2

40 4 0
                                    


"Huh, Zoe tidak lupa kok, Renjun Hyung saja yang terlalu polos." Zoe mengingat-ingat kembali peristiwa penculikan Renjun tiga tahun lalu.

"Lalu, apa Paman tahu?" Zoe memajukan kepalanya dan memegang bagian kepala kursi kemudi, "Yui-chan sangat hebat dalam bela diri, Kakek juga tidak akan membiarkan Zoe pergi sendirian, ia membawakan dua orang bodyguard untuk Zoe." Zoe kembali bersandar ke kursinya sambil melipat kedua tangan, "Sejak tinggal bersama Kakek, Zoe juga belajar bela diri."

"Wow," Paman Shin menaikkan alisnya dan berekspresi terkejut. "Zoe sudah di-upgrade, huh?"

"Tentu saja." Zoe merasa bangga dengan pencapaian dirinya, berhasil bangkit dari keterpurukan dan menjadi kuat serta tangguh. Sejak menang sparing dengan salah satu bodyguard-nya, Zoe tidak lagi ditemani dua, tetapi hanya satu!

"Lalu bagaimana kamu datang kemari tanpa bodyguard?" tanya Paman Shin kemudian.

"Itu salah satu hadiah Zoe dari kelulusan, Kakek mengizinkan Zoe pergi sendiri kemari." Zoe kemudian menatap lurus jalanan di depannya, "Namun, Kakek tetap memberikan Zoe sesuatu untuk perlindungan."

"Apa itu? Kakek memberikan jimat?" Paman Shin menahan tawa.

"Cih, tadinya Zoe mau beri tahu. Tapi, tidak jadi." Zoe merasa tidak perlu memberi tahu Paman Shin begitu juga Hyung-hyung-nya mengenai kalungnya. Ia yakin orang-orang tidak akan merasa nyaman bersamanya nanti kalau mengetahui ada CCTV mini di lehernya, ia sangat yakin. Ini semua gara-gara"perlindungan" over protektif dari kakek.

"Oh iya, bagaimana dengan sekolahmu di sana?" tanya Paman Shin sambil melirik Zoe lewat kaca spion tengah di dalam mobil.

Zoe yang sedang memperhatikan jalanan, lalu mendengar pertanyaan Pamannya menundukkan kepalanya dalam-dalam, wajahnya hampir tidak terlihat karena terhalang poninya. Paman Shin yang melihatnya sedikit khawatir takut-takut ia salah bicara.

Ia tiba-tiba mengangkat wajahnya dan berkata dengan lantang, "Benar-benar sampah, Paman!" Wajahnya menyiratkan kekesalan yang dalam ditandai mata yang melotot.

Paman yang mendengarnya tiba-tiba seperti itu tentu saja terkejut, ia lantas mengusap dada karena hampir saja membanting setir kemudinya. "Hah, ya ampun. Kamu mengagetkan Paman saja." Setelah mengatur pernapasannya ia bertanya, "Memangnya ada apa? Kenapa disebut sampah?"

"Jadi, di tahun pertama Zoe masuk SMA ada anak laki-laki yang mencari masalah, dia bilang Zoe tidak punya ayah dan ibu."

Paman Shin cukup terkejut mendengarnya, "Lalu?"

"Tentu saja Zoe tidak terima," ucap Zoe melipat kedua tangannya lalu menyenderkan tubuhnya di kursi mobil, "Zoe dan dia sama-sama babak belur karena berkelahi, Zoe tidak menyangka anak itu akan mengadu." Ia lanjut bercerita, "Kemudian, anak laki-laki itu berbohong dan mengatakan Zoe yang memukul duluan tanpa alasan," katanya. "Zoe kesal sekali karena Kakek malah memarahi Zoe. Esoknya Zoe juga dikucilkan," ujarnya sambil mengepalkan kedua tangan.

"Hahaha, Kakek pasti sangat khawatir makanya ia memarahimu." Paman Shin kemudian mengusap air mata tawanya.

"Huh, Zoe tahu itu, tetap saja rasanya mengesalkan sekali," katanya sambil mengerutkan bibir.

"Lalu, bagaimana dengan pengucilan itu?"

"Not bad, dia tidak menganggu lagi karena sejak itu Zoe ditemani dua orang bodyguard suruhan Kakek yang berdiri di luar kelas," ucap Zoe sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan, menahan malu. "Zoe bahkan tidak tahu bagaimana mereka diperbolehkan masuk area sekolah."

Paman Shin yang mendengarnya menahan tawa, ia membayangkan Zoe seperti anak TK yang ditunggui orang tuanya di depan kelas.

"Semua anak takut dengan bodyguard Zoe, mereka tidak berani mendekat. Tetapi, untungnya Zoe bertemu Yui-chan," ujarnya sambil mengeluarkan sebuah snack dari dalam tas hitamnya.

"Paman tahu? Zoe mendapat banyak teman dari game online, loh." Zoe mengambil snack rasa jagung dan memakannya, "Mereka semua sangat lucu."

"Baguslah, kamu bertemu orang-orang yang menyenangkan," ucap Paman Shin senang dengan kondisi Zoe yang jauh lebih baik dari yang terakhir kali ia ingat. "Sepertinya sekarang Zoe sudah berhasil bangkit dan menjadi perempuan tangguh, ya?" Paman tersenyum, "Mirip dengan Mamamu."

Zoe mengangguk dan tersenyum bangga.

"Um, Paman," panggil Zoe. "Bagaimana kabar Hyung-hyung Zoe enam tahun terakhir ini?" Zoe pergi dan tinggal bersama kakeknya sebelum masuk sekolah menengah pertama, komunikasinya terputus dengan semua saudaranya oleh karena itu.

"Mereka baik-baik saja, Paman dan Bibimu mengurus mereka seperti anak sendiri." Paman tersenyum tipis sembari tetap menatap jalanan di depan. "Banyak dari mereka yang berubah, fisik maupun sikapnya. Tentu saja menjadi lebih baik." Paman kemudian tertawa, "Paman ingat Doyoung memberikan ceramah lebih panjang daripada Bibimu pada Renjun setelah ia berhasil kabur."

Paman Shin tersenyum, "Walaupun polos karena sempat diculik, Renjun ternyata cerdik. Ia menipu si penculik dan berhasil kabur, kondisinya tidak begitu baik saat kembali. Chenle hampir mengira Renjun adalah gelandangan."

Zoe mendengarkan cerita Paman Shin dengan baik, ia sebenarnya tidak begitu tahu kisah lengkapnya. Kakek hanya bilang Renjun berhasil kabur setelah diculik. "Woah, Renjun Hyung keren juga."

"Kamu tahu? Mark, Hyung kesayanganmu itu saat ini sedang menyiapkan debutnya sebagai penulis." Paman Shin kembali bercerita, "Padahal sejak SMA naskahnya selalu ditolak, ia sempat putus asa."

"Tapi, kamu juga pasti tahu. Mark seorang pekerja keras."

Zoe mengangguk setuju, alasan dia menjadikan Mark sebagai Hyung favoritnya adalah karena Mark sangat keren. Ia tidak akan berhenti sampai berhasil, Zoe menjadikan itu sebagai motivasi saat ia hampir menyerah mendapat misi yang sulit dari kakek.

"Lalu, bagaimana dengan Jisung? Apakah dia masih cengeng?" Zoe bertanya sambil menahan tawa, "Zoe rasa tingginya tidak lebih dari Zoe sendiri." Ya, salah satu kebanggaan Zoe adalah tinggi badan 170 cm-nya.

"Jangan meremehkan Jisung, Paman tidak akan berkomentar banyak." Paman Shin melirik Zoe dari kaca spion tengah, "Kamu nilai sendiri nanti."

*****

Zoe akhirnya sampai di depan pintu gerbang mansion milik keluarganya. Paman Shin tidak mengantarkan Zoe sampai masuk ke dalam pekarangan, ia langsung pergi lagi karena memiliki janji dengan seseorang. Zoe tidak masalah karena ia sendiri ingin masuk diam-diam, kalau menaiki mobil sampai ke dalam, seseorang bisa saja melihatnya. Zoe ingin mengejutkan seisi mansion dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Ia bahkan datang saat weekdays, sebagian besar penghuni mansion siang ini pasti sedang berada di luar.

Zoe menatap outfit-nya yang bertema all black, tas yang disampirkan di bahu kiri, dan pintu gerbang mansion-nya dengan tinggi hampir dua kali tubuhnya. Zoe melirik jam tangan berwarna hitamnya, "Pukul satu siang lewat dua puluh tiga menit, misi dari Kakek untuk tinggal bersama semua Hyung, dimulai!" ucapnya dengan semangat sambil mengangkat kepalan tangan ke udara. 


tbc

ZOE | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang