𝑻𝒉𝒆 𝑩𝒊𝒅𝒅

245 37 1
                                    

"Jadi ada apa? Tumben sekali kau yang membutuhkan ku lebih dulu?" 


"Diam dan duduk. Akan cukup banyak waktumu yang ku minta, Jen."


"Jadi? Selain membuatmu melemah, apalagi guna Jaemin di hidupmu?" 


Kaget. Bahkan Jeno tanpa sadar menggerakkan kepalanya ke samping. Melihat Mark lebih lekat-sedikit tersinggung.


"Wow! Mark. Kau mengagetkan ku. Pertama, sungguh tidak bisakah kau berbasa-basi? Dua, guna?  Jika Jaeminku mendengarnya, tentu Ia akan sedih. Perbaikilah caramu menyebutnya, Mark!" 


"Ck. Jawab saja."


"Kau tidak pernah tahu, Mark? Bahwa kita yang memiliki kelebihan ini, tentu diikuti kekurangan. Meski tidak pernah disampaikan, pada masanya nanti, alam akan meminta bayarannya. Kau tahu? Kita ini melewati kodrat manusia yang seharusnya. Tentu akan ada harga untuk itu. Tentang penawar. Aku tidak begitu paham sebenarnya. Karena menurutku, semua akan berbeda pada tiap manusianya. 

Pada kasusku, Jaemin mungkin terlihat tidak bisa melakukan apapun. Selain menjadi sosok manis yang membantuku melewati hari-hari ku. Bahkan, terdengar tidak membayar dengan baik, upayaku selama ini mencari dan berusaha menemukannya. Namun kau tahu, Mark? 


Hanya dalam seminggu aku tahu jawabannya. Aku bisa mengendalikan angin. Menggunakannya untuk segala hal yang ku mau. Menjadikannya kekuatan, untuk membela atau hanya sekedar bersenang-senang. Apa kau tau? Tiap kali aku menggunakannya, aku harus membayarnya dengan rasa sesak yang menganggu, tidak jarang nyaris merenggut nyawaku jika tidak bisa segera bernapas dengan benar. 


dan Jaemin sebagai penawarku.  Ia yang akan membuat ku mampu kembali bernapas. Sebatas usapan tangannya pada dadaku, membantuku dengan jauh lebih cepat, dibandingkan alat bantu pernapasan yang ku simpan. 

Mark,

kau tidak lupa 'kan? Pada saatnya nanti, kita akan kembali menjadi manusia yang seharusnya. Semua ini akan pergi meninggalkan kita. Tentu setelahnya, jika kau tidak juga menemukan penawarmu, maka segala bayaran itu akan tetap ditagih pada waktunya. 


Tidakkah kau berpikir, Mark? Jika, bisa saja untuk kasus mu, alam menyimpan segala bayaran untuk ditagih diakhir nanti?" 


Tidak. 


Mark masih belum puas. Apa yang Jeno sampaikan padanya tidak cukup meyakinkannya. Halah, hanya hal kecil seperti itu, tentu tidak akan menggoyahkannya. Terlepas, memang hingga saat ini Mark belum pernah tahu, bayaran apa atas kekuatan yang dimilikinya. 



✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧



Kini, lain lagi. Mark akan mencoba mengorek jawaban lainnya. Lucas. Sahabatnya yang lain yang juga sudah menemukan penawarnya. Bahkan, Ialah sosok pertama yang menemukan sang penawar dan menunjukkan pada semua orang yang memiliki kelebihan, bagaimana perubahan hidupnya ketika sang penawar sudah ditemukan. 


"Apa yaahh? Seingatku, Renjun yang selalu membantuku menghalau rasa dingin setelah aku menggunakan kekuatanku. Aku mulai jarang mengalami hipotermia, kau tahu itu 'kan? Bahkan bonusnya adalah ketika nanti aku tidak lagi memiliki kekuatan ini, Renjunlah satu-satunya orang yang akan tetap setia di sampingku. Takdirnya sebagai penawar tidak hanya berbatas pada kekuatan ku. Tapi juga hidupku. 


Tanpa kuminta, Ia akan dengan senang hati berbagi hal yang paling berharga di hidupnya, untuk tetap membuatku bertahan hidup. Renjunku, telah mengorbankan suara indahnya untuk ditukar dengan permintaanku. 


Aku, meminta pada dewa tepat dimalam ketiga puluh yang kulewati bersamanya. Aku sudah membulatkan tekadku, meminta pada Sang Dewa untuk menarik kembali kelebihan-kekuatan-yang Ia titipkan padaku. Setelahnya, aku menemukan Renjunku tidak lagi mampu bersenandung seperti biasanya. Tenggorokannya akan sangat sakit, kala Ia memaksa dirinya bernyanyi. Tapi, setelahnya aku sadar. Itu adalah harga atas pintaku pada Sang Dewa. 


dan aku bisa hidup bebas seperti yang kau lihat.
 

Penawarku memberikan ku hal yang jauh lebih berharga dari kekuatan itu. Kehadirannya, memang hanya satu jiwa dalam satu raga yang rapuh. Tapi jauh dari itu, si rapuh inilah yang memberikan segala penawar  dari segala hal yang ku inginkan. Rasa sesak, karena aku masih belum bisa melepas kematian kakakku, perlahan memudar. Titik kecil gelap di hatiku, perlahan sembuh seiring aku melibatkannya dalam hidupku. Kau tahu, Mark? Para penawar tidak hanya sekedar penawar.

Aku tidak lagi dicari orang-orang. Atau, kita bisa menggunakan kata dimanfaatkan di sini. 

Ah, maaf aku lupa. Kalau kau akan selalu meminta bayaran pada mereka. Tentu alasanku tidak cukup kuat untuk merobohkan hatimu yang tinggi itu, bukan?  


Percayalah Mark. Setiap manusia memiliki titik kecil gelap itu dalam hatinya. Tidak semua hal mampu kau atasi sendiri. Terkadang, kala titik kecil gelap itu tidak juga memudar. Berhak bagi kita untuk meminta bantuan. Bantuan juga tidak akan serta merta datang, kau perlu menurunkan egomu, melembutkan sorot matamu, juga mengulurkan tanganmu. Karenanya, mereka akan paham, kalau kau juga butuh bantuan."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐓𝐡𝐞 𝐁𝐢𝐝𝐝𝐞𝐫 | MarkHyuck✔Where stories live. Discover now