_______________________
"Sadar juga kamu." Arga menyahut dengan nada yang terdengar sedikit ketus setelah menarik wajah ke belakang.
Erina memukul belakang kepala Arga tiba-tiba, lalu terkekeh meskipun mata sayunya menangkap delikan sebal lelaki tersebut. Dengan gelagat khas orang teler, ia bertanya, "Emangnya aku kenapa? Aku baik-baik aja kok, Mas."
"Gigimu gendut baik-baik aja! Ngerepotin, sih, iya!" Tatapan Arga seolah ingin menelan Erina hidup-hidup.
Erina meringis, memamerkan deretan gigi putih dan rapinya. Ia menunjuk alat pengoyak itu menggunakan telunjuk kanan. Tiga detik setelahnya, ia berkata, "Mas Arga nggak lihat gigiku itu gigi kelinci?"
Arga menoyor kepala Erina. "Bukan urusanku!"
Erina mengaduh karena baru sadar jika semua benda yang jatuh di retinanya bergerak-gerak. Keningnya mengernyit, sedangkan telunjuknya mengarah ke badan tegap lelaki itu. "Sssst, diam! Mas Arga jangan goyang-goyang! Aku pusing lihatnya."
.
.
.
Maaf, isi bab ini dihapus sebagian demi kepentingan penerbitan.Untuk versi revisi dan lengkapnya, teman-teman bisa beli dalam versi cetaknya.
Bisa follow akun Fiieureka untuk dapat informasi lebih banyak, ya?
Gamsahamnidaaa,
Fii
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Erina!
ContoREADY STOCK (Penerbit Cerita Kata/Shopee) *** Kecelakaan beruntun yang merenggut satu-satunya keluarga Erina membuat hidup gadis itu tidak sama lagi. Kejadiaan tragis itu menariknya bertemu dengan Miranti Poernomo yang kehilangan anak bungsu karena...