𝑻𝒉𝒆 𝑩𝒊𝒅𝒅𝒆

231 35 0
                                    

Bodoh

Miris sekali kehidupan mereka yang terlahir menjadi penawar itu. Tidak berguna, bodoh dan mengorbankan hidup, demi manusia lain yang katanya berupaya untuk menemukannya. Hanya dibayar dengan ditampung hidupnya, mereka mau berkorban sejauh itu. 


Sungguh bodoh

Tidak habis pikir Mark dibuatnya. 


Sudah lewat berbulan-bulan, sejak Mark yang nyaris saja akan mengalah pada pikiran bodohnya. Mark tetap menjalani harinya seperti biasa. Bekerja untuk orang-orang yang membayarnya, di samping kehidupan normalnya selayak manusia pada umumnya. 



✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧



Kembali pulang kerumahnya, Ia disambut oleh dua wajah yang familiar, namun kali ini dihiasi raut tegang. Tertebak. Apa yang akan terjadi selanjutnya.


"Mark..." Taeyong mencoba membuka pembicaraan. 


"Tidak perlu. Pergilah jika kau merasa sudah waktunya untuk pergi. Tidak perlu perdulikan aku. Aku baik." 


Setelahnya Mark  melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya. Sedikit kesal sebetulnya. Karena baru tiga hari yang lalu Jeno menemuinya untuk berpamitan dengannya. Membawa Jaemin di sisinya. Ia bilang, Ia akan melanjutkan hidupnya di belahan dunia lain. Terlihat, bahwa Jaemin yang memang tidak begitu Ia perhatikan, kehilangan fungsi tangan kanannya. Terlihat, bahwa bayaran yang harus ditanggungnya adalah kehilangan keahliannya dalam melakukan segala hal yang Jaemin sukai. Jaemin, tidak lagi dengan bebas mampu mencoba membuat resep-resep baru untuk cafe dan resto yang dikelolanya. Bukankah itu sungguh, bodoh


Tersentuh oleh ingatannya tentang Jeno, menyadarkan Mark akan kakaknya. Lantas apa yang menjadi bayaran bagi kakaknya itu? 


Tergesa, berharap masih mampu untuk menemukan kakaknya di sekitar rumah. Mark mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru rumah, selagi kakinya membawanya berlari kehalaman rumah. 


Dia tidak terlambat. 


Terlihat, Jaehyun yang sedang bersiap untuk memasuki kursi kemudi. Menghentikan pergerakannya, kala Ia menangkap sosok Mark berlari menujunya-menuju Taeyong tepatnya. 


"Kau.... Apa yang hilang?" Dengan kasar, tangan Mark membuka pintu kemudi lantas menyuarakan pertanyaannya pada Taeyong, kakaknya. 


"Kau menyadarinya, Mark?"


"Tidak. Aku tidak tau, dan tidak memperhatikan. Hanya aku kepikiran akan hal itu."


"Ah..., 

Aku kehilangan kedua kakiku Mark. Kau tau? Aku sangat suka dance. Itulah bayaranku. Kau tak apa 'kan, jika menjadi adik dari sosok yang lumpuh?" 


Mark yang sedang berlutut di hadapan Taeyong membeku. Perlahan, dengan tangan yang bergetar, Mark menyentuh kedua kaki Taeyong yang tertekuk dalam posisi duduk. Menahan napasnya, kala Ia merasakan rasa sesak itu menguasai tubuhnya. 


"Ke-kenapa? Kenapa kau harus menjadi salah satu si bodoh itu? Dance adalah passionmu sejak dulu. Kenapa dengan mudah kau merelakan itu, hanya untuk laki-laki yang entah!  Apakah Ia akan menghargai pengorbananmu ini atau tidak. Kau. Kenapa kau harus begitu bodoh, hyung?"


Tidak ada jawaban atas rentetan kalimat yang diucapkan Mark. Kedua pria yang berada dalam mobil itu hanya memilih bungkam. Dengan cabang pikiran yang berbeda muaranya. Taeyong, dengan setumpuk rasa bersalah, dan bingung akan bagaimana Ia menyampaikan pada adiknya perihal hatinya. Sedang Jaehyun, dengan keacuhannya akan ucapan Mark dan rentetan upaya yang sudah Ia list, guna mengambil alih pengorbanan itu dengan kasih sayang dan segala bayaran lain yang sudah disiapkannya. 


"Baik. Kau tidak perlu menjelaskan apapun padaku. Pergilah dengannya. Kembalilah kapan pun kamu mau. Pintu tidak akan pernah kututup untukmu. Dan dia. 


Dan kau. Pastikan setiap rencana yang menurutmu sudah matang itu, setimpal dengan pengorbanan kakakku. Karena aku akan merebutnya kembali, tepat disatu tetes air mata kecewanya turun akibat ulahmu. 

Kalian berdua berhati-hatilah. Hubungi aku segera, dan kirimkan alamat baru kalian padaku."


Dengan ditutupnya pintu tempat Taeyong duduk, mobil itu mulai bising dengan deru mesinnya. Keempat roda itu membawa kerangka besi beratap itu menjauh. Perlahan mengecil seiring jarak yang melebar. 







Aku akan sangat merindukanmu, hyung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku akan sangat merindukanmu, hyung

Dan...

Sungguh, aku benci rasa sepi ini akan kembali menjadi temanku, hyung.




𝐓𝐡𝐞 𝐁𝐢𝐝𝐝𝐞𝐫 | MarkHyuck✔Where stories live. Discover now