Masih ditempat yang sama dan menatap objek yang sama. Dalam pantauannya, Justin dapat melihat dengan jelas Calissa tengah bicara dengan si gadis penjaga kasir. Ia menjadi berdebar gugup saat menangkap mata Nella selalu melirik padanya.
Justin masih lengkap mengenakan seragam sekolah, karena ia segera mampir tanpa berniat menggantinya. Justin menghela nafas, ia tetap memilih tinggal meski tahu merasa bosan. Datang ketempat ini adalah sebuah tameng untuk menutupi tujuan yang sebenarnya. Alasan sesungguhnya adalah untuk bertemu gadis itu. Makanan dihadapannya bahkan tidak cukup membuat Justin tertarik selain menatap Calissa. Rasa manis cake dan cokelat itu juga tidak dapat melebihi manisnya senyum Calissa.
Ia tersenyum tipis saat melihat Calissa tertawa mendengar perkataan Nella. Calissa sangat sederhana namun begitu memikat dan Justin tidak pernah menyangka bahwa ia akhirnya jatuh pada gadis itu. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Justin pernah berpacaran namun debaran yang ia rasakan pada Calissa itu berbeda.
Dan kemudian ia menyadari bahwa Calissa berjalan mendekat. Justin menunduk, membuang pandang pada makanan dihadapannya dengan gugup. Berharap Calissa tidak datang kemari atau itu akan berakibat buruk bagi kesehatan jantungnya. Ia perlahan mengangkat wajah dan,
sial! Calissa benar-benar datang kemari!
Justin menarik nafas panjang. Berusaha bersikap biasa saja meski ia sendiri merasa hampir gila.
"Permisi ...." Suara Calissa terdengar begitu lembut ditelinga.
Justin mencoba memantapkan hati. Perlahan mengangkat wajah dan menatap Calissa tepat dimata. Ini kesempatannya untuk bicara-untuk bisa dekat dengan gadis itu. Ia tidak boleh menyia-nyiakannya.
"Ya?"
"Ada yang mungkin bisa kubantu? Kau terlihat tidak nyaman, kau butuh sesuatu?" Calissa bertanya hati-hati.
"Y-ya. Aku butuh sesuatu."
Calissa tersenyum dan karena itu Justin hampir meledak.
"Katakan saja."
"A-aku butuh ..." Justin menelan ludah. "... aku butuh ...."
You can do it! Tell her!
"Ya?"
"A-aku butuh kau."
Ini gila! Justin benar-benar mengatakannya!
Calissa mengerjap-erjap. Yakin bahwa ia tidak salah dengar.
"Maaf?" Tanya Calissa bingung. Meminta pengulangan atas apa yang baru saja Justin katakan.
Justin meremat jemari tangannya. Debaran didadanya semakin menggila dan ia sulit bernafas.
"T-tidak. Aku perlu bicara denganmu. Penting."
Calissa mengangkat alis.
"Bicara apa?"
"Kau harus duduk atau semua orang akan terus menatap kita."
Gadis itu menoleh, mengamati sekitar dan hampir semua orang sedang memperhatikan mereka bicara. Calissa salah tingkah, ia segera duduk dikursi dihadapan Justin.
"Apa hubunganmu dan Vickey?" Bodoh! Bodoh! Bodoh! Dalam hati Justin mengumpat sebanyak-banyaknya. Kenapa dari sekian banyak pertanyaan harus pertanyaan tolol semacam itu yang keluar?! Ia yakin bahwa gadis itu sekarang merasa tidak nyaman, terbukti dari tatapan matanya yang gelisah. Padahal sesungguhnya yang ingin Justin tanyakan adalah mengenai setidaknya berapa lama gadis itu bekerja atau pertanyaan lain yang semacamnya. Bukan pertanyaan sensitif yang bersifat pribadi!
Calissa sendiri bungkam. Ini yang disebut penting? Benar-benar membuang waktu. Namun, banyak pertanyaan memenuhi kepalanya saat ini. Kenapa Justin bertanya? Apa diam-diam dia memperhatikan mereka? Dan yang paling penting, kenapa dia ingin tahu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriends
FanfictionCalissa Olive diperhadapkan pada hubungan rumit antara dirinya dan dua orang pemuda. Ia harus menerima jika tidak ingin segalanya kacau. Namun, semakin lama Calissa sadar bahwa dirinya telah terjebak. ________________________________________________...