Hay Readers!
Kita ketemu lagi disini.85% ini pengalaman nyata. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Happy Reading!
*****
Jakarta, 2012.
Banyak orang yang menganggap mahluk halus hanya sebuah kebohongan saja. Tapi itu tidak bagi beberapa orang yang dianugerahi kemampuan yang bisa melihat mereka. Hidup ini saling berdampingan, meski kalian tak bisa melihat mereka tetaplah hormati mereka.
Bersyukurlah kalian yang tak mempunyai kemampuan ini. Tak sepertiku. Aku akan menceritakan kepada kalian semua tentang pengalaman ku berinteraksi bersama dengan mereka.
Awalnya aku membenci kelebihan yang aku miliki ini, tapi lama kelamaan aku menyadari bahwa aku salah satu orang spesial diantar kalian semua. Terkadang juga aku mendengarkan kisah hidup mereka jika mereka mau bercerita dengan diriku.
Alisha Andini. Itulah nama yang diberikan ayah dan bunda untuk ku. Aku anak ketiga dan memiliki dua kakak, perempuan dan laki-laki dengan nama Herlina Nanda, dan Harlino Nando. Mereka berdua kembar seiras.
Aku menyadari bahwa aku mempunyai kelebihan ini saat masih berumur lima tahun. Saat itu aku dan keluargaku mengunjungi Museum Fatahillah yang bertempat di Jakarta Barat. Karena kebetulan kita baru saja mengunjungi rumah Kakek.
Saat itu keadaan disana cukup ramai karena banyak pengunjung yang datang. Kami langsung memasuki Museum itu. Aku masih tetap berada di gendongan Ayah. Kakak kembarku yang berumur delapan tahun itu berjalan dengan menggandeng tangan Bunda.
"Kenapa disini ramai sekali?" Tanya ku pada Ayah.
"Disini sepi nak, diluar saja yang ramai. Mungkin mereka sudah selesai berkunjung," Jawab Ayah.
"Turunkan aku Ayah!" Pinta ku.
"Lisha mau kemana?" Tanya Ayahku mulai menurunkan aku.
"Mau bermain dengan mereka" Jawab ku sambil menunjuk beberapa anak kecil dengan wajah khas Belanda.
Aku dapat melihat ayah dan ibuku saling bertatap bingung. Kini Bunda berlutut menyamakan tinggi badanku. Ia mengelus rambutku lembut.
"Mereka siapa?, Disini tak ada anak kecil Lisha. Bunda hanya melihat orang dewasa dan tiga anak kecil yaitu Lisha, Teteh Nanda, dan Bang Nando," Jelas Ibuku lembut.
"Tapi Lisha bisa melihat mereka Bunda!" Kataku keras kepala.
Ayah dan Bundaku nampak tertegun mendengarnya. Mereka berdua kembali saling bertatapan. Tak lama kemudian Ayah juga berlutut menyamakan tinggi badannya.
"Lisha melihat apa saja?" Tanya Ayahku.
"Ada anak kecil disana, ada noni Belanda juga, terus ada tentara Belanda yang berdiri didekat pintu itu," Jawabku sambil menunjuk mereka satu-satu.
Entah kenapa tiba-tiba Ayah menggendong diriku dan mengajak kita semua keluar dari Museum Fatahillah. Kita langsung kembali ke rumah Kakek. Sampainya dirumah Kakek, Ayah menggendong ku masuk kerumah Kakek dengan sangat terburu. Begitupun dengan Bunda yang membawa Kak Nanda dan Kak Nando.
"Papa!" Teriak Ayahku memanggil Kakek.
Kakekku datang dengan tatapan bingungnya. Tak lama ada nenekku juga yang menyusul.
"Kalian tak jadi pergi?" Tanya Kakekku bingung.
"Lisha sepertinya punya kelebihan sepertimu Papa," Kata Ayahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indera Ke-enam
TerrorKalian tak bisa melihat apa yang ku lihat -Alisha Andini- *** Hay! Jadi 85% cerita ini nyata, dan yang lain hanya pelengkap saja. Kisah ini menceritakan tentang pengalaman seorang gadis yang mempunyai kemampuan spesial.