𝑻𝒉𝒆

1K 58 3
                                    

Namanya Mark Lee. Sosok kuat yang dipuja banyak kalangan. Ia mampu dengan mudah melumpuhkan lawannya. Tidak peduli sekuat atau sebesar apa tubuh sang lawan. Entahlah, menurut para tetua, Ia adalah sosok yang paling dinanti kelahirannya. Sebab dengan mudahnya, Sang alam akan memberinya kekuatan. Tanpa mempedulikan apakah Ia akan mampu dengan bijak memanfaatkan kekuatannya itu atau tidak. 


"Yo. Mark!" seruan itu terdengar. Menyadarkan Mark Lee dari lamunannya. Tidak begitu penting sebenarnya apa yang Ia pikirkan, namun cukup menganggu sayangnya. 

Tidak berniat membalas sapaan Jeno -orang yang memanggilnya tadi-Mark memilih menunggu lanjutan kalimat, yang ingin Jeno sampaikan padanya. 


"Kau tahu? Aku menemukan Jaemin! Siang ini, datang kerumah ku. Akan ku kenalkan dengannya!" Jeno, dengan raut riangnya berbagi kebahagiaannya. 


"Haruskah? Apa untungnya untukku?" ya, Mark Lee dengan segala jiwa perhitungannya -ini lah salah satu bukti bahwa sosok kuat bernama Mark Lee ini tidaklah sebaik itu-. Pantang rugi, baginya, tiap satu inci gerakan tubuhnya, harus memberikan satu bayaran. Setidaknya, Ia tidak meminta hal serupa untuk setiap kata yang diucapkannya. 

"Ayolah! Kau tahu? Jaemin tidak kembali seorang diri. Ia, katanya berhasil menemukannya." kembali, Jeno masih berupaya membujuknya. Bahkan membawa-bawa sosok yang entah menurut sepanjang hidup Jeno bersahabat dengan Mark, sosok ini begitu berharga untuknya. 


"Baik. Kuharap itu setimpal, dengan upayaku membawa tubuhku kehadapanmu, juga Jaemin."


Belum sempat Jeno menjawab, sosok kuat itu sudah lebih dulu menghilang. 


✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧


Kembali, Mark Lee hanyalah sosok yang hidup seorang diri. Kekuatan yang Ia miliki, menjadi sebab Ia, kehilangan orang tuanya. Tentang seseorang yang mampu mengendalikan segala kekuatan yang alam sodorkan padanya, tentu akan ada beberapa penyesuain, yang harus Ia lalui. Tahap penyesuaian itulah yang mengubah hidupnya. Tapi setidaknya, Ia masih menyisakan kakaknya. Taeyong.  Sama seperti Jaemin, kakaknya itu katanya sedang menghilang. Menunggu ditemukan. Rasanya sudah 3 tahun? 4 tahun? Bahkan Mark sendiri lupa sudah berapa lama kakaknya itu meninggalkannya. Tapi point pentingnya, Mark sudah berhasil menguasai segala kekuatannya. Menjadikannya, sosok yang paling dicari dan dipuja oleh belahan alam manapun. 


Lama memikirkan kilas balik hidupnya, Mark bisa merasakan bahwa sahabatnya Jeno, sudah mulai mengharapkan kehadirannya. Terbukti, dari angin disekitarnya yang berhembus cukup kencang. Menganggu. Bagaimana tidak? Ranting pohon tepat diatas kepalanya jatuh menimpanya. Jangan lupakan juga,  sarang burung yang ikut terjatuh dan memberikan goresan samar pada lengan kanan bawahnya yang tidak tertutupi pakaian. Mendengus, Mark memilih segera membawa tubuhnya berdiri guna beranjak. 


Aneh.


Entah apa yang baru saja terjadi. Mark masih mencoba mencernanya. Kekuatannya sesaat tadi tidak berfungsi? Entah, mungkin lebih tepatnya tertahan? Juga dengan anehnya, luka dan nyeri yang Ia rasakan tadi hilang seketika. Masih mencoba mencerna, hingga Mark lupa untuk kembali menggunakan kekuatannya guna memeriksa sekitarnya. Mungkin jika tadi Ia melalukannya ,Ia bisa  saja menemukan penyebabnya. Tapi sayang, Mark ini masih terlalu berfokus pada keterpakuannya. Hingga Ia tersadar dan segera menemui Jeno, karena kini Ia tahu bayaran apa yang akan Ia minta pada Jeno. 


✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Hah?" itu Jeno. 

Begitu sampai, tanpa berbasa-basi Mark langsung menceritakan kejadian aneh yang Ia alami. Tidak menaruh atensi barang sedetik pun pada sosok Jaemin, juga satu sosok lainnya yang menjadi alasan kuat, mengapa Ia harus menggerakkan tubuhnya menuju rumah Jeno. 

"Kurasa, tanpa kau sadari kau menemukan penawarmu, Mark." Jaemin berucap menyuarakan jawabannya. 

"Apa memang begitu cara bekerja para penawar?" Mark merespons. 

"Tentu. Kau mau bukti? Coba kau lihat Jeno, Mark." Jaemin yang tadi hanya duduk, beranjak mendekat hingga jarak Jaemin dan Jeno hanya bersisa satu langkah. 


Benar. 


Sama sepertinya tadi, Jeno juga tidak bisa dengan maksimal -nyaris tidak bisa- menggunakan kekuatannya. Angin yang biasa dengan mudah Ia kendalikan, kini tidak menunjukkan efek apapun. Namun, tepat saat dirasa Jaemin cukup berjarak dengan Jeno, kekuatan Jeno kembali.

Setelahnya, Mark kembali menghilang. Meninggalkan dua orang, ah maaf, tiga orang yang kebingungan melihat ekspresi Mark tepat sebelum Ia menghilang. 





𝐓𝐡𝐞 𝐁𝐢𝐝𝐝𝐞𝐫 | MarkHyuck✔Where stories live. Discover now