5

34 5 3
                                    


"Siapa di situ?"

Pintu kamar itu terbuka pelan, Zoe menoleh merasa panggilan itu ditujukan untuknya. Ekspresi terkejutlah yang ditampilkan pertama kali oleh si penanya, pria itu terdiam di tempatnya sambil menutup mulut dengan kedua tangan dan mata yang membesar, "Z-Zoe?" Ia menghampiri lawan bicaranya dengan tergesa. Zoe bangkit dari duduknya dan langsung memeluk pria itu–saudaranya yang paling ia sayangi–Taeyong.

"Ini benar Zoe? Aku tidak bermimpi?" Taeyong menepuk pipinya sendiri.

Zoe mengangguk, "Ini benar, sungguh, asli, nyata Zoe," ucapnya sambil melepas pelukan.

Taeyong menunduk menyamakan pandangannya dengan Zoe lalu mengusap lembut pucuk kepala adik tersayangnya itu, "Bagaimana kamu bisa ada di sini?" Selain perasaannya yang tak karuan karena kedatangan adik yang dirindukannya selama lebih dari lima tahun itu, di kepalanya pun muncul banyak pertanyaan.

"Kakek akhirnya mengizinkan Zoe kembali, Hyung. Zoe sudah sembuh dan siap untuk tinggal bersama Hyung-deul lagi."

Taeyong ikut tersenyum mendengarnya, "Kenapa tidak bilang terlebih dulu akan datang? Hyung dan yang lainnya pasti akan menyambutmu dengan baik," ia kemudian menatap senyuman jahil Zoe.

"Kamu ingin mengejutkan semua orang, huh?"

Zoe mengangguk-angguk lucu, "Tentu saja. Zoe-style sekali, 'kan, Hyung?"

Taeyong menggeleng pelan dan menjawil hidung Zoe, "Ya, Zoe-style sekali." Taeyong lalu mendudukkan tubuhnya di ranjang di hadapannya, "Zoe, sudah besar sekali," taeyong menatap manik Zoe dalam. "Dulu tinggimu hanya segini," tuturnya sambil memperagakan tinggi Zoe yang hanya selututnya.

"Apa?!"

Zoe mendudukkan tubuhnya di samping Taeyong lalu mulai menjelaskan panjang lebar mengenai tinggi badannya yang dulu tidak mungkin sependek itu, Taeyong hanya tertawa lepas melihat ekspresi kesal Zoe dan bibirnya yang mengerucut lucu saat berbicara. Taeyong lalu membaringkan tubuhnya di ranjang itu dan menatap langit-langit kamar kedua orang tuanya itu, "Tidak kusangka hari seperti ini akan datang. Zoe yang kurindukan akhirnya pulang."

"Hyung serindu itu dengan Zoe?" Zoe ikut membaringkan tubuhnya telungkup agar bisa melihat wajah salah satu kakak tertuanya itu.

Taeyong mengangguk sambil menutup mata. "Ah! Kamu sudah makan?" tanyanya pada Zoe.

"Tadi Zoe sudah makan ayam dengan Jungwoo Hyung di ruang makan."

"Oh, kalau begitu, siapa saja yang sudah kamu temui?"

"Baru Jungwoo Hyung dan Taeyong Hyung."

Taeyong lalu menegakkan tubuhnya, "Sana temui Doyoung, ia sedang tidur siang di kamarnya." Ia berjalan keluar kamar lalu berbalik badan, "Kejutkan dia," pintanya sambil mengedipkan sebelah mata.

Zoe tersenyum miring mendengarnya, "Tentu saja."

Seperginya Taeyong Zoe langsung berlari ke arah kamar Doyoung, ia merentangkan kedua tangannya ke belakang, Zoe percaya ia semakin cepat berlari karena 'gurunya' Yui-chan yang mengajarinya. Setelah sampai di depan pintu kamar Doyoung, ia mencoba menggerakkan kenop pintu tersebut dan berhasil terbuka. Doyoung tidak mengunci pintunya ternyata.

Zoe berjinjit saat mengendap-endap memasuki teritori Doyoung, ia melihat Hyung-nya itu sedang tidur dengan penutup mata dan selimut sedada. Ia berdiri di depan ranjang Doyoung, terpikir olehnya sesuatu yang seru untuk mengejutkan Hyung-nya yang penakut itu. Zoe berjongkok lalu menarik pelan selimut abu-abu milik Doyoung yang panjangnya sampai menyentuh lantai.

Sesuai perkiraannya Doyoung menarik kembali selimut itu dan masih tertidur pulas, Zoe kembali menariknya sedikit lebih kencang dari sebelumnya, hingga selimut itu hanya menutupi kaki Hyung-nya.

"H-huh?" seru Doyoung lalu menarik penutup matanya dan menarik kembali selimut yang hanya menutupi kakinya, tidurnya mulai terganggu dan muncul sedikit rasa takut di hatinya. Ia tidak cukup berani untuk bangun dan melihat ada apa di bawah ranjangnya.

Zoe yang mendengarnya menahan tawa dengan kedua tangan, ia sendiri ikut merasakan debaran di dadanya, tidak sabar melihat ekspesi terkejut Doyoung. Ia lalu menarik dan membuang napas pelan, bersiap untuk aksi terakhirnya. Dengan aba-aba di dalam hati ia memegang selimut itu dan bersiap menariknya.

1, 2, dan 3!

***

Doyoung sedang menikmati hari-hari liburnya sebagai aktor, ia baru saja mengambil cuti setelah setahun penuh bermain peran. Siang itu ia terlalu lelah hingga melewatkan jam makan siang dan tertidur pulas di kamarnya, ia juga tidak sadar seseorang memasuki kamarnya.

Tidurnya mulai tidak tenang saat merasakan selimut panjangnya ditarik perlahan sehingga menuruni tubuh bagian atas dan sampai di kakinya. Doyoung sepenuhnya sadar dan ketakutan saat selimut itu ditarik kencang dan jatuh sepenuhnya ke bawah ranjangnya.

Ia meringkuk di atas ranjang dan menutup matanya erat-erat, lalu beberapa saat kemudian ia merasakan ranjangnya bergerak. Doyoung mengintip sedikit untuk melihat dan matanya membulat sempurna saat gumpalan selimutnya bergerak merangkak ke arahnya.

"AAAAAKH!" Doyoung berteriak ketakutan saat ingin kabur dari ranjangnya, tetapi sesuatu di balik selimut memegangi erat pergelangan kakinya, dan Zoe si pelaku yang bersembunyi di dalam selimut sedang berusaha keras menahan suara tawanya.

"ROAAAR!" teriak Zoe dibarengi ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya, ia kemudian tertawa keras saat melihat wajah Doyoung yang sudah pucat pasi. Zoe menjatuhkan tubuhnya di ranjang Doyoung sambil tetap tertawa keras. Doyoung dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dijelaskan mencoba memahami apa yang barusan terjadi.

Apa itu barusan? Siapa anak ini? Apa aku bermimpi?

Zoe bangkit lalu duduk bersila di hadapan Doyoung yang tatapannya sudah berubah menjadi tajam. "Hei! Siapa kamu sembarangan masuk ke kamarku?" tanya Doyoung penuh selidik sambil melipat kedua tangannya.

Zoe sedikit terkejut mendengar pertanyaan Hyungnya itu, "Astaga, Hyung melupakan adik perempuanmu yang paling manis?" ucapnya sambil menyeka air matanya karena tertawa tadi.

"Apa? Aku tidak puny–" Mata Doyoung membelalak menatap senyum manis Zoe.

"ZOE?!" pekiknya kemudian menangkup wajah adik perempuannya itu. "Ini Zoe?!" tanyanya kembali masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia lalu memeluk erat tubuh adiknya itu, tetapi Zoe dengan cepat melepasnya.

"Jangan peluk-peluk, Hyung tadi ingin bilang tidak punya adik perempuan, kan? Hyung melupakan Zoe," tukas Zoe lalu mengerucutkan bibir dan melipat kedua tangannya.

Doyoung yang melihatnya sangat gemas lalu memeluk erat kembali Zoe, "Mana mungkin Hyung melupakan adik perempuan yang...," bisiknya di telinga Zoe.

"Yang apa?"

"Yang menyebalkan dan usil sepertimu," lanjut Doyoung lalu menggelitiki pinggang adiknya.

"Ahahahaha, lepas! Hyung,geli! Ahahaha," tawa Zoe kegelian.


tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZOE | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang