____________________
"Aw, aww!" Erina merasakan nyeri di pelipis. Lantas ia meluruskan pandangan ke benda yang memantulkan sosok perempuan berwajah pucat, mata sedikit sayu, dan rambut acak-acakan. Ada plester yang merekat di bagian perih tadi.
Segera ia menarik selembar tisu, lalu menekan-nekan bagian yang luka. Setelahnya, ia menarik plester perlahan. Sesekali dirinya mendesis saat udara menyentuh bagian luka yang panjangnya 3 centimeteran sambil mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.
"Tahu, ah!" Ia putus asa karena ingatannya hanya sampai Vera mencegah teman Arga memberikan minuman lagi.
Setelah membuang plester ke bak sampah di bawah wastafel, Erina melangkahkan kaki untuk kembali ke ranjang. Wajahnya setengah menunduk, pandangannya mengarah ke lantai granit krim, dan tangan kanannya menekan-nekan kepala. Sungguh, ia tidak akan menyentuh minuman favorit Arga lagi!
Pusing membuatnya menarik pikiran ke kebiasaan Arga. Bagaimana lelaki itu bisa tahan dengan alkohol, apalagi berkali-kali meminumnya? Ia saja yang hanya sekali coba langsung kapok.
"Astaga!" Erina terperanjat saat melihat sosok lelaki berkaus polo putih dan celana jin panjang sedang duduk di pinggir ranjang. Jantungnya sampai bertalu-talu di tempat.
Lelaki itu masih saja diam mengamati dirinya.
.
.
.
Maaf, isi bab ini dihapus sebagian demi kepentingan penerbitan.Untuk versi revisi dan lengkapnya, teman-teman bisa beli dalam versi cetaknya.
Bisa follow akun Fiieureka untuk dapat informasi lebih banyak, ya?
Gamsahamnidaaa,
Fii
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Erina!
Short StoryREADY STOCK (Penerbit Cerita Kata/Shopee) *** Kecelakaan beruntun yang merenggut satu-satunya keluarga Erina membuat hidup gadis itu tidak sama lagi. Kejadiaan tragis itu menariknya bertemu dengan Miranti Poernomo yang kehilangan anak bungsu karena...