7. Lastri

16 5 2
                                    

Hayy Reader's!

Maaf lama updatenya, akhir-akhir ini sibuk banget soalnya.

Awali dengan Vote!
Akhiri dengan Comment!

Happy Reading!

*****

Surabaya, 2020.

Sejak duduk di bangku SMP aku sudah mulai menggilai dunia K-pop. Kalian pasti tanya aku menjadi kpopers jalur apa, ya aku menjadi kpopers karena diracuni oleh kakak perempuanku. Herlina Nanda. Setiap hari jika dia sedang nonton streaming MV selalu duduk disebelahku. Mau tak mau aku juga ikut menonton dan akhirnya aku menjadi kpopers.

Aku juga mulai mengumpulkan uang untuk membeli album, lighstick, poster hingga lainnya. Terutama tentang boyband yang saat ini sedang naik daun. BTS. Aku bahkan menempel poster itu di kamarku. Sebulan pertama tak terjadi apa-apa. Tak ada hal aneh didalam kamarku cuma sedikit panas saja. Aku selalu mengeluh karena gerah hingga Ayah menambah AC di kamarku.

"Kamu mau menambah lagi postermu itu?" tanya Bunda ketika aku lewat sambil membawa poster di tanganku.

"Dikasih Dona," jawabku.

"Lisha, gak baik pasang begituan banyak-banyak. Satu saja itu sudah cukup. Malaikat tak akan mau datang ke kamarmu, lihatlah Ayah mu sampai membeli AC lagi."

Apa yang dimaksud Bunda? Kenapa? Sepertinya tak ada yang salah. Karena akhir-akhir ini suhu udara disini memang sedang terik. Kenapa disangkutkan dengan poster?

"Maksudnya?" tanyaku.

"Kau pernah melihat kuntilanak disekitar sini kan?" tanya Bunda.

Aku mengangguk pelan. Tak hanya pernah bahkan setiap hari aku melihatnya.

"Kau tahu dia suka laki-laki?" tanya Bunda lagi.

"Iya."

"Poster yang kau tempel semuanya wajah laki-laki kan?, lalu bagaimana jika mereka semua pindah ke kamarmu karena ingin melihat wajah oppa-oppamu itu?" tanya Bunda.

Aku terdiam, aku tak berfikir sepanjang ini. Aku hanya berpikir kalau mereka khususnya Kunti akan suka dengan produk lokal tak sampai diluar itu.

"Tau tuh udah punya oppa juga, ganteng pula," sahut pria disamping Bunda. Nando. Aku hanya diam tak berniat untuk membalasnya.

"Lo beli poster lagi?" tanya Kak Nanda ikut duduk disebelah ku.

"Dikasih Dona."

"Jadi?" tanya Bunda.

"Lihat nanti aja Bun, yaudah Lisha ke kamar."

Aku pergi ke kamar dan membaringkan tubuhku. Baru saja ingin menutup mata ponselku berbunyi. Aku mengambilnya ternyata itu Dona.

"Kenapa Don?" tanyaku ketika panggilan itu mulai terhubung.

"Lis gue malam ini nginap dirumah lo ya, mama gue nanti malam ke rumah sakit om gue sakit. Papa masih dinas diluar kota," jawab Dona.

"Seriously?" tanyaku senang.

"Iya, nanti sore gue kesana. Gue udah bilang ke Tante Jihan juga," ucap Dona.

"Oke sampai nanti Rina."

"Dadah Jihan," Balas Dona sebelum mematikan sambungan telepon.

Terkadang memanggil sahabat dengan nama orang tua itu lebih enak. Setelah itu aku langsung memasang poster yang kudapatkan tadi.

***

Indera Ke-enamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang