Bab 1

157 27 25
                                    

Penulis menyatakan bahwa karya ini, murni milik penulis. Dilarang mengcopy sebagian atau bahkan keseluruhan isi karya ini. Apabila ada yang berniat melakukan plagiatisme, ingatlah jika terdapat Undang-Undang nomor 28 tahun 2014, tentang Hak Cipta.

*Peristiwa dan karakter dalam cerita ini adalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan, hanyalah kebetulan semata.

*Membacalah dengan bijak!
*Update tiap hari jumat. Perubahan schedule akan disampaikan di Ig penulis ataupun di akhir bab. Suksma


"Dengarlah kisahku. Mungkin, inilah kesempatan terakhir kita."

***

"Laura, dengarkan aku dulu!" Pemuda itu mencoba menahan kepergian Laura.

"Ini bukan cinta, Al. Ini hanya perasaan iba kamu sama aku," tangis Laura makin kencang sambil memukul dada pemuda di hadapannya.

Pemuda itu meraih kepala Laura dan membawa ke dada miliknya. "Kau dengar itu? Itu detak jantungku setiap bersamamu. Aku merasa lebih hidup Laura!"

Laura menggeleng dalam dekapan pemuda itu. "Aku tak bisa. Aku harus kembali, Al. Aku punya masa depan yang harus ku kejar. Dan kamu tahu, masa depanku bukan di sini."

Pemuda itu melepaskan pelukannya. Air mata mulai menetes tanpa bisa ia bendung. Rasanya sakit, mendengar gadis yang ia cintai mengatakan hal yang begitu mengiris hatinya.

"Lalu, apa arti kebersamaan kita selama ini? Apaaa?!" Tanpa sadar, suara pemuda itu meninggi sebelum bisa dicegah.

"Kita punya cerita kita sendiri Al. Dan ceritaku, tidak berada di satu bab denganmu. Cerita kita harus berakhir di sini!" isak Laura lirih sembari meninggalkan pemuda berwajah sendu yang berdiri di tengah gerimis yang kian menderas.

***

Tak'kan pernah kuberpaling
Jauh dari kasih sayangmu
Hanyalah satu yang s'lalu kurindu

Di depanmu kuberjanji
Tak'kan hatiku mendua
Cintaku untukmu
Selamanya

Alunan sebuah lagu sendu, terdengar dari sebuah kamar yang didominasi warna putih dan perabotan yang terbuat dari kayu jati berukir, sehingga memberikan kesan mewah, tapi minimalis.

Nampak, seorang gadis berambut hitam sepunggung, tengah mematut diri di cermin sembari bibirnya turut berdendang menyanyikan lagu yang diputar di sebuah ponsel keluaran terbaru. Sesekali ia memutar-mutar tubuhnya memastikan pakaian yang dikenakan sudah dirasa cocok. Sementara, di atas ranjang terlihat tumpukan pakaian yang sejak sejam lalu ia coba kenakan, tetapi dirasa kurang pas.

"Laura, kamu akan menjadi sorotan malam ini," gumamnya sambil memberikan polesan terakhir pada bibirnya, berupa lipgloss merah muda.

Setelah mematut diri untuk kesekian kalinya, gadis bernama Laura Marcella itu pun melangkah dengan elegan keluar meninggalkan kamarnya.

KISAH CINTA LAURA (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang