Part. 3

5.4K 406 7
                                    

Author POV.

Dea memijat keningnya yang tiba-tiba saja terasa pusing, mereka bertiga masih berdiri di balkon rumah Marquess Aigra muda itu.

Dea melepaskan tangannya dan menatap marah bocah laki-laki di depannya, yang membalas menatap dia aneh.

"Kau dengar baik-baik ya bocah, seberapa berat pun masalah mu kau tidak bisa mengalihkannya dengan minuman, kalau punya masalah atau kesepian kau bisa datang kerumah ku dan curhat pada ku, aku pasti akan mendengarkannya dan memberikan mu masukan sebisa ku, kau mengerti" kata Dea lembut.

Bagaimana pun anak laki-laki yang ada di depannya ini hanya 2 tahun lebih tua dari putrinya, dan tidak sulit baginya untuk menganggap anak itu sebagi anaknya sendiri.

"Kau tidak akan tahu masalahku dan kau juga pasti akan menyalahkan ku saat tahu dan kau tidak akan memberikan ku solusi" balasnya keras kepala.

"oh ya tuhan, cobaan apa lagi yang kau berikan belum cukup 3 orang anak sekarang ada lagi anak yang buat kepala gua nyut-nyutan" gumam Dea dengan bahasa indonesia.

"tentu saja aku tidak tahu masalah mu kalau kau tidak cerita dan untuk solusi itu tergantung dari masalah yang kau punya" terang Dea.

Carlos menatap wanita di depannya yang dia yakini jika wanita itu pasti seumuran dengan ibunya.

Carlos mengusir pelayan dan memastikan tidal ada orang lain sebelum menutup pintu balkon rumahnya.

Dia kembali berjalan kearah Dea dan berdiri di depan Dea.

"Aku tidak tahu harus mulai bercerita dari mana" cicitnya pelan.

"Kau bisa mulai dari mana saja, senyaman mu" balas Dea.

"Dua tahun yang lalu aku hidup bahagia dengan ibu dan ayah ku, setelah itu kedua orang tua ku mengalami kecelakaan hingga membuat mereka berdua meninggal di tempat" mulainya.

Dea diam sambil mendengarkan.

"Lau setelah itu nenek, kakek dan saudara orang tua ku bilang jika aku anak pembawa sial" lanjutnya.

Dea menghelai nafas panjang dan menutup matanya agar dia tidak berteriak makian kasar dari mulutnya.

"setelah itu aku berpikir seharusnya aku yang mati bukan mereka, setidaknya tidak akan ada menangis untuk kematian ku tidak seperti kematian orang tua ku, kau juga pasti menyalahkan ku juga kan" katanya murung.

"Ya kau se harusnya mati" kata Dea membuat anak itu tersenyum miris.

"Kau mau mendengar kata-kata seperti itu kan" lanjut Dea membuat Carlos kaget.

"Aku juga seorang ibu dari 3 orang anak, aku tidak tahu seperti apa perasaan ibu mu, tapi yang pasti dia tidak akan pernah mau anaknya terus hidup sambil menyalahkan dirinya sendiri"

"Dan untuk kakek, nenek dan saudara orang tua mu, kurang mereka sama sekali tidak bermaksud menyalahkan mu, saat seseorang kesedihan dan marah terkadang mereka tidak bisa berpikir jernih dan apa yang mereka yang pikirkan itulah yang mereka ucapkan"

"Dan untuk perkataan mu yang lain, yang memilih mati dari pada orang tua mu, kematian itu pasti datang pada setiap orang tidak penting muda atau tua pasti akan mati juga"

"Lalu setelah kau yang mati dan orang tua mu yang hidup, bagaimana dengan perasaan orang tua mu, mereka pasti akan lebih sedih dan terpuruk, apa lagi ibu mu dia pasti akan lebih sedih, kau mengerti kan ? Jadi jangan salahkan diri mu sendiri yang terpenting ada bertahan hidup dan buat mereka semua mengakui kesalahan mereka" kata Dea lembut.

Carlos diam, rasanya rasa sesak yang di jantungannya selama ini tiba-tiba terangkat dan membuatnya bisa bernafas lega.

"Jadi mulai sekarang jangan minum akohol lagi, kau belum cukup umur" kata Dea sambil mengelus kepala Carlos pelan sebelum melangkah keluar dari balkon.

I'm Single Mother : 3 suami 1 istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang