Calissa Olive diperhadapkan pada hubungan rumit antara dirinya dan dua orang pemuda. Ia harus menerima jika tidak ingin segalanya kacau. Namun, semakin lama Calissa sadar bahwa dirinya telah terjebak.
________________________________________________...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌼🌼
Tidak banyak yang menyadari bahwa sejak kembali dari luar, wajah Justin dipenuhi dengan senyuman. Benar-benar keajaiban, sebab belum pernah ada yang melihatnya tersenyum (senyuman yang benar-benar tulus dan lepas bukan paksaan maupun seringai). Vickey yang juga menyadari hal itu cukup tercengang. Mereka bersaudara, juga berada dikelas yang sama sehingga Vickey sangat tahu bahwa Justin bukanlah sosok penyenyum. Lelaki itu lebih tertutup dan dingin dibanding dirinya yang cenderung ramah namun sedikit sarkas. Ia bahkan sempat berpikir bahwa hati nurani Justin telah mati, namun setelah melihat ini, semua dugaan itu lenyap.
Tangan Vickey bergerak, merobek kertas, menggulungnya lalu dilemparkan pada Justin yang masih tenggelam dalam pikiran akan gadis bernama Calissa. Justin tersentak, mengambil gulungan kertas yang jatuh pada lantai lalu menoleh dan terkejut sebab semua orang menatap padanya. Suasana menjadi lebih mencekam terlebih setelah wajah Justin yang awalnya cerah berubah segelap malam.
"What are you looking at?"
Mereka segera membuang wajah, kembali pada aktifitas semula saat kalimat tajam Justin terlontar. Vickey tersenyum miring saat melihat teman-temannya nampak takut akan aura dominan Justin.
Disisi lain, Calissa yang baru kembali ke kelas, duduk dengan pandangan kosong. "What was that? Dia ... mencium ku?" Gumamnya. Calissa memerah, segera menepuk-nepuk pipinya pelan.
Ketika akhirnya waktu istirahat tiba, Vickey mengemasi barang-barangnya cepat. Buku dan teman-temannya disimpan rapi diatas meja. Ia sedikit menoleh, memperhatikan Justin yang juga melakukan hal yang sama. Terlihat begitu tergesa-gesa.
Karena perasaan meletup-letup didada, keduanya tidak menyadari bahwa langkah mereka hampir sama. Saat tiba pada daun pintu, Justin dan Vickey saling melirik sengit, mengantarkan aura permusuhan. Tidak mungkin bagi keduanya melalui pintu secara bersamaan. Tubuh mereka terlalu besar untuk itu.
"Aku duluan," tekan Justin.
"Oh, no dude. I'm first!" Tentu saja Vickey tidak akan kalah dan Justin tahu betul hal itu.
Keinginan kuat untuk menemui Calissa membuat mereka tidak bisa mengalah. Salah satunya tidak bisa menerima jika yang lain harus menang.
Oh well ..., Mungkin ini akan memakan waktu yang lama tidak sebelum Calissa akhirnya lewat dan Vickey serta Justin segera berlari seperti kesetanan. Mengejar gadis itu layaknya serigala yang baru saja menemukan mangsa.
Tindakan mereka tentu mengundang banyak perhatian. Bertanya-tanya mengenai dua saudara sepupu yang mendadak berubah seperti musuh sejati sembari mengejar seorang gadis.
Merasa aneh dengan suasana disekitarnya, Calissa lantas menoleh. Ia terkesiap ketika menemukan Justin dan Vickey berlari kencang sebelum akhirnya saling menabrak dan berakhir jatuh saat tiba dihadapannya. Benar-benar konyol. Suasana mendadak hening, tidak ada yang berani tertawa meski pemandangan tersebut memang menimbulkan gelitik. Mereka masih menyayangi diri sendiri, dan tidak ingin terlibat dalam masalah.