Bab 1 - Halusinasi dan Delusi

2K 265 53
                                    

Bangkit dari tempat tidurnya, Yunki melangkah menuju pintu kamarnya yang hanya berjarak tiga langkah. Ia meringis sedikit karena kakinya masih terasa kaku untuk berjalan di atas lantai rumahnya yang hampir sedingin es, sudah biasa baginya untuk merasakan hal tersebut tiap kali ia bangun di pagi hari. Tangannya bergerak memutar knop pintunya yang bulat dan dingin. Dengan segera ia berjalan keluar seakan mimpi buruknya yang tadi tidak pernah terjadi. Ia berjalan menuju dapur melalui lorong rumahnya yang gelap, masih jam enam pagi. Harusnya langit sudah sedikit lebih terang, namun pagi itu cuaca terlihat sangat mendung seperti akan turun hujan yang deras, terlebih bunyi gemuruh terus bersahutan sedari tadi. Ruangan yang gelap tidak mengganggunya sama sekali. Tidak perlu cahaya baginya untuk menemukan jalan, sudah sangat familiar dengan rumah barunya setelah pindah untuk kedua kalinya setelah kebakaran yang menimpa keluarganya hampir  dua tahun yang lalu.

Yunki menyalakan lampu dapurnya, meskipun dari kaca jendela terlihat semburat sinar matahari sudah bersinar malu, namun dapur tersebut masih terlalu gelap baginya untuk memulai aktivitas paginya. Sambil menggaruk kepalanya, meregangkan otot, dan menguap, ia kemudian membuka pintu kulkasnya dan terdiam sesaat. Sepertinya masih terlalu pagi untuk menyiapkan sarapan. Matanya memandang sinis isi kulkasnya yang menyedihkan, hanya ada telur dan buah-buahan. Terlalu sibuk baginya dan adiknya untuk menyempatkan diri berbelanja bulanan.

"Sedang apa kau?" suara tersebut memecah hening dan sontok membuatnya kaget. Kepalanya menoleh pada sosok adiknya yang sudah terlihat rapi. Yujin Sohn mengenakan blus biru muda dan celana panjang hitam. Kakinya baru dibalutkan oleh kaus kaki pendek bergambar kucing pemberian Yunki saat natal tahun lalu. Ia meletakkan bukunya yang tidak terlalu tebal di meja kemudian menuangkan segelas air sembari menarik kursi untuknya duduk.

Yunki berbalik memalingkan kepalanya kembali menatap isi kulkas dan mengambil dua butir telur, masih sisa satu. Tidak cukup untuk mereka makan sampai besok. Ia berjalan meninggalkan pintu kulkas tersebut terbuka sampai akhirnya tertutup dengan sendirinya. "Pagi sekali? Bukannya hari ini kau shift siang?"

Yujin mengangguk sambil membuka buku yang sedang menjadi bacaan favoritnya saat ini. "Hmm, semalam Jimin bilang padaku ia tidak bisa mengisi jadwal shift paginya."

Sambil memecah telur di atas penggorengan yang sudah panas, Yunki menyahut kesal. "Lalu? Kau menggantikannya? Memang tidak ada karyawan lain?"

Masih tidak melepaskan pandangannya dari buku tebal dan sudah mulai berwarna kuning, Yujin hanya mengangkat bahunya sedikit. "Yah, setidaknya aku dapat bonus?"

"Kau ini bekerja part time atau full time memangnya?" Yunki bergumam samar sambil mematikan kompor. Sarapan sederhananya sudah siap. Ia tahu Yujin selalu suka telur mata sapi buatannya, terlebih jika disajikan bersama dengan selembar roti yang dipanggang hingga renyah. Yunki menyajikan telur buatannya di atas piring putih dan meletakkannya di hadapan Yujin. "Tidak ada roti tidak ada susu, jam berapa kau pulang hari ini? Aku akan menjemputmu sekalian kita harus belanja bulanan." Yunki menggeser novel yang sedang dibaca Yujin dan menggantikannya dengan sarapan buatannya.

Yujin melemparkan tatapan kesal, "Kau tidak perlu menyingkirkan bukuku." Dengan wajah yang sedikit kesal Yujin mengambil sendok dari kotak kayu di meja makannya yang berwarna putih, tidak lupa mengambil satu lagi untuk kakaknya.

"Jam berapa kamu pulang?" Yunki mengulang pertanyaannya disahut jawaban pendek adiknya yang sedang menyantap telur mata sapi buatannya, "Jam enam."

Yunki duduk menemani adiknya sarapan sambil melirik novel yang tadi digesernya. Swimming Lessons, karya Claire Fuller. Adiknya memang gila novel, entah sudah berapa lusin novel terpajang di kamarnya. Belum lagi di dekat kampus adiknya berkuliah nanti ada sebuah toko buku yang sangat besar dan terkenal, Yunki harus mempersiapkan diri melihat adiknya mengadopsi buku baru lagi dan lagi nantinya.

Guess WhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang