Chapter 2

3.1K 400 15
                                    

'Apa-apaan dirinya ini,' batin Zoro yang merasa canggung dengan posisi mereka saat ini.

"Terima kasih," bisik Yushi tepat ditelinga Zoro yang dapat Zoro rasakan deruh nafasnya.

"Untuk apa?" balas Zoro yang bingung dan mematung.

"Kau yang menyelamatkanku kan?" sedikit mundur dari posisinya. Yushi langsung mengambil pedang Wado Ichimonji milik Zoro dan menjauh darinya.

"Jangan pernah menyentuh pedangku, sialan!" geram Zoro yang langsung menarik pedangnya dari genggaman Yushi.

"Wado Ichimonji? Salah satu pedang kelas 21 O Wazamono," ujar Yushi.

"Kau tahu? Kau pengguna pedang juga?" tanya Zoro.

"Mungkin," balas Yushi.

"Dimana pedangmu? Kenapa aku tak melihatnya?" ucap Zoro.

"Kau tidak akan pernah bisa melihatnya," balas gadis itu membuat Zoro yang mendengar jawaban tersebut bingung dengan apa yang baru saja dikatakan olehnya. Yushi meninggalkan Zoro yang sedang memikirkan apa yang dia katakan sendirian di dek kapal dan memutuskan untuk pergi kekamar wanita.

Yushi POV

Aku meninggalkan Zoro yang nampaknya sedang bertanya tanya dalam pikirannya tentang apa yang aku katakan tadi. Waktu yang tepat untuk beristirahat dengan tenang, sudah lama aku tidak merasakan tidur dengan tenang. Aku masuk kedalam kamar wanita melihat Nami dan Vivi yang sudah tertidur pulas.

Aku mendudukan dan menyenderkan tubuhku pada dinding dikamar wanita. Yaa aku memutuskan untuk tidur dilantai dengan posisi duduk, entahlah aku merasa sangat nyaman jika tidur dengan posisi ini.

Aku memikirkan tujuan Shichibukai yang menginginkan sebuah kerajaan Alabasta. Bukankah itu cukup aneh, kurasa ada tujuan lain dibalik itu semua, aghh terserahlah lebih baik aku tidur.

☠️☠️☠️

"Yushi bangunlah," Nami menepuk bahuku yang membuatku spontan untuk bangun. Ohh tidak apa ada peraturan dikapal ini untuk bangun pagi? Atau terjadi sesuatu?

Aku memegang kedua kelopak mataku dengan ibu dan jari telunjukku. Menaikan alisku untuk menanyakan apa tujuan Nami.

"Kenapa kau tidur dilantai? Kau bisa tidur dikasur kan?" ujar Nami dengan perempatan dikepalanya.

"Tidak nyaman," jawabku seadanya.

"Aku jadi tidak enak dengan kau, padahal kau adalah nakama dikapal ini sedangkan aku hanyalah seorang penumpang, tetapi malah aku yang tidur dikasur," ujar Vivi merasa bersalah yang berada disamping Nami.

"Kau juga bagian dari kami," ucapku datar meski ada penekanan sedikit di kalimat itu.

"Jangan berbicara seperti itu bodoh!" pekik Nami yang marah pada Vivi.

"Gomen gomen, aku merasa sangat berhutang budi pada kalian," balas Vivi.

"Lupakan. Yushi aku ingin bertanya sesuatu padamu," Nami memasang raut wajah yang serius.

Aku bangkit dari dudukku dan pergi meninggalkan mereka ke kamar mandi untuk merapihkan diriku. Setelah cukup lama aku melakukan ritual pagi, aku keluar dan menuju kekamar wanita. Sepertinya Nami ingin berbicara serius.

Aku masuk kekamar wanita melihat Nami yang sedang melihat petanya sedangkan Vivi yang membaca koran, dilihat dari jauh sepertinya isi koran itu adalah kabar dari Alabasta.

"Nah Yushi, duduklah disini," Nami memalingkan pandangannya dari petanya dan menepuk kursi yang ada disamping.

"Hmm?" gumamku yang bertanya pada Nami.

One Piece (XReader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang