Penulis menyatakan bahwa karya ini murni milik penulis. Apabila ada yang ingin plagiat, harap mengingat bahwa terdapat UUD No 28 Th 2004, tentang hak cipta
***
BAB 1
Ekor mata Acha menangkap seseorang yang berhasil menarik perhatiannya. Sedang, orang yang dipandang hanya duduk tanpa menyadari kehadiran Acha.
Acha tidak mengenal laki-laki itu. Hanya saja, cara menggambar laki-laki itulah yang membuat ketertarikannya untuk menyapa.
Laki-laki itu memicingkan kedua matanya seraya menatap pensil yang dijauhkan dari pendangannya sekitar 40 CM-an, mencoba membayangkan gambar yang akan dia gambar di buku gambar miliknya.
“Selamat pagi!” sapa seseorang yang tiba-tiba muncul di depannya sambil tersenyum lebar, itulah Acha.
“Pagi?!” jawab laki-laki itu kikuk.
“Apakah kamu anak Designer?” tanya Acha yang tidak kunjung dijawab.
“Perkenalkan namaku Acha. Anak Designer semester 1 di sini. Apa mungkin kita satu kelas?” Tanpa ditanya Acha mulai memperkenalkan dirinya sendiri.
“Aku bukan jurusan Designer!” sahut laki-laki itu dengan cepat.
Acha meragukan jawaban laki-laki itu. Karena, buku gambar yang ada ditangan laki-laki itu berisi rancangan baju 4 model yang sepertinya baru digambar.
“Hai… kamu tidak perlu berbohong!” protes Acha yang membuat laki-laki itu segera menutup buku gambar miliknya, menyadari Acha yang sudah melihat gambarannya.
Acha memilih duduk santai di depan laki-laki itu, tanpa memedulikan penolakan lawan bicaranya ketika dia akan mendekat.
“Tenang! Aku tidak akan mengambil karyamu,” ucap Acha menjelaskan kedatangannya. Setidaknya, Acha ingin berkenalan.
“Jika kita bukan teman kelas? apa mungkin kamu kakak tingkatku?” tanya Acha yang bersih kukuh ingin berkenalan.
“Aku sudah bilang bahwa aku bukan anak Designer!” jelas Laki-laki itu dengan tegas.
“Lalu? Kenapa kamu ada di sini?! Jangan malu untuk mengakui kalau kamu memang anak designer. Jika kamu tidak punya teman? aku bisa jadi temanmu,” ujar Acha panjang lebar.
Laki-laki itu memilih untuk pergi meninggalkan Acha yang telah mengganggu ketenangan dia dalam mencari inspirasi
***
Bayu mencoba mengingat kembali di mana dia menyimpan ID name miliknya. Tanpa ID name dia tidak bisa masuk ke perpustakaan Kampus.
Bayu mencoba mencari ke tempat di mana dia bertemu dengan Acha. Mungkin saja ID name miliknya terjatuh di sana. Namun, harapannya hilang ketika dia tidak menemukan ID name-nya. Dia hampir putus asa.
Selang beberapa menit, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
“Akhirnya kita bertemu kembali.” Acha memulai percakapan. Sedang Bayu benar-benar benci akan pertemuan mereka.
“Menurut Kakak. ini takdir atau kebetulan?” Tanya Acha.
“Pergilah aku tidak ingin diganggu,” jawab Bayu dengan ketus. Namun, dia terdiam sejenak. Panggilan ‘Kakak’ dari Acha membuat dia heran. Pasalnya pertemuan pertama mereka, Acha memanggilnya dengan sebutan ‘Kamu’ ibarat teman bagi Acha.
“Nama Kakak, Marcello Bayu Alfareil, kan?! Jurusan bisnis management dan sekarang semester 7.” Bayu semakin yakin bahwa ID name-nya ada pada Acha.
“Berikan ID name-ku dan terima kasih telah menemukannya,” jawab Bayu.
“Traktir makan siang jika kakak memang berterima kasih pada ku.” Acha memberi syarat.
“Baiklah.” Bayu menyetujui ajakan Acha tanpa berpikir terlebih dahulu. Berharap dia bisa segera pergi dan tidak bertemu dengan Acha lagi.
“Berikan nomor Hand Phone Kakak agar aku bisa menghubungi Kakak,” ucap Acha kembali.
***
Indra dan Bayu duduk santai di teras Masjid usai melakukan salat Zuhur. Nada dering dari Hand Phone milik Bayu memecahkan keheningan di antara mereka, apalagi suara itu milik perempuan. Indra menatap Bayu penuh tanda tanya. Pasalnya, Bayu tidak punya saudara perempuan dan Indra tidak pernah melihat Bayu dekat dengan perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Acha
Teen FictionAcha tidak pernah menyangka ia akan dilamar oleh sahabatnya, Bayu. Namun, kedatangan cinta pertamanya membuat ia kebingungan. Apakah Acha akan memilih Bayu? Ataukah ia kembali bersama cinta pertamanya?