Sudah hampir satu jam Seokjin berada di dalam empang. Mengapung tak berdaya di tengah air butek yang menampung banyak lele milik babenya.
"Ni bocah ke mane lagi sih ah!" Babe Seokjin keluar sambil mengangkat sarungnya seatas paha. Menunjukkan banyak bulu hitam lebat yang sama sekali tidak menggoda.
"Selalu aje kalo disuruh ngasih empan sama lele kabur-kaburan mulu! Awas lu ye! Tar gak gue kasih warisan barang sepeserpun." Ia masih bersungut belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Dia hanya melihat topi milik anaknya yang tergeletak di samping empang dengan tak berdaya.
Ayah Seokjin melihat ke sekitarnya. Ia mendapati pelet lele yang bertebaran di mana-mana. Amarahnya semakin tersulut mengetahui ternyata pekerjaan anaknya itu benar-benar tidak maksimal.
"Lama-lama gue pecat tuh anak jadi anak gue." Sambil memungut pelet yang terjatuh sebiji demi sebiji ia kemudian melemparkannya lagi ke dalam empang, sayang katanya. Karena bagi ayahnya Seokjin, irit pangkal kaya.
Namun tak lama dia melepaskan pandangan ke seluruh penjuru empang tanpa sengaja ia melihat seekor lele yang mengambang di tengah bendungan air buatannya.
"Lah buset! Itu lele gue mati ngapa! Pasti gara-gara Seokjin gak becus ngasih makannya!"
Mau masuk ke dalam empang dia sayang dengan sarung miliknya. Ia berlari menyuruh karyawan yang hari itu baru datang untuk memungut lele yang mengambang tersebut karena takut akan membuat lele yang lainnya ikutan mati.
Di sisi lain, mata Seokjin mengerjap dengan centil. Ada sesuatu yang aneh dalam dirinya ketika ia membuka matanya.
Pandangan yang nampak aneh dan mengejutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Catfish
FantasyDia dikutuk menjadi ikan lele karena perbuatannya. Dia harus mencaritahu jawabannya agar tidak berakhir ke dalam panci penggorengan!