Chapter 2

1 0 0
                                    

Allah.. Bolehkah aku tetap memperjuangkan cinta dalam diamku ini? Beri aku kesempatan untuk tetap menyebut namanya dalam do’aku, setidaknya sampai aku benar-benar melihat dia mengucap qabul untuk wanita lain.

***
Selesai rapat, aku berniat langsung pulang. Meskipun hari sudah memasuki ashar, tapi aku memilih untuk shalat di rumah karena pakaian yang aku kenakan basah, mengingat kejadian tadi saat aku hujan-hujanan bersama Zikri.

“Kila, ikut pulang kita aja yuk”. Ajak Alya.

Alya, Nita dan Salsa memang selalu berangkat dan pulang bersama karena rumah mereka memang satu arah. Mereka juga sering mengajak aku untuk berangkat dan pulang bersama. Namun, karena rumahku tidak searah dengan mereka aku tidak enak kalau sering numpang bersama mereka. Biasanya aku berangkat diantar Ayah dan Kak Azhar namun kadang ikut bersama dengan Zikri. Aku memang bisa naik mobil tapi karena aku pernah nabrak pohon saat SMA, sejak saat itu aku tidak berani lagi naik mobil sendiri.

“Kila bareng aku aja sekalian searah.” Ucap Zikri.

“Makasihya Zik, tapi aku ikut Alya aja ya”. Ucapku.

“Iya udah Kila gapapa, kalian semua ati-ati ya. Aku duluan kalau gitu. Assalamualaikum”. Ucap Zikri.

Setelah menjawab salam dari Zikri, aku membatalkan untuk ikut pulang bersama ketiga sahabatku. Aku memang sudah memesan taksi online, namun karena enggan berdebat panjang dengan Zikri, aku jadi berbohong ikut bersama Alya.

“Aku pulang naik taksi online aja ya, lagian kan kita pulangnya enggak searah kasihan kalau harus ke rumah aku dulu. Makasihya buat tawarannya.” Ucapku.

“Loh katanya lo tadi mau bareng kita? Gapapa lah Kila, sekalian jalan-jalan kita.” Ucap Salsa.

“Itu cuma alesan aku sama Zikri aja, lagian aku udah pesen taksi online.”

“Iya udah kita tungguin deh Kila, sampe taksi lo dateng”. Ucap Nita.

Tak lama kemudian taksi online yang aku pesen datang, aku langsung berpamita kepada sahabat-sahabatku dan tak lupa mengucapkan terima kasih karena mereka mau menemaniku menunggu.

Setelah tiga puluh menit perjalanan, akhirnya aku sampai di rumah. Tak lupa aku mengucapkan salam dan langsung di jawab oleh Bunda dan Kak Azhar, sedangkan Ayah pasti masih ada di kantor karena biasanya baru pulang jam lima sore.

“Kila kok baju kamu basah? Kamu pasti abis hujan-hujanan ya?” Tanya bunda.

“Marahin aja bun biar Kila kapok”. Ucap Kak Azhar yang langsung mendapat tatapan tajam dariku.

“Kila minta maaf ya Bun. Kila enggak hujan-hujanan kok Bun, ini enggak sengaja kehujanan aja”.

“Alesan tuh Bun biar gak jadi dimarahin”.

“Apaan sih kak reseh banget”.

“Nanti kalau kamu sakit gimana? Kamu kan sensitif kalau kena air hujan”. Omel Bunda. Aku tau Bunda sangat sayang dan perhatian padaku. Dia sudah sering mengatakan padaku untuk tidak boleh bermain hujan, katanya air hujan itu bisa membuat seseorang sakit.

“Tenang aja kan kalau Kila sakit ada dokter Azhar”. Kali ini aku yang mendapat tatapan tajam dari Kak Azhar.

Kak Azhar adalah dokter bedah umum di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat. Aku dan Kak Azhar memang tidak pernah akur ketika bersama tapi ketika kami jauh kami saling rindu. Sama seperti waktu itu ketika Kak Azhar masih kuliah pendidikan FK di Yogyakarta, hampir setiap hari aku menelepon Kak Azhar karena sesibuk apapun Kak Azhar saat aku dan keluarga ku menelepon pasti diangkat.

“Sudah sekarang kamu cepet mandi. Belum Shalat juga kan?” Aku mengangguk karena memang aku belum shalat.

“Iya udah Kila ke kamar dulu ya”. Ucapku sambil melangkahkan kaki meninggalkan Bunda dan Kak Azhar yang sedang duduk di ruang keluarga.

Aku sangat senang memiliki keluarga yang sangat menyayangiku. Ayah dan Bunda mengajarkan aku dan Kak Azhar untuk menjadi penghafal Al-Qur’an sejak kecil. Karena itu setiap selesai shalat magrib aku dan Kak Azhar biasa hafalan pada Ayah. Mereka juga sering menasihatiku dan Kak Azhar untuk tidak pacaran karena dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran.

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.

***
“Ayah sama bunda mau kemana? Kak Azhar juga tumben rapih banget?”

“Kita mau pergi ke rumahnya Zikri. Kok kamu belum siap-siap? Jangan bilang kamu lupa kalau teman kamu malam ini mau lamaran?” Tanya Bunda.

Aku hampir saja lupa kalau malam ini Zikri akan melamar wanita yang akan dijodohkan dengannya. Sebenarnya aku tidak ingin ikut pergi ke rumahnya karena pasti aku tidak akan kuat melihat orang yang aku cintai melamar wanita lain.

Aku mencoba mencari alasan supaya aku tidak ikut ke rumah Zikri. Acara lamaran akan diadakan di rumah pihak wanita, tetapi keluarga Zikri mengundang keluargaku untuk ikut bersama mereka karena mereka sudah menganggap keluargaku sebagai keluarganya.

“Kila lupa kalau hari ini banyak tugas. Jadi maaf Kila enggak ikut ke acara lamaran Zikri ya.” Ucapku mencoba mencari alasan.

“Sayang, jadi kamu lebih milih tugas nih dari pada acara penting teman kamu sendiri? Ingat loh keluarga Zikri itu udah kaya keluarga kita sendiri.” Ucap Bunda.

“Kila kamu lupa ya, hak muslim kepada muslim yang lain itu apa aja?” Tanya Ayah.

Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hak muslim kepada muslim yang lain ada 6, yaitu:
1. Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya.
2. Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya.
3. Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya.
4. Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah), doakanlah dia (dengan mengucapkan Yarhamukallah).
5. Apabila dia sakit, jenguklah dia.
6. Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).

“Iya udah Kila siap-siap dulu ya, nanti Kila nyusul ke rumah Zikri.” Ucapku.

“Iya udah jangan lama. Kita tunggu di rumah Zikri.” Ucap Bunda.

Aku pergi ke kamar dan langsung bersiap-siap. Meskipun hatiku tidak ingin aku kesana namun aku tidak bisa menolak apalagi setelah Ayah mengingatkan kalau menghadiri undangan ketika diundang adalah salah satu hak seorang muslim terhadap muslim lainnya.

Lima belas menit berlalu, kini aku sudah siap dengan gamis coklat yang sudah satu set dengan jilbab syar’i. Aku keluar rumah dan disana sudah terlihat Zikri yang sedang tersenyum padaku. Iya hari ini adalah hari bahagia Zikri.

Bismillah... In syaa Allah aku sanggup.

“Assalamualaikum... maaf ya Kila telat”. Ucapku dengan tersenyum. Sebisa mungkin aku harus terlihat bahagia sekarang karena aku tidak ingin semua orang yang ada disini curiga kalau aku ada perasaan pada Zikri.

“Waalaikumussalam..” Ucap mereka yang ada disana.

“Iya gapapa cantik. Mani cantik pisan kamu teh malam ini Kil.” Ucap Tante Rina. Tante Rina adalah ibunya Zikri. Tante Rina memang asli dari Sunda.
“Tante lebih cantik”. Ucapku.

“You look so beautiful.” Ucap Zikri.

Blusssh... pipiku pasti sudah merah mendengar Zikri memujiku, aku hanya tersenyum namun seketika aku sadar kalau Zikri tidak akan pernah bisa aku miliki.

Kami langsung berangkat ke rumah wanita yang akan dilamar Zikri. Disana kami disambut oleh keluarganya. Aku melihat seorang wanita dengan pakaian gamis dan kerudungnya yang senada. Wanita itu sangat cantik, dengan kulitnya yang putih serta hidungnya yang mancung membuatnya terlihat semakin sempurna, dan aku yakin Zikri pasti akan menyukainya.

Kini aku tau wanita itu bernama Nindiya. Setelah berkenalan, akhirnya langsung kepada acara inti. Inilah hal yang tidak ingin aku lihat dan aku dengar. Namun, aku cukup tau diri bagaimana caranya menghargai sehingga aku masih tetap berada disini.

“Jadi niat kami kesini ingin melamar Nindiya untuk anak saya Zikri. Bagaimana nak, apakah lamaran anak saya diterima?” Tanya Om Surya.

“Bismillah, saya menerima lamaran mas Zikri”.

“Alhamdulillah”.

Semua orang disana mengucapkan syukur termasuk aku. Meskipun hatiku sakit namun ini adalah kebaikan yang harus di syukuri. Tak terasa air mataku menetes dan aku segera mengusapnya. Namun sepertinya kak Azhar tau bahwa aku menangis. Dia mendekati ku dan berbisik padaku karena tidak ingin mengganggu acara lamaran ini.

“Kamu kenapa nangis?” Tanya Kak Azhar.

“A-aku-”

“Jangan bilang kamu suka sama Zikri?”

“Apa sih Kak, enggak lah. Aku itu seneng aja lihat teman aku udah lamaran jadi nangis gini.”

“Hmm... dasar wanita dikit-dikit baper”.

Aku hanya tersenyum dan bersyukur ternyata kak Azhar tidak curiga dengan perasaanku.

Ya Allah.. sebenarnya aku masih ingin menyebut namanya dalam do’a malamku. Bolehkah aku tetap melakukannya sebelum dia benar-benar menjadi milik orang lain? Namun, aku tidak ingin rasa cinta itu menjauhkan aku dari-Mu. Maka dari itu, izinkan aku mencintai-Mu terlebih dahulu, sebelum aku mencintai hamba-Mu.

***
Seminggu sudah berlalu dari acara lamaran Zikri dan Nindiya. Hari ini aku dan anggota rohis yang lainnya akan melakukan rapat terakhir mengenai kegiatan bakti sosial yang akan dilaksanakan besok. Sambil menunggu anggota yang lain kami biasanya mengobrol dan membahas apapun dari hal yang penting sampai hal yang tidak penting. Namun, hari ini yang sedang menjadi trending topik adalah lamaran Zikri dan Nindiya.

“Kila tau lo lamaran Zik?” Tanya Salsa.

Salsa menjadi orang yang paling kaget saat mengetahui lamaran Zikri karena dia adalah satu-satunya orang yang tau perasaanku sama Zikri.

“Iyalah dia tau, malah dia yang nganter aku lamaran. Emang kenapa kok kamu nanya gitu?”

“Maksud gue kenapa Kila enggak cerita kalau lo lamaran”.

“Gua kira kalian bakalan jadi.” Ucap Adam padaku dan Zikri.

“Aku dan Zikri hanya teman Dam, enggak lebih”. Jawabku.

“Tapi bisa aja, teman tapi menikah”. Ucap Reza.

“Ehh iya aku udah punya game buat anak-anak besok, nanti aku jelasin di rapat ya. Bisa langsung dibuka aja enggak dam rapatnya sekarang?” Ucapku yang mencoba mengalihkan pembicaraan karena aku tidak ingin hatiku semakin merasakan sakit.

“Siap Kil.”

Setelah Adam membuka rapatnya, aku langsung menyampaikan game yang akan dimainkan besok bersama anak-anak panti. Aku selalu bersemangat ketika mengadakan acara seperti ini, terlebih disini tugasku sebagai seksi acara, jadi aku sangat antusias untuk melaksanakan kegiatan ini. Mungkin ini salah satu alasan kenapa aku memilih masuk ke jurusan pendidikan luar biasa. Karena baiku, dari mereka aku bisa belajar bagaimana caranya untuk lebih mensyukuri hidup ini.

Jadikan Al-Qur'an Sebagai Bacaan Utama.

Jangan lupa tinggalkan jejak 😊

Just Have A PrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang