•Clue?•

192 37 32
                                    

Proses pembelajaran berlangsung dengan serius, saat ini guru yang masuk di kelas XII IPS I adalah wali kelas mereka yang tak lain adalah Pak Hasibuan, beliau sedang membahas tentang apa yang akan mereka lakukan jika tamat nanti. Semua penduduk kelas tampak menikmati pembahasan mereka ini, banyak juga yang merasa senang akan lulus, tetapi mereka juga sangat sedih akan perpisahan yang telah menanti.

Grehan yang biasanya tak pernah mendengar guru berbicara pun sekarang malah memandang Pak hasibuan dengan wajah sendu, ia menoleh ke Samuel, pria itu mendengar dengan wajah serius, ia sama sekali tak terganggu dengan mata Grehan. Grehan menghela nafasnya lesuh lalu menopang dagu dengan tangannya.

"Jadi kalo kalian tamat nanti, harus tau selanjutnya mau apa. Kuliah kalo bener-bener niat, jangan cuma modal duit dan gaya-gayaan, kuliah bukan semudah yang kalian pikirin, pake baju apa pun boleh, bebas bolos kapan pun, itu sama sekali gak bener, jangan terhasut sama FTV. Kalian harus punya niat belajar yang tinggi dan harus tanggung jawab dengan uang yang uda kasih orang tua, jangan karna berkelimpahan jadi sesuka hati, orang tua kalian juga manusia biasa yang punya waktu terbatas untuk bekerja dan bisa lelah kapan pun."

"Tingginya gelar pendidikan bukan tolak ukur kesuksesan seseorang, kalian mau kuliah, mau kerja, mau buka usaha gak ada bedanya, hanya perlu niat dan kegigihan untuk melakukan yang terbaik supaya sukses, sekali lagi bukan gelar.

"Mungkin yang kuliah bisa berbangga karena dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi lagi, tapi ingat, tetap rendah hati karena kalian masih ditanggung orang tua, beda dengan yang berkerja, mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan sendiri bahkan uda bisa ngirim ke ayah ibu dirumah."

"Intinya apapun yang kalian pilih kelak, tetap berpijak pada pendirian masing-masing, mungkin saja kalian sekarang jurusan IPS, tapi siapa tau di masa depan malah ada yang jadi dokter, yang jurusan IPA juga banyak kok yang jadi polisi, itu tergantung pribadi masing-masing. Bapak percaya kalian uda cukup dewasa untuk memilih apa yang terbaik untuk kalian."

"Minggu depan Try Out pertama, belajar banyak-banyak karena UN bukan seperti tahun-tahun silam yang banyak vitaminnya, oh ya Try Out kita adakan 3 kali, dengan jurusan dan personal yang acak, agar kalian gak saling mencontek dan bekerja sama. Mengerti sampai disini??"

"Mengerti Pak.." Jawab mereka dengan setengah suara, semua sedang sibuk dengan pikiran masing-masing, dan kebanyakan berpikir akan menjadi apa mereka nanti.

"Kurang semangat." Ujar Sir Hasibuan ketus.

"MENGERTI PAK.." Jawab mereka sangat keras.

Sir Hasibuan itu tersenyum lebar, "Bapak sayang sama kalian, walau selalu buat emosi dan sering buat saya dipanggil guru lain, Bapak tau kalian anak yang baik, lain kali kita sharing lagi. Selamat Siang."

"SIANG PAK!" Seru mereka dengan tatapan sedih, Beliau keluar kelas meninggalkan anak-anaknya yang mulai membicarakan apa yang baru saja dikatakan wali kelas mereka.

"Tamat nanti lo mau jadi apa??" Tanya Samuel, wajahnya tak focus sama sekali.

"Belum tau, yang penting kerja deh."

"Kenapa gak nyoba kuliah??"

Grehan terkekeh, "SMA aja gue uda mumpek banget gak niat belajar sama s'kali, apalagi kuliah, struk gue lama-lama."

Lukas berbalik, ikut menyaut, "Gue pengen kuliah, tapi takut skripsi."

"Nah iya skripsi! Takut banget anjim, mending kita buat usaha aja gimana??"

"Usaha apa?" Tanya Lukas mulai tertarik.

"Cara menjadi pengangguran yang berguna."

Kening Samuel berkerut, "Emang ada usaha kayak gitu??"

DEAR LYN (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang