Asterisk Breathing |•• Kimetsu No Yaiba×Reader [DISCONTINUED]

Ni : Tokito Twins

Before Chapter.

"Hirosaka? Yui? Namaku Yuichiro Tokito dan dia Muichiro Tokito."

"Namamu?"

"... Namaku?"

"Iya namamu, memangnya nama siapa lagi?"

"Namaku (Name)"

|———————•~

"Namaku (Name)"

Krrrtttyyuutttttt!—

"..."

"..."

"..."

Bunyinya sangat aneh! Apa.. apakah mereka mendengarnya ya? Tentu saja ya mereka mendengarnya karna suaranya cukup ke-ras.

"A-anoo... e-ettoo areee?? A-apa itu? Ehh b-buwong puyuh?" Aku gak peduli pokoknya harus ku alihin pembiaraan ini.

"Pfft, suara apa itu? Kentut!!? Bwahahahahaha!" Lawak kau muichiro! Lihatlah nanti pembalasanku.

"Pftt–" Yuichiro menutup mulutnya untuk tidak tertawa. Bahkan Yuichiro juga tertawa!

"Aaaa!!! LUPAKAN BUNYI TADI!" Teriakku dengan wajah memerah malu karna ditertawakan.

"Sudahlah mui, etto (name)-chan? Kau lapar kan ayo kerumah kami, kebetulan juga ada makanan"

"Boleh?"

"Tentu."

"Yatta!"

Uwahh aku diundang kerumah tokito twins, tapi orang tua mereka masih hidup gak ya?

Tanya aja deh:D

"Tokito san, tokito san," Kepala mereka berdua berbalik mengarah ku, aku memberi jeda. "Apakah kalian tinggal berdua?" Tanyaku dengan wajah polos.

"Apa apaan maksud pertanyaanmu—!"

"Iya! Sebenarnya tidak hanya berdua sih, kami tinggal bersama almarhum kedua orang tua kami."

Sasuga kakak Yuichiro,

"Mereka mati ya?" Aku salah bicara sepertinya.

"M-maaf–"

"Ehmm... tak apa, bukan hal yang aneh untuk orang yang tidak tau apa apa menanyakan itu"

Senyumannya terlihat palsu, ini salahku.

"Kalau begitu boleh aku bertanya satu hal lagi tentang mereka?"

Mereka terlihat tak yakin tapi sepertinya Yuichiro paham dengan sifatku. ((Dasar kang kepo//plakk*

"Tentu."

"Kapan mereka meninggal?"

".... seminggu yang lalu,"

"..." Mataku kehilangan cahaya seketika, mengingat bahwa akan ada iblis yang menyerang rumah mereka malam hari ini.

"(Y/n)?"

"Apa? Kau kasihan pada kami? Humph, gak butuh." Muichiro berulah ya bundz.

"Tidak ada, ayo aku sudah lapar"

"Kukira kenapa,"

Yuichiro memegang tanganku, hangat sekali tangannya lalu empuk. Jadi rindu abang,