03. Salting

791 116 3
                                    

Jam menunjukan pukul tujuh malam, saat Vio pulang, ia sudah disambut asem oleh keberadaan teman-temannya, di karenakan mereka memutuskan untuk menginap dengan alasan bahwa di rumah Vanca tidak terdapat siapapun lalu gadis itu pun memutuskan untuk menginap di kost-an Vio.

Namun, mereka bertiga yang terdapat Miya, Kimmy dan Elosya juga ikut menginap hanya dengan alasan ingin menemani kesenyapan.

Mereka tengah memakan-makanan yang telah dipesan, sedangkan Vio saat ini sedang memakai skincare night routinnya.

Miya memakan potongan Pizza, sesekali ia melirik Elosya. Mata lekat dengan otak yang bergulat memikirkan hal kotor itu membuat seulas senyuman terbit di bibir Miya.

"Elos." Elosya yang tengah memakan sate lantas menoleh pada Miya.

"Aupa," sahutnya dengan makanan yang penuh di mulut.

"Lo cantik-" Miya tersenyum penuh arti. "Kenapa gak jadi Lonte?"

Elosya dan kedua temannya lantas tersedak mendengar itu. Buru-buru mereka meminum-minuman yang berada di dekat, lalu gelak tawa memenuhi kamar tersebut.

Berbeda dengan Elosya yang mengehelus-helus dadanya sabar. Resiko berteman dengan Miya adalah sebuah bahaya.

Kimmy tertawa puas. "Not bad idea."

"Pemikiran lo gak pernah bener Miya-Miya." Vanca geleng-geleng melihat pemikiran ajaib sahabatnya itu.

"Lah, kenapa? Lonte doang."

"Dosanya juga dosa doang." Miya mendengus sebal saat Vio membalasnya.

"Anjir lo ya. Kenapa harus gue dah? Tuh, Vio lebih cantik, elah." Elosya geleng-geleng lalu kembali melanjutkan ketenangannya dalam menikmati makanan.

Miya berdecak sebal, mengingat ia pernah menawarkan hal yang sama pada Vio, dan salah dirinya karena salah tempat untuk menawarkan--pada saat itu mereka tengah bersama Dzy dan Reza, alhasil ditegur habis-habisan lah dirinya.

"Langsung pindah alam gue."

Mereka kembali tertawa mendengar itu. "Lagian, ajakan kamu sesat banget."

Vio menyelesaikan memakai skincare, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju sofa, mendudukkan bokongnya di sebelah Bina yang fokus pada layar tv, setelah itu diambilnya satu potong pizza.

"Yang penting dapet duit." Miya hanya berucap seadanya.

"Gimana hubungan kamu sama Sugar Daddy itu. Emang kamu gak lagi buka?"

Miya terkekeh pelan. Terdengar sedikit aneh jika Vio menanyakannya. "Gue tutup, soalnya mau ngehabisi waktu gue sama para monyet. Tapi, besok gue open B.O lagi, kok. Tenang, duit tetep harus ngalir."

"Anjir, udah kaya toko elah."

Miya menatap Kimmy dengan malas. "Terserah. Yang penting tubuh sexy nan montok ini tidak sia-sia."

Tak pernah sekalipun mereka tak menggelengkan kepala atas pemikiran seorang Miya. Mulut mereka terasa gatal ingin mengumpati perempuan itu.

Bukan ingin ... mereka segera mengumpatinya.

BrannfluerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang