WARNING!
AWAS KETAGIHAN!! SAYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB EHEHE.
Mavenxa Ellyna-seorang gadis yang berprofesi sebagai penulis bergenre fantasy-action yang memiliki minim perasaan.
Malam itu ia menyempatkan diri untuk membaca novel acak yang ia beli, na...
"Nona! Apa anda sudah sadar?!" tanya seorang perempuan tua kepada gadis muda yg masih terbaring lemas di ranjangnya.
Mavenxa mulai membuka mata dan menetralkan cahaya yang memasuki lensa matanya. "Eung."
"Nona! Syukurlah, Anda sudah sadar! Pelayan tua ini sangat ketakutan saat melihat Nona terus menutup mata," ucap pelayan tua tadi sambil memegangi tangan Mavenxa.
Mavenxa terkejut, reflek ia langsung menepis tangan pelayan tua itu. "S-siapa kau?! Jangan menyentuhku!" ucap Mavenxa datar, masa bodoh dengan umur pelayan tua itu.
Pelayan tersebut tampak terkejut dan menangis. "Nona Venxa, huhu ... Anda melupakan saya?" tanya pelayan tua tersebut sambil menutupi wajahnya. Mavenxa dapat melihat kesedihan yang tulus dan mendalam dari pelayan tua itu.
Mavenxa sedikit merasa bersalah. "Sepertinya aku keterlaluan, ekhem ... M-maaf," ucap Mavenxa sedikit kesulitan, ia lupa kapan terakhir kali ia mengucapkan kata maaf.
Pelayan tua tadi tampak menatap Mavenxa dengan raut sedikit senang, "Nona, apakah Anda melupakan pelayan tua ini? Saya adalah Ember, pengasuh anda dari kecil, Nona Venxa," ucap sang pelayan atau bisa kita sebut Ember dengan nada sedih.
Mavenxa merasa familiar dengan nama yg di sebutkan oleh pelayan tua di depannya ini. "Emberlina Ghina? Apakah nama Anda itu?" tanya Mavenxa memastikan, ah pasti bukan. Pikir Mavenxa.
Namun siapa sangka, pelayan tua tersebut malah mengangguk dengan antusias, Mavenxa tersedak.
"Bisakah Anda mengambilkan kaca, untuk saya?" tanya Mavenxa dengan nada sopan, ia masih tidak percaya dengan semuanya.
"Hufft, nggak mungkin aku masuk ke novel, 'kan? Apalagi novel yang aku benci, ya... Setidaknya semoga aku menjadi figuran saja," batin Mavenxa berdoa.
Bibi Ember memberikan sebuah cermin kepada Mavenxa, ia menatap wajahnya, lalu ia terkejut bukan main.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"W-wajah siapa ini?!" teriak Mavenxa ke arah cermin. Itu jelas bukan wajahnya, Mavenxa masih ingat bahwa rambutnya lumayan panjang walaupun hanya sebahu, namun rambut gadis di cermin itu tampak lebih pendek dan juga warnanya aneh. Rambut orang timur kebanyakan akan berwarna hitam maupun coklat.
Namun, rambut gadis di dalam cermin itu? Biru, oh entahlah warna apa itu. Yang jelas rambutnya sangat pendek. Kulitnya seputih porselen, lehernya tampak terbalut kain dengan rapi, bibirnya mungil dan berwarna ceri. Jelas ini bukanlah wajah Mavenxa.
Bibi Ember nampak terkejut. "Ada apa, Nona? Itu wajah Anda. Apa, Anda juga tidak ingat?" tanya Bibi Ember dengan nada khawatir, tanpa ba-bi-bu ia segera pergi dari kamar tanpa mengatakan apa-apa pada Mavenxa.