0,01

18 7 0
                                    

Kuatkan ragamu, dunia sedang mengujimu saat ini

Sesampainya mereka di sekolah. Banyak tatapan tidak suka mengarah mereka berdua, ralat lebih tepatnya kepada Naya. Salah satu nya Zea, kakak Naya sendiri. Ia memang tidak suka jika melihat Naya bersama dengan Naufan. Mungkin ada beberapa mereka yang suka, tapi sedikit.

"Ihh si Naya nempel amat sama Naufan"

"Naufan mending sama gue daripada sama si Naya"

"Naya sama Naufan couple goals bangett"

"Naya ganjen banget sih jadi cewek"

Kurang lebih begitu cibiran cibiran yang Naya dengar. Memang Naya sudah biasa di pandangi seperti itu, apalagi status Naya adalah pacar dari Naufan. Seorang yang most wanted, ganteng, pinter, kapten basket. Ahh terkadang Naya merasa dirinya tidak pantas mendapatkan Naufan, karena jika dibandingkan dengan Naya, Naya tidak akan ada apa apanya. Tetapi disisi lain, Naya merasa beruntung mempunyai orang spesial yang ada di dalam hidupnya. Setidaknya untuk saat ini Naya masih bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari kekasih nya Naufan walaupun bukan dari keluarga nya

"Fan, aku masuk kelas dulu ya. Byee" ucap Naya

"Iyaa nay, aku juga. Bye" jawab Naufan

Belum sempat ia menginjakkan kaki nya di kelas. Sahabat sahabat nya sudah berteriak

"NAYAAA I MISS YOU" pekik Icha

"Ahh nay lu lama banget sih datangnya" ucap Feli

"Lebay lu semua" cibir Dilla tak terima

Mendengar perkataan sahabatnya itu membuat Naya tekekeh geli. Ah rasanya sepi kalau tidak ada mereka di dunia ini. Mungkin hidup Naya akan terasa hambar

"Nay duduk dulu yuk" ajak Feli

"Eh lu habis nangis ya nay? Kenapaa ishhh. Cerita dong nay" tanya Icha

"Gara gara bokap lu lagi?" tanya Dilla yang sudah sangat mengerti tentang Naya

"Hm gitu deh" ucap Naya tak bersemangat. Matanya terlihat sendu, tatapan nya kosong. Mengingat kejadian tadi rasanya Naya ingin berteriak dan menangis sekencang mungkin.
Ini bukan pertama kali nya ia di perlakukan seperti ini, namun sudah berkali kali bahkan tak bisa di hitung. Ah sudahlah jika mengingat kejadian itu membuat Naya semakin pusing.

"Aahh Naya sayang, jangan sedih gitu dong. Kan ada kita kita. Kita bakal terus dukung lu kok" ucap Feli menyemangati Naya

"Iya nay, kita bakal selalu ada di sisi lu. Kita bakal selalu nyemangatin lu, iya gak dil?" sahut Icha

"Hmm, bener bener" jawab Dilla antusias

"Peyukkkkk" kini Naya menjawab dengan manja

Mereka berempat berpelukan. Dalam hati Naya, ingin sekali agar persahabatan mereka senantiasa seperti ini. Ia memohon pada Tuhan agar tidak memisahkan Naya dengan sahabat sahabat nya ini. Karena hanya mereka yang bisa mengerti kondisi Naya saat ini selain Naufan

...

Sepulang sekolah, Naya lebih memilih untuk merebahkan dirinya di kasur empuk nya itu. Rasanya hari ini hari yang sangat lelah bagi Naya, entahlah namun Naya merasa seperti itu. Sejenak ia memejamkan matanya. Merenungkan nasibnya, terkadang ia bertanya tanya pada dirinya sendiri untuk apa ia hidup jika ia diperlakukan seperti ini? Naya merasa menjadi orang yang tak berguna.
Belum sempat ia menikmati istirahat nya, terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Hm Naya rasa itu Zea. Dan benar saja Zea datang membawa bajunya yang segunung itu

"Nay nih lu setrika baju gue, gue capek. Lagi pula baju gue udah pada numpuk" ucap Zea

"Eum maaf kak, hari ini Naya capek banget. Besok aja ya kak, Naya mau istirahat" tolak Naya secara halus

Rutinitas Zea memang menyuruh Naya menyetrika bajunya, tidak hanya itu. Ia disuruh untuk membersihkan kamarnya, kamar papa dan mamanya, bahkan kamar kak Nathan, belum lagi ia harus membersihkan rumah yang segede gaban itu. Jika di tanya apa tidak ada pembantu disana? Ada namanya bi Imah, tapi bagian bi Imah hanya memasak saja. Selebih nya itu pekerjaan Naya. Bi Imah kadang merasa iba pada Naya yang diperlakukan seperti itu. Bagaimana tidak? Naya adalah anak dari keluarga tersebut, tapi Naya seolah olah dianggap menjadi pembantu di rumah itu.

"Gak bisa, pokoknya harus sekarang. Gue mau pakai baju itu" perintah Zea.

"Maaf kak Naya gabisa, Naya beneran capek banget kak" Ucap Naya dengan nada yang masih sangat lembut.

Plakk

Lagi dan lagi satu tamparan mendarat mulus di pipi Naya. Naya merasa pipinya berdenyut nyeri, belum lagi bekas tamparan dari papanya

"Lu tuh jadi adik yang nurut! Kerjaannya cuma santai doang. Masih beruntung lu ditampung disini" bentak Zea kepada Naya.

Mendengar keributan dari lantai atas tepatnya di kamar Naya. Santi, mama Naya langsung menghampiri kamar Naya.

"Ada apa sih kok ribut ribut!?" tanya Santi dengan tegas.

"Itu mah, Naya gak mau seterika in baju aku. Padahal aku mau pakai bajunya" ucap Zea dengan nada nada di melas melas kan

"Naya apa bener yang diucapin Zea?" tanya Santi.

"Iya bener mah, tapi Naya cap-" belum sempat Naya menyelesaikan omongannya. Tiba tiba

Plak

Satu tamparan mengenai pipi Naya lagi. Kali ini disebalah kiri. Rasanya lengkap sudah nyerinya. Dibagian kanan dan di bagian kiri terasa sangat nyeri. Segera rintikan air mata Naya menetes. Tak peduli dengan Naya yang sedang menagis, Santi malah memarahi Naya habis habis an.

"Kamu itu kalau disuruh kakak kamu yang nurut. Dasar anak gak berguna! Mama nyesel tau gak ngelahirin kamu"

'Mama nyesel tau gak ngelahirin kamu'

Kata kata itu terngiang di telinga Naya. Apakah sebegitu bencinya keluarga nya kepada Naya.

'Naya gak minta buat dilahirin ma, kalo emang Tuhan manggil Naya sekarang, Naya siap ma' batin Naya

Setelah mengatakan itu Santi langsung keluar kamar dengan kondisi marah, begitupun Zea. Tetapi tetap saja, ia harus menyetrika baju nya Zea. Kalau begitu mending Naya tidak menolak tadi, daripada ia harus begini? Ujung ujung nya tetap sama.

Sesaat setelah itu, Naya merasa ada yang masuk dalam kamar nya. Ah siapa lagi sih.

"Eh kak Nathan, kak Nathan mau ap-" lagi lagi ucapan Naya terpotong

"Bersihin kamar gue" ucap Nathan dingin

"t-tapi kak, Naya harus nyetrika bajunya kak Zea" ucap Naya

"Gue gak peduli, sekarang juga lu harus bersihin kamar gue" bentak Nathan.

"Trus nanti bajunya kak Zea gim-" tanpa aba aba Nathan segera mencekeram tangan Naya dengan sangat kuat. Ia menggeret Naya ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Nathan, Naya langsung di hempaskan begitu saja.

"Cepet bersihin" ucap Nathan dengan marah.

"i-iya kak" jawab Naya ketakutan.

Cengkeraman Nathan tadi begitu kuat, sehingga membuat tangan Naya berdarah. Tak apa itu sudah biasa bagi Naya.

Partnya pendek ya? Ahh maaf bangettt. Tapi tenang aja, author bakal up part selanjutnya lebih cepet

Budayakan vote yah bund!
Biar author lebih semangat lagi😘

NayakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang