14

1.1K 164 31
                                    

Minggu, 03 Maret 2024

16.08 baru inget buat update

🌾🌾

Happy reading, Hamia✨🧡

Bangunan megah dengan gerbangnya yang besar dan menjulang tinggi serta eksterior yang begitu memanjakan mata adalah markas Kompeni. Tempat itu akan selalu menjadi titik kumpul. Kumpulan anak laki-laki tanpa ada satu pun spesies kaum hawa di dalamnya. Yups, Kompeni hanya beranggotakan kaum laki-laki saja. Jika ada perempuan masuk ke dalam markas ini, sudah dipastikan mereka merupakan kekasih dari salah satu anggota.

Nuansanya aesthetic dengan barang-barang yang disusun sedemikian unik. Meski hanya ada laki-laki, markas Kompeni selalu tampak bersih loh. Hal itu dikarenakan mereka membuat jadwal piket setiap harinya, pun beberapa anak arsitektur ikut mendiami markas ini hingga mereka dapat menciptakan ruangan indah dan nyaman untuk dinikmati bersama.

"Ter, lo ke sekolah nggak?" Arta menanyai Tero, salah satu anggota dari kelas 10.

"Ntaran, abis istirahat ke-dua, Bang!"

Arta tak menjawab lagi. Berarti selama ia di sekolah, ada rombongan anak kelas 10 yang berada di sini. Arta hanya memestikan hal itu saja. Biasanya jika mereka datang telat dan sengaja absen pada beberapa mapel, itu karena kurang suka dengan gurunya atau mata pelajarannya, kemudian bisa jadi pula karena urusan lain.

"Edo gak bareng. Dia nganter Aurel ke Jakbar." Beri tahu Rehan setelah tadi sempat mengutak-atik ponselnya guna menghubungi Edo.

Yoyon menoleh. "Ngapain ke Jakbar?"

"Lomba dance kali. Yang kemarin sponsornya lewat beranda tiktok itu lho!" Ari nyeletuk, menebak saja yang ternyata benar. Terbukti Rehan memberi anggukan.

Dentingan jam dinding terus berbunyi, berputar seperti biasa dan menunjukkan pukul tujuh lewat lima. Tanpa aba-aba Arta bangkit meraih jaket bertuliskan Kompeni di bagian dada yang di naungi mahkota emas sebagai simbol bahwa ia merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di sini. Cowok bertubuh kekar untuk ukuran anak SMA tersebut keluar diikuti seluruh anggota inti kecuali Edo pastinya.

Mereka siap berangkat ke sekolah sekarang!

***

Matanya memperhatikan kekasihnya tengah berpamitan pada ke-dua orang tuanya. Sedang dirinya sengaja tak keluar dari mobil dan menunggu di dalam sini saja. Hanya membuka kaca jendela untuk dapat melihat dengan jelas.

"Okey, Aurel pergi sekolah dulu, ya," ucapnya pada sang mami yang sedang berdiri di tangga teras rumahnya yang megah.

"Hati-hati, Sayang. Sekolah yang bener, jangan menceng ke mana-mana. Gak usah aneh-aneh, nanti papi marah." Maminya selalu memberi nasehat seperti ini dan menakut-nakutinya perihal papinya akan marah jika ia tak menurut.

Papinya memang berwatak keras. Jika ia sudah katakan "A" maka sampai kapan pun tak akan berubah menjadi "B". Sekeras itu memang, dan tak mudah terhasut omongan orang lain.

"Hmm." Aurel membalasnya dengan deheman singkat. Setelah maminya menyematkan kecupan pada dua bola pipinya, Aurel segera menuju mobil sang kekasih yang sudah terparkir. Tak banyak berucap lagi ia segera masuk ke dalam. Duduk di kursi penumpang bagian depan sebelah tempat duduk Edo yang menyetir.

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang