03

185 45 19
                                    


•°•

Take Three : Gebetan

•°•


Hari rabu kelas Dirga kosong dari jam pelajaran tambahan tapi entah apa alasannya Dirga dan kawan-kawan malah nongkrong di dalam kelas.

"Heh Wangdirga, bantuin anjir lu jangan bengong doang!" seru Karina, cewek yang punya predikat teman sekelasnya itu mencak-mencak di depan radio.

"Apaan sih?" tanya Dirga malas.

"Bantuin bikin gerakan," jawab Karina.

Ternyata alasan kenapa Dirga dan teman-teman stay lebih lama di kelas adalah untuk mempersiapkan tarian guna memperoleh nilai praktek seni budaya.

Dirga di kelompoknya banyak menyumbang gerakan buatanya sendiri, cuma hari ini dia lagi males. "Itu ada Jeno, minta tolong Jeno aja dulu dah."

"Mau kemana?" tanya Jeno melihat Dirga yang membuka pintu kelas.

"Kamar mandi,"

Padahal Dirga gak benar-benar pergi ke kamar mandi, cuma jalan-jalan di sekitar lorong kelas 12 unggulan.

Ternyata pas banget sama kelas lain yang selesai jam tambahan, otomatis Dirga ketemu teman-temannya dari kelas lain. Berakhir dia duduk di teras lorong sambil ngelihatin murid lain pulang.

"Heh, lu masih naksir Nakyung gak?" tanya Eric tiba-tiba.

Dirga noleh dengan dahi mengkerut. "Kenapa emang?" tanyanya balik.

"Tuh anaknya, keknya butuh bantuan." Eric menunjuk ke arah parkiran, tepatnya ke arah sosok cewek yang kesusahan standar dua motornya.

Posisi gedung unggulan tuh depannya langsung parkiran gitu makanya keliatan.

"Oh iya," Dirga langsung bangkit berdiri. Gak pakai aba-aba langsung jalan mendekati Nakyung.

Fyi, Dirga ini dari semester satu kemarin berusaha deketin Nakyung tapi masih belum dapet. Makanya ini kesempatan dia buat deketin Nakyung secara langsung, gak boleh disia-siakan.

Tinggal beberapa meter lagi tapi gerak kaki Dirga mulai melamban. Dahinya kembali mengkerut ketika melihat pemandangan itu,

Jadi Nakyung jelas banget keliatan butuh bantuan standarin dua motornya, kebetulan banget Kimara lewat situ dan melihatnya. Makanya cewek itu langsung nawarin bantuan.

"Nakyung mau dibantuin gak?" tanya Kimara buat Nakyung menoleh kaget.

"Eh, Kimara… kamu bisa emang?" tanya Nakyung agak ragu.

Kimara mengulas senyum, "gak akan nawarin kalau gak bisa," lalu ketawa sebentar. "Sini sama aku aja."

Nakyung akhirnya menyingkir dan membiarkan Kimara dengan mudahnya standarin motornya, bahkan motornya ikut di sela.

Motor Nakyung terkadang memang harus di engkel kalo gak mau nyala.

"Ada baiknya sebelum dipakai motornya di panasin dulu, biar tarikan gas nya enak hehehe." begitu kata Kimara.

Nakyung tersenyum takjub. "Wahhh, makasih banyak ya Kim!"

Kimara yang dipuji garuk-garuk rambut, salting. "Hehe iya sama-sama Nakyung."

Dirga yang sudah berhenti di jarak yang sekian meter gak tahu harus ngapain. Dia cuma diam merhatiin interaksi Nakyung sama Kimara.

Bahkan ketika Nakyung kesulitan mengeluarkan motornya, Dirga hendak menghampiri tapi kembali gagal,

Karena Kimara lagi-lagi mengambil alih perannya.

Dirga terperangah, "gila itu cewek apa tukang parkir?????" tanyanya entah pada siapa.

Jelas Dirga takjub lihat Kimara yang gampang banget geser-geserin motor di sekitar motor Nakyung supaya motor cewek itu bisa keluar.

Bahkan salah satu motor yang digeser itu ukurannya besar, yamaha nmax.

Belum pernah tuh Dirga lihat ada cewek sekuat itu geser motor n-max dengan mudah.

Ketika Nakyung sudah pergi bersama motor maticnya gak membuat Dirga pergi gitu aja. Matanya justru mengikuti gerak Kimara yang menghampiri motornya.

Dirga melangkah agak mendekat, sengaja memperhatikan di jarak sekian meter. Memperhatikan Kimara yang mulai dari pakai jaket bomber warna army, manasin motornya, sampai pakai helm pun Dirga perhatiin.

Sampai akhirnya kali ini Dirga benar-benar melangkah mendekat. Sengaja memegangi motor yang menghalangi jalan keluarnya Kimara.

"Bisa gak?" tanya Dirga.

Bisa dilihat Kimara agak kaget melihat kehadiran Dirga di situ, tapi cewek itu menjawab dengan ramah. "Bisa," lalu menarik gas motornya sampai keluar dari barisan parkir.

"Makasih ya," ucap Kimara tulus.

Dirga mengangguk. "Yoi."

Cewek itu sudah menginjak gigi motornya, tapi suara Dirga menginterupsi. "Tali sepatu lo lepas tuh, benerin gih."

Kimara melihat kebawah. "Oh iya, gak apa-apa deh gue malesㅡ"

"Bahaya kalau gak dibenerin," peringat Dirga. "Kalau masuk ke rantai motor gimana?"

Gara-gara itu Kimara terpaksa menstandarkan motornya, lalu mengikat ulang tali sepatunya dengan kuat.

"Motor lo kopling?" tanya Dirga di sela Kimara mengikat tali sepatu.

"Iya,"

"Wow, gua baru lihat ada cewek yang pakai motor kopling."

Kimara berhenti membenarkan tali sepatunya, beralih mendongak menatap Dirga. "Kenapa, gak boleh?"

Dirga jadi menunduk sedikit. "Bukan gak boleh, unik aja."

"Yang cowok aja kebanyakan bawa matic, elo yang cewek malah bawa bebek kopling." imbuh Dirga.

"Itu mengejek atau memuji ya?" tanya Kimara seraya berdiri di samping motornya, telah selesai mengikat tali sepatu.

"Emang gue keliatan lagi mengejek ya?" Dirga menunjuk wajahnya sendiri. "Ini jelas-jelas gue muji elo, loh."

Kimara mengedikkan bahunya acuh, "oh gitu," lalu kembali menaiki dan menyalakan kembali mesin motornya.

"Duluan ye," pamit Kimara.

"Yoi." tanpa sadar Dirga melambai pada Kimara, setelah sadar cowok itu buru-buru menarik turun tangannya sendiri.

Lalu berdecak sendiri, "apaan sih anjir lu pake melambai segala." rutuknya.










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Ia datang karena sang pujaan hati tapi yang ditemui orang lain,

Orang yang sama dengan yang selalu ia tatap mukanya.

Ia bisa saja pergi, tapi rasanya sayang kalau eksistensi nya diabaikan begitu saja.

Bisakah, kita mengatakan kalau ia mulai tertarik.

Tertarik meski hanya seujung butir beras.















Hai?

[1] About you : Mbak pacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang