14°

5.8K 563 22
                                    

kalian pikir dua anak Thia dan Jeffery hanya diam saja tidur nyenyak di atas kasur empuk mereka ?

tentu saja tidak.

dahi mark mengerut memperhatikan layar laptop yang menampilkan keadaan kolam ikan miliknya, kalian masih ingat kan?

yah, lihat kondisi kolam mark sekarang. Banyak warna putih mengambang di air, yang artinya. Habislah bisnisnya, semua ikan di kolam nya mati dengan waktu singkat dan berjamaah.

Seluruh kandungan air, pakan dan curah asam hujan sudah ia pastikan stabil. Pasti ada yang membuat racun kedalam kolam kolam ikan nya, keanehan lain nya saat klip cctv disana seperti ada bagian terpotong.

"bangkrut dong lo?"

"iyalah, duh gimana gue ngebalikin uang ayah?"

"ngepet aja." jawab jefano sambil tetap fokus dengan game nya.

"lo bener bener babi."

"terimakasih abang babi."

mark berdecak kesal dan mengambil handphone nya untuk menelfon jeffery, pasti ada sesuatu yang terjadi. Disaat bersamaan mark menempelkan handphone di telinga dengan panggilan tersambung, saat itu juga bunyi nyaring kaca jendela rumah mereka pecah.

Jefano bergegas mendahului mark untuk mengecek Thia di kamarnya, dan mark terhenti saat ayahnya terdengar memberikan instruksi di seberang sana.

"mark, calm. Laci kedua dari kanan di closet mama, ada tombol merah di dalamnya ketutup sama underware nanti kamu pencet itu bakal kebuka terus ambil handgun AJA, oke?"

"oke, cuman itu?" kata mark, ia mulai berjalan ke kamar thia sambil matanya melihat ke lantai bawah.

"lemari sebelah kiri dari tengah, ada kotak tumpukan cartier. Buka kotak paling bawah terus pakai sidik jari kamu, inget itu gak?"

"oh, right aku inget."

"ada lemari yang paling beda , itu isinya kasih ke jeno terus suruh dia ke gedung dari kanan papa. Whats thatㅡ" kemudian terdengar suara papa nya seperti berbicara dengan orang lain.

mark masuk ke kamar thia yang pintu nya sudah terbuka dan menemukan thia yang memasang raut wajah panik serta ngantuk, ada jeno juga di closet thia sedang mencarikan mantel untuk mama nya.

"no, lo ngomong sama papa ya?"

mark menyerahkan handphone nya yang langsung diterima, "jaga mama sekalian." tambah mark sebelum menuju laci yang papa nya sebutkan.

"canggih juga." mata nya membulat saat melihat bagian atas itu terbelah menjadi dua dan kotak kotak kaca berisi senjata api naik ke atas.

"keren, gimana cara buka nya ini?" mengernyit saat menemukan apa yang ia cari namun tidak tahu cara mengeluarkan nya.

"telapak tangan kali yeㅡOH BISA!WOAH KEREN BANGET LO MARK."

kaca yang menutupi handgun itu naik ke atas perlahan, membuat mark makin melebarkan mata nya supaya lebih fokus memperhatikan.

"yow, kayak film action. Abis ini harus pakei jaket kulit item nih." katanya, tangannya membuka isi handgun untuk mengecekㅡyang ternyata sudah ada isinya, lalu mengambil refill yang juga tersedia di dalam kotak itu.

"okeee, balikin nya gimana?" mengerjap dua kali. "ini kali yeㅡ WOAH!fiks harus bikin rumah kayak gini nanti," mark menutup laci tadi dengan kencang memakai pinggang nya, dan kotak kotak kaca itu menurun ke bawah. "sama caca."

selanjutnya, mark menuju ke arah lemari di tengah dan matanya menatap kearah lemari di sebelah kirinya yang berisi tumpukan Cartier paling pojok bawah.

mamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang