"Maven, apa kamu nggak mau memiliki pacar?" tanya Lilia, salah satu teman dekat Mavenxa.
"Nggak," jawab Mavenxa singkat.
Lilia nampak terkejut, ia mengerucutkan bibirnya, "kenapa? Bukannya kamu itu cantik, ya?" tanya Lilia merasa penasaran.
Mavenxa menghela nafas dan menutup buku yg sempat di bacanya tadi, "cinta? Sampah dari mana itu," ucap Mavenxa berdecak kesal. Oh ayolah, ia adalah seorang minim rasa (acuh dan hampir tidak memiliki perasaan).
Lilia nampak kesal dengan jawaban dari Mavenxa. "Hei! Jangan meremehkan cinta, Maven. Nanti kalau kamu jatuh cinta, gimana? Lagipula, cinta kan menyenangkan, maniss... Awww," ucap Lilia terlihat bersungut-sungut. Sementara Mavenxa, ia terlihat tidak perduli.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Hn, novel murahan," gumam Mavenxa mencibir.
Ya, lagi-lagi cerita tentang Antagonis yang akan meminta maaf setelah adanya roh lain dari tubuh sang pemilik. Namun, Mavenxa tidak tau, kenapa harus meminta maaf? Bukankah dia adalah roh dari zaman lain. Lagipula kenapa harus berdekatan dengan tokoh Protagonis? Bukankah ia bisa menjauh? Sangat klise.
Dan itu menyebalkan, apalagi banyak tokoh pria yg melindungi tokoh utama wanita, sementara sang Antagonis? Haha, nasibnya sudah seperti gembel di pasar-pasar. Mavenxa terkadang ingin merubah alur tersebut. Namun, banyak sekali gadis-gadis yang memiliki minat akan novel tersebut, jadi... Ia tidak akan tega untuk men-hack akun penulis itu.
Mavenxa menggeleng memikirkan rencana kejinya, ia mulai bergegas pulang setelah kuliahnya selesai, cuaca hari ini tampak tidak bersahabat, langit tampak mendung, angin bertiup kencang seolah-olah akan terjadi suatu fenomena alam.
Mavenxa mendengarkan musik lewat Headset nya, ia sedikit mendongak untuk sekedar menatap ke arah langit, ya... Hari ini adalah hari kematian Bibi Mavenxa, yang membuatnya sedikit iba, namun ia tidak sedih.
Saat Bus sudah datang, Mavenxa bergegas untuk naik ke dalam angkutan umum tersebut.
_o0o_
"Bibi, apa kabar?" gumam Mavenxa pelan. Ia berjalan ke arah rumahnya, mungkin saat ini Ibu maupun Ayahnya masih bekerja di luar kota, Ibunya bekerja sebagai Dokter, sementara sang Ayah bekerja sebagai Editor terbesar di kotanya.
Dulu saat Bibinya masih ada, ia selalu bersama sang bibi. Bercerita, membuat cerita, bermain, maupun memasak bersama, namun setelah kematian Bibinya 3 tahun lalu, tampak membuat Mavenxa lebih kesepian dan menjadi pribadi yg tertutup.
Ayah dan Ibu Mavenxa memang sangat menyayangi Mavenxa, namun mereka terkadang lebih sibuk dari dugaan, sehingga seharusnya waktu pulang pun menjadi waktu lembur. Jarak antara Mavenxa dan kedua orang tuanya pun semakin renggang.
"Oh ayolah, kenapa aku mengingat mereka? Orang tuaku mencari uang untukku, jadi aku tidak boleh sedih dan egois." Mavenxa berkata sambil mengelap air matanya yg sempat jatuh membasahi pipinya.
Namun, tiba-tiba di sebuah gang kecil, ia melihat seorang preman yang sedang mabuk, preman tersebut berjalan sempoyongan ke arah Mavenxa, Mavenxa pun sedikit berjaga-jaga dan ingin mengeluarkan jurus wushu, taekwondo, dan karate-nya kalau saja sang preman berbuat macam-macam.
Namun, preman tersebut tampak berjalan melewati Mavenxa, alhasil penjagaan Mavenxa sedikit hilang.
PRANGGGG.
"Dasar, jalang! Kenapa kau menatapku seperti itu?! Puas kau telah mengambil habis uangku?! Dasar, sampah!" ucap preman tadi setelah memecahkan botol bir di kepala belakang Mavenxa. Ingat, tengkorak kepala bagian belakang lebih rawan di bandingkan tulang depan maupun atas.
Mavenxa menatap tak suka ke arah preman tadi, sementara darah terus bercucuran dari kepala belakang Mavenxa.
"Sialan! Dasar manusia, sampah!! Beraninya kau memukulku!!" teriak Mavenxa membuat preman tadi terkejut, tanpa ba-bi-bu lagi, Mavenxa segera mengambil batu bata di dekatnya dan melemparkannya ke arah preman tadi, seakan tidak cukup satu batu bata saja, Mavenxa mengambil besi dan memukulkannya berkali-kali ke arah preman tadi, sementara sang preman? Keadaanya sudah mengenaskan.
Mavenxa tersenyum, "setidaknya aku tidak akan mati gentayangan, mari menuju neraka bersama dasar, Bedebah sialan!" ucap Mavenxa sebelum kegelapan melahapnya.
Dingin, gelap dan hampa, itulah yang sekarang Mavenxa rasakan.
Tidak ada seorangpun yang menemaninya, bukan neraka dan bukan surga yang ia lihat, namun sejauh kaki melangkah hanya kegelapan yang menyapa. Saat Mavenxa duduk diam, ada sorot cahaya yang membuatnya tertarik.
“Maven, datanglah padaku,” ucap suara yg berada di arah cahaya cerah itu. Mavenxa mendatanginya, lalu... Ia terjatuh dalam kegelapan.
»¶¶❄❄❄¶¶«
"Nona! Apakah anda sudah sadar?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Antagonist
RomanceWARNING! AWAS KETAGIHAN!! SAYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB EHEHE. Mavenxa Ellyna-seorang gadis yang berprofesi sebagai penulis bergenre fantasy-action yang memiliki minim perasaan. Malam itu ia menyempatkan diri untuk membaca novel acak yang ia beli, na...