Chapter 1

2 0 0
                                    

Kadang Allah hancurkan hati kita agar kita bisa membangun hati yang lebih kuat, yang tidak ada yang lain selain Allah disana.
***

Selesai melaksanakan shalat dzuhur, aku berjalan keluar Masjid dan ternyata diluar sedang turun hujan. Karena aku berangkat terburu-buru, aku jadi lupa tidak membawa payung.

Hari ini memang aku akan mengadakan rapat bersama anggota rohis lainnya untuk membahas kegiatan baksos yang akan kami lakukan di salah satu panti asuhan di daerah Cempaka Putih. Namun, karena diluar hujan aku lebih memilih menunggu hujan reda di Masjid kampus dari pada memilih berlari menuju ruang rapat.

Tiba-tiba suara laki-laki mengagetkanku. Ahh ternyata dia, laki-laki yang sudah bertahun-tahun ini terdaftar dalam salah satu do’aku.
Zikri Ghani Arafa, siapa yang tidak mengenalnya? Seorang ketua rohis yang sangat terkenal di kampusku. Selain memiliki wajah yang tampan, akhlaknya pun sangatlah baik, sehingga banyak orang yang menyukainya dan berharap menjadi pendampingnya, termasuk aku.

“Kila...”

Namaku Syakila Almahyra Ramdhani, tetapi orang terdekatku biasa memanggilku Kila. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Aku tinggal di salah satu perumahan di Jakarta Pusat berdampingan dengan rumah Zikri sehingga keluargaku dan keluarga Zikri sudah saling mengenal dekat.

“Ehh Zikri, baru selesai Shalat juga?” Tanyaku.

“Udah dari tadi sih tapi berhubung hujan jadi masih disini. Ehh iya aku udah bilang sama Adam buat dibuka dulu aja rapatnya sekalian aku juga udah izin kalau kita telat datang rapat”.

“Thanks”. Saat aku dekat dengan Zikri, aku merasa jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Awalnya aku kira aku terkena penyakit jantung karena aku baru pertama kali merasakan seperti ini saat berhadapan dengan lawan jenis.

“Kil, aku mau cerita sesuatu sama kamu sekalian mau minta pendapat kamu juga”.

“Hmm.. soal apa?”

“Soal masa depan aku.” Zikri terdiam sejenak menarik nafas, kemudian dia melanjutkan kembali perkataannya “semalam abi bilang dia mau jodohin aku sama anak sahabatnya, menurut kamu gimana?”

Jleb.. perkataan yang barusan Zikri katakan langsung membuat hatiku sesak, mataku terasa sangat panas, aku langsung mengalihkan ke arah lain supaya dia tidak melihat perubahan raut wajahku.

“Kila kamu dengerin aku kan?”

“Ehh iya maaf tadi kamu bilang apa?” Bodohnya aku menyuruh Zikri mengulang perkataannya padahal aku tau perkataannya itulah yang membuat hatiku sakit.

“Abi bilang dia akan menjodohkan ku dengan anak sahabatnya. Sebagai sahabat yang baik, kamu kasih aku solusi aku harus gimana?”

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertawakalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abu Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah, no. 625).

Aku tau menikah adalah sebuah ibadah. Jadi tidak ada yang salah dengan pernikahan. Namun, apakah aku harus menjawab setuju dengan rencana Om Surya dan membiarkan hatiku terluka.

“Menikah adalah ibadah terlama yang dikerjakan diantara ibadah-ibadah lainnya. Jadi sebaiknya kamu Shalat Istikharah meminta petunjuk Allah apa pilihan yang harus kamu ambil. Lagi pula In syaa Allah keputusan Om Surya pasti adalah yang terbaik untuk anaknya”.

Sebelumnya aku tidak pernah membayangkan cinta dalam diam ku akan berakhir seperti ini. Namun aku percaya bahwa rencana Allah adalah rencana yang terbaik termasuk saat aku merelakan Zikri bersama dengan wanita lain.

Just Have A PrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang