🕊️

279 43 8
                                    

Namanya Haechan. 

Pria mungil dengan mata bambi. Pipi gembil, yang dihiasi oleh rasi ursa minor. Tubuhnya diberi warna tan yang akan memberikan keindahan tersendiri, kala diterpa cahaya mentari. Suaranya yang indah, dan tidak bisa dibandingkan dengan suara indah manapun.


Kata Jaemin, dan Renjun setuju, bahwa indah itu Haechan. 



✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧



Sosok mungil, yang selama ini setia menemani Jaemin kala menunggu masanya untuk dijemput. Menjadi teman kecil Renjun. Juga terlahir menjadi adik kandung Jaehyun. 

Berkali-kali alam membuatnya berpapasan dengan takdirnya, Mark. Berkali-kali pula, Ia bersitatap dengan sosok itu. Tapi sepertinya, sosok mungilnya tidak sekalipun diproses sebagai impuls penting, yang akan disimpan dalam memori milik Mark. Karena mirisnya, berkali-kali itu kerap berulang menjadi pertama kali. 


"Jaem, aku melihatnya. Dia tampan. Kulitnya pucat. Dia sangat kuat. Aku melihat bagaimana dia melawan orang-orang itu, dengan tangan kurusnya. Waahhh, rasanya pasti akan membahagiakan 'kan, kalau suatu hari nanti, ketika aku kehilangan satu kemampuan tubuhku, tangan itu yang akan dengan setia menopangku. Menjadi sandaran untukku." 


Itu ceritanya, kali pertama melihat sosok Mark dari jauh. 


"Jaemin Jeno! Apakah dia menanyakan siapa aku? Bukankah tadi Ia melihat ke arahku? Waaah mendengar suaranya dari dekat, benar-benar sangat menenangkan. Suaranya berat! Sangat mendominasi. Tidak seperti suara ku. 

Hei? Kenapa kalian hanya diam? Apa aku mengucapkan kata yang tidak seharusnya?"


Itu ceritanya, kala Ia melihat sosok Mark sangat dekat dengannya. Hanya berjarak sekian langkah kaki dari tempatnya berpijak. 


"JAEM! Kamu tahu? aku berada dipelukannya tadi. Dadanya bidang! Uuuuww bukankah nanti aku juga bisa sepertimu? Merebahkan tubuhku, pada dada bidang sexy itu! Juga bisa pamer padamu, bagaimana rasanya direngkuh untuk menyalurkan kasih sayang tanpa kata. AH! Pokoknya jika nanti Ia sudah mau menemuiku, kalian tidak boleh langsung pergi, ya? Tonton aku pamer dulu, oke?"


Itu ceritanya, tentang bagaimana Ia nyaris ditemukan. 


"Jaem.... Aku mendengarnya. Maafkan aku, sungguh maafkan aku. Karena aku, Jeno jadi harus menampungku lagi sementara waktu. Mungkin, harusnya saat itu aku muncul. Memutus pembicaraan mereka, dan menunjukkan kalau aku berguna. Penawar yang bisa membantunya meredakan apapun yang menganggunya. Tidak hanya membuatnya lemah. 

Aku a-ku juga ingin punya sosok yang mengharapkan kehadiranku dihari-harinya."


Iya. Itu ceritanya, kala hari itu Jeno dengan semangat membawanya untuk memberi kejutan pada Mark. Bahwa penawarnya sudah begitu dekat dengannya. Kejutan, yah?


"Beritahu aku di mana rumahnya. Aku berjanji, aku tidak akan membuat keributan. Cukup biarkan aku menyuarakan doaku di bawah jendela kamarnya. Aku akan meminta pada Sang Dewa, untuk segera menagih bayaran itu. Aku siap dengan segala resikonya. Aku hanya tidak suka melihatnya tidak lagi bebas seperti biasanya. Aku tidak suka. saat aku tidak bisa lagi melihat senyumnya dari tempatku berpijak. Aku tidak suka, tidak bisa lagi melihat raut bahagia dan puas, kala Ia berhasil melewati hari-harinya. Mencapai targetnya. Kumohon.."


Malam Mark mendapatkan kembali kebebasannya, menjadi hari terkhir bagi Jeno juga Jaemin melihat indahnya binar yang terpancar dari mata bambi itu. Menjadi hari terakhir bagi Renjun, untuk bisa mendengar suara indah yang tidak bisa digantikan itu. Juga, hari terakhir bagi Jaehyun untuk bisa mengajak adiknya itu bertukar kata dalam percakapan. 


Ya, bayaran yang sangat mahal untuk si penawar. 

Karena sampai akhirnya pun, Ia tidak juga ditemui. Tidak jua diharapkan hadirnya. 



Tanpa bisa berlama-lama larut dalam kesedihan, tiga ponsel dari tujuh manusia itu berbunyi. Bersamaan, dengan pesan dari sosok yang baru saja mendapatkan kembali kebebasannya. Tanpa tahu, apa yang sudah sang penawar korbankan untuknya. 







Pun, setelah hari itu, tidak ada yang tau kemana menghilangnya si manis, Haechan. 


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧



"Dewa, terima kasih atas kemurahan Hati-Mu. Sampai harinya nanti, biarkan aku terbaring sendiri di sini. Tolong, jauhkan semua orang dariku. Juga, biarkan aku seorang diri memandang jauh ke arahnya dari sini, sembari menunggu waktuku."




E N D.

𝐓𝐡𝐞 𝐁𝐢𝐝𝐝𝐞𝐫 | MarkHyuck✔Where stories live. Discover now