This story has been published at Riikuclouds.wordpress.com
Readers-nim, sebelum membaca tolong diperiksa ratingnya... Bagi yang merasa belum mencukupi, bisa di-close aja.. Jangan ikut-ikutan mengotori pikiran Anda.. kekeke
"... Saat kau bertemu dengannya, maka kau hanya menginginkan dia, bukan yang lain!" (Leeteuk Hyung)
Seo's Family House, 08.00 p.m KST
Eunjoo's pov
Jalanan yang terlihat cukup ramai dilalui kendaraan, dengan pencahayaan lampu jalan yang bisa dibilang temaram namun cukup membantu para pengemudi melintas jalan ini. Tidak ada satu suara pun yang menghiasi mobil sedan yang sedang kunaiki ini. Sepi, baik diriku ataupun ahjussi yang merupakan supir keluargaku sama sekali tidak berniat memecahkan keheningan ini. Aku yakin ahjussi itu juga merasa tidak nyaman dengan keheningan ini, karena beberapa kali aku mendapatinya mencuri pandang ke arahku melalui kaca spion. Tapi saat ini aku sedang tidak dalam mood yang bisa berbasa-basi pada orang lain ataupun berpura-pura tersenyum ramah.
Sebuah alunan piano terdengar mengganggu ketenangan ini tepat saat diriku sudah hampir sampai di area rumah keluargaku. Dengan malas aku pun meraih ponselku yang bordering itu, dan memeriksa nama pemanggil yang tertera jelas di layar ponsel sebelum aku mengangkat telepon itu. Eomma-ku.
"Ne, Eomma.. Aku sudah hampir sampai.." ucapku langsung sesudah mendengar suara ibuku. Berbicara sebentar, sebelum akhirnya sambungan telepon itu terputus saat mobil yang kutumpangi ini sudah berhenti di depan rumah.
Mataku mengedar sempurna mengamati rumah yang sudah kutinggal selama empat tahun itu. "Kamsahamnida ahjussi" ucapku pelan ketika pintu mobil terbuka dan menampakkan ahjussi yang sedang membantu diriku untuk keluar. Pria paruh baya itu menundukkan kepalanya padaku, sedikit membuatku risih karenanya.
"Eunjoo-ya... Aigoo, nae ttal!" Eomma berjalan cepat menghampiriku yang sama sekali belum beranjak masuk ke dalam rumah. Aku pun tersenyum melihat Eomma yang begitu senang menyambutku. "Eomma.." ucapku lalu memeluknya yang sudah berada di depanku.
"Aigoo, Eunjoo-ya.. Kau kembali, nak.. Kau pulang!" Eomma melepaskan pelukan kami dan menangkupkan tangannya di wajahku. Menyentuhnya, seolah meyakinkannya kalau aku benar-benar sudah kembali.
"Ne, Eomma, aku pulang.." senyum tipis tercipta di bibirku. Sebuah senyuman yang menunjukkan betapa senangnya diriku bisa berkumpul dengan mereka, sekaligus keenggananku kembali ke kota ini.
"Masuklah.. Temui Appa-mu, dia sudah menunggumu dari tadi.. masuklah Eunjoo-ya.." ajak Eomma dengan membawaku masuk ke dalam rumah, tanpa melepaskan tangannya yang bergelayut di lenganku. Membawaku ke ruang dimana Appa berada.
Suara langkah kaki kami yang sudah berada di depan pintu ruang kerja Appa, membuat Appa mengangkat kepalanya dan memandang ke arahku. "Eunjoo, kau sudah datang?", Appa tersenyum hangat menyambutku. Sebuah senyuman yang selalu kurindukan.
"Keudongan, jaljinasseo Appa?" tanyaku yang tak bisa menutupi rasa haru-ku melihat sosok pria terhebat dalam hidupku itu. Pria yang menanggung semua permasalahanku yang menyakitkan.
"Eoh, jaljinasseo Eunjoo-ya" senyum di wajahnya semakin lebar, menjadikan diriku begitu tak sabar untuk memeluk tubuhnya. Tepat di hadapannya aku berlutut dan memeluknya yang sama sekali tak bisa lepas dari kursi rodanya. Appa membalas pelukanku dengan rasa hangat yang memang selalu bisa membuatku merasa aman dan nyaman. Pelukan inilah yang pertama kali menyelamatkan dari rasa sakit itu.
"Bogoshippeoyo Appa... Bogoshippeo" ucapku dengan suara serak. "Keure... Akhirnya kau pulang, Seo Eunjoo.. Nae ttal.." Appa mengusap-usap pelan puncak kepalaku.