pernah menunjukkan ketertarikan kepalanya sedikitpun. Malah sikapnya yang dingin itu selalu membuatnya kesal. Dan sekarang lelaki itu memintanya secara langsung tentu membuatnya syok berat.

"Kelihatannya?" Tanya lelaki itu balik dengan santai. Matanya melirik sekilas Maya yang menatapnya dengan tatapan kosong membuatnya segera menunduk menjaga pandangannya.

Fahri, lelaki dengan kehebatannya mengendalikan diri. Hari ini, akhir pertahanannya runtuh. Bahkan sebelum pengumuman kelulusan lelaki itu bertekat mengutarakan niatnya untuk Maya, gadis gila yang sudah mencuri hatinya sedari awal mereka bertemu.

Hatinya sudah tidak bisa menampung perasaan yang terlarang baginya terlalu lama. Dirinya Menginginkannya Maya sebagai penyempurna imannya. Menginginkannya bersama untuk bisa berjalan bersama lebih dekat kepada sang pencipta. Maka dari itu, hari ini dirinya mengutarakan niatnya dengan segala konsekuensi untuk apa yang terjadi selanjutnya.

Dirinya sudah siap untuk menerima segala keputusan gadis dihadapannya ini.

"Jaga pandanganmu." Ucap Fahri dengan datar membuat Aqilla menyenggol lengan Maya yang melamun sambil menatap wajah Fahri.

Aqilla paham sekarang. Jadi hal ini yang menjadi topik pembicaraan suami dan adik iparnya itu semalam. Memang semalam dirinya menginap di ndalem dan dirinya sempat melihat perbincangan serius mereka diteras ndalem.

Aqilla melirik Maya sekilas. Gadis itu memutar matanya malas saat melihat wajah goblok sahabatnya itu. Sungguh dirinya sangat gemas ingin menggaruk wajah Maya dengan pisau didapur.

Dirinya jadi heran, apa yang disukai iparnya itu dari sahabat gilanya ini. Tapi dirinya juga mengakui, adik iparnya itu begitu gentle meminta Maya secara langsung seperti ini. Seperti impiannya dulu sebelum menikah dengan pak ustadznya. Uluh uluh andaikan pak ustadz dulu memintanya dengan cara seromantis ini pasti dirinya akan langsung menyerahkan diri dengan suka rela.

"Ehemm." Dehem Aqilla menyikut lengan Maya lagi. Aqilla suka kesel sendiri dengan mata jelalatan sahabatnya itu.

"Gak." Ceplos Maya tanpa sadar membuat Fahri dan Aqilla saling pandang, keduanya menunggu kelanjutan gadis itu dengan cemas.

"Gak gimana? Jangan setengah setengah ogep!" Sentak Aqilla gemas. Tangannya terangkat menonyor kepala Maya kebelakang degan pelan saking gemasnya.

On The Way To You GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang