0.1 [Revisi]

27.2K 1.8K 351
                                    

[0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[0.1 : Permulaan dari segalanya.]

. . . . . . .

2017 ; Jakarta

Dengan tergesa-gesa, Mark melangkahkan kedua kakinya di atas trotoar. Napasnya agak memburu.

Pukul sepuluh lewat empat puluh lima menit. Mark tahu betul, bahwa malam sudah begitu larut dan ia harus segera sampai ke rumahnya. Seharusnya ia sudah sampai rumah sejak satu jam yang lalu, kalau saja ia tidak terlalu larut dalam perbincangan dengan Senja.

Berbincang dengan laki-laki yang telah lebih senior darinya itu, memang tidak pernah membosankan. Maka itu yang membuatnya mengulur lebih banyak waktu.

Mark mungkin sudah biasa berjalan seorang diri di jalanan sepi dan di bawah langit malam yang gelap, karena cahaya lampu-lampu jalan yang berjajar pada tepi jalan raya membuatnya tidak takut. Tetapi, adik-adiknya tidak akan ingin tertidur tanpa melihatnya pulang. Setidaknya salah satu dari mereka akan masih terjaga dan menyambutnya di ruang tengah.

Gimana kerjaannya tadi, bang? Capek yah, bang? Mau makan dulu gak, bang? Kira-kira begitulah para adiknya akan bertanya atau menyambutnya. Kebetulan perutnya terasa kosong, ia membutuhkan masakan Jean atau Rendy untuk mengisi.

Owaaak! Owaak!

Samar-samar telinga Mark menangkap suara tangisan bayi. Ia menelengkan kepala ke kanan dan ke kiri, ingin memastikan keberadaan bayi tersebut. Namun ketika tidak menemukan apa apa, Mark pun acuh.

Mungkin saja hanya tangisan bayi biasa yang mencoba menarik perhatian orang tuanya. Setahunya memang jam jam segini bayi akan mulai menangis dan mengganggu waktu tidur orang tuanya.

Owaak! Owaaak!

Tangisan itu tidak kunjung berhenti. Ia yakin hal itu dapat mengganggu tetangga-tetangga, apalagi jarak antar rumah di sekelilingnya lumayan dekat.

Tetapi, ark jadi bertanya-tanya, apakah kebanyakan orang tua memang sering mengabaikan tangisan bayi mereka?

Owaaak! Owaaak!

Kedua alis Mark tertukik, laki-laki itu tampak heran. Entah, mungkin hanya perasaannya saja, tetapi setiap langkahnya semakin jauh, suara tangisan bayi itu kian semakin terdengar.

Sekali lagi ia menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Bulu kuduknya meremang dan jantungnya berdegup kian kencang. Darahnya berdesir hebat.

Ia hanya manusia biasa yang masih takut dengan hal-hal mistis. Tentu saja, Mark memang memiliki iman yang teguh, tetapi siapa yang tidak menjerit ketika mendengar suara bayi seorang diri yang semakin lama semakin terdengar setiap kakinya melangkah.

The Baby || NCT DREAM [DALAM TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang