[BEAUTY & BEAST Pt.1]

2.1K 200 48
                                    

.

.

.

Dengan lembar-lembar koran bekas di tangan, Metawin berjongkok. Menyandarkan kening pada lututnya. Dia tidak menangis kali ini sebab terlalu dingin─air matanya bahkan telah membeku sebelum luruh. Buku-buku jemarinya memutih kedinginan. Namun dia masih harus disini, mencari beberapa koran bekas untuk dijual atau barangkali ditukarkan dengan sepotong roti atau apapun itu agar dia masih bisa berjalan dan bangun untuk hari kemudian.

.

Metawin menekankan kedua tangannnya, bertaut bimbang sebelum mengetuk pintu. Ada hentak kaki berjalan menuju tempatnya menggigil kedingingan. Hari ini dia tak bisa mendapatkan satu peserpun uang dan satu-satunya harapan hanyalah. "Astaga, Metawin... kau menunggu di luar berapa lama?"

.

Suara nyaring yang selalu hangat itu membuat senyum hangat Metawin merekah, Metawin menggeleng sebelum berkata. "Sebentar, aku hanya menunggu disini sebentar." Jemarinya kembali bertaut karena gugup dan malu. "Apa Phi tidak punya pekerjaan untukku hari ini?" ada sejumput harapan yang terselip dalam getar suaranya, pemuda yang Metawin panggil Phi itu tersenyum miris. Mengusap lengan Metawin yang hanya terbalut sweater tipis padahal cuaca tengah begitu dingin. "Masuklah dulu, kau akan lebih hangat didalam."

.

Metawin hanya diam, dia berjalan mengikuti dari belakang dengan begitu kaku. Metawin bukan tak pernah kemari, dia bahkan hampir beberapa hari dalam satu minggu kemari melakukan beberapa hal untuk mendapat beberapa pekerjaan. "Arm, pelanggan mesum yang selalu kemari itu akhir-akhir ini merepotkan. Dia meminta begitu banyak hal tapi tak memberi seperserpun tips untukku. Lain kali coba kau seleksi dulu klien yang harus dilayani!" seorang wanita cantik dengan rambut pirang dan baju minim mengadu pada Arm.

.

"Ya, aku akan mengusahakannya Puim." Dengan begitu kalem Arm menyahut. Senyum tampannya selalu saja sama. Sopan dan tampak begitu pemurah. Metawin bahkan tak pernah mengira jika Arm yang dulu menolongnya adalah pemilik tempat prostitusi yang begitu bejat di pinggiran kota London. "Ah, Metawin... kau hanya perlu membersihkan beberapa ruangan seperti biasa." Metawin mengangguk patuh, "Dan jangan terburu-buru oke, kau bisa mengerjakannya pelan-pelan, aku akan membayarmu seperti biasa meskipun kau tak sungguh-sungguh melakukannya sekalipun."

.

Metawin melotot sembari menggeleng kencang, "Aku tidak berani, aku akan membersihkannya dengan baik sehingga Phi Arm akan memberiku pekerjaan lagi."

.

Arm tertawa, Metawin anak yang begitu polos. Begitu baik, begitu penurut. Namun, entah bagaimana nasib bocah itu begitu sial. "Sudahlah, aku percaya pada Metawin kok." Ya, selalu. Arm selalu mempercayai bocah itu namun saat meliat ruam merah yang mengintip pada bahu putih karena sweater tak layak pakai itu Arm mengkerut seketika, membuka sweater Metawin lekas dan menatap bocah yang berusia tak lebih dari tujuh belas tahun itu dengan mata penuh iba. "Dia menyakitimu lagi?"

.

Jemari kurus Metawin terjulur membenahi sweaternya, Metawin tak menyangkal ataupun membenarkan. Dia hanya diam menatap lantai yang tak bisa melakukan apapun sama sepertinya sebelum lengan panjang Arm terjulur merengkuhnya.

.

Di dunia ini ada begitu banyak hal yang tak bisa untuk sekedar Metawin umbar pada udara hampa, ada begitu banyak kesakitan yang dia pendam bersama tangis yang membeku dalam hatinya. Sakit di sekujur tubuhnya bukan apa-apa, semua pengyiksaan dan penganiayaan yang dia terima bukanlah apa-apa asalkan dia tidak menginggalkan Metawin. Ya, Metawin akan baik-baik saja asal Joss tak membuangnya. Bahkan meski Metawin harus merelakan tubuhnya. "Aku baik-baik saja Phi, Joss tidak melakukan apapun. Dia tidak melakukannya."

BEAUTY & BEAST ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang