Mitos-mitos yang Dipercaya Orang Korea

52 2 0
                                    

Sebagai negara yang menjunjung tinggi tradisi warisan nenek moyang, mitos menjadi sesuatu yang tak asing bagi masyarakat Korea.

Tak berbeda dengan di Indonesia, mitos yang diyakini kadang jauh dari logika, atau bahkan sama sekali tak bisa diterima akal sehat.

- Angka empat
Mitos ini berasal dari China. Bahwa angka empat merupakan angka sial yang berhubungan dengan kematian. Itulah sebabnya angka empat menjadi angka yang sangat dihindari di Korea. Jadi jangan heran ketika tak menemukan angka empat pada deretan simboldi lift.

- Tinta merah
Menulis nama orang dengan tinta merah dianggap mendoakan kematian untuknya. Meski saat ini kepercayaan pada mitos ini mulai berkurang, tapi menuliskan nama dengan tinta merah sebisa mungkin masih dihindari.
Di Indonesia sendiri, ada yang bilang kalau menulis dengan tinta merah tandanya marah atau tidak suka. Contohnya Bu Guru atau Pak Guru, kasih nilai merah karena marah atau tak suka kalau muridnya nggak memperhatikan. Nilainya jadi jelek kan?

- Hadiah sepatu
Di Korea, memberi hadiah pada teman dekat atau pacar tak boleh sembarangan. Hadiah berupa sepatu menjadi salah satu hal yang 'terlarang' di sana. Mereka yakin, memberi sepatu pada orang yang istimewa akan membuatnya melangkah dan menjauh dari kita.
Kalau ini menjadi mitos di negara kita, mungkin kita cuma bisa nyanyi, *Pergilah kasih kejarlah keinginanmu.*

- Makan makanan yang lengket
Makan makanan yang lengket, seperti misalnya permen, diyakini akan membuat informasi atau pengetahuan menempel juga di kepala. Begitulah mitos yang dipercaya orang Korea.
Kalau lagi ujian, mungkin mereka belajarnya sambil makan permen kali ya?

- Sup rumput laut
Di Korea, sup rumput laut atau miyeokguk adalah makanan yang menjadi menu wajib saat ulang tahun. Tetapi ada waktu-waktu tertentu yang dipercaya harus menghindari makan sup rumput laut. Misalnya saat ujian. Konon katanya, sup rumput laut yang licin bisa membuat kamu terpeleset dan sial.
Mungkin kebalikan dari makanan lengket, sup rumput laut bisa bikin ingatanmu berjatuhan saking licinnya.

- Pindah rumah
Pindah rumah bagi orang Korea tak bisa sembarangan begitu saja. Harus menentukan tanggal atau hari baik. Kalau tidak begitu, dipercaya rumah yang ditempati akan penuh dengan kesialan.
Kalau ini sih di Indonesia juga banyak ya?

- Mencuci rambut
Mencuci rambut adalah salah satu cara untuk menjaga kebersihan badan dan membuat nyaman. Tetapi membersihkan rambut saat tahun baru di Korea, diyakini akan membersihkan pula keberuntunganmu alias bablas habis tak bersisa.
Duh, kalau beneran kan ngeri.

- Bersiul di malam hari
Salah satu mitos yang dikenal di Korea adalah, bahwa bersiul di malam hari bisa mengundang ular untuk mendatangimu.
Apakah semakin keras siulannya, semakin besar pula ular yang mendatangi? Hemm....

- Potong kuku
Orang Korea sangat yakin jika memotong kuku pada malam hari, maka tikus akan memakan potongan kuku itu, lalu dia akan berubah menjadi manusia yang terlihat sama seperti si pemilik kuku. Kemudian si tikus akan mencuri identitas dan jiwa anda.
Jadi ingat kata nenek, kalau potong kuku di malam hari itu pamali.

- Gaun putih
Menghadiri undangan pernikahan di Korea? Hindari menggunakan gaun warna putih. Kabarnya, gaun putih hanya boleh dipakai oleh pengantin perempuan saja. Tamu yang memakai gaun warna putih akan dianggap tidak sopan dan kurang baik.
Sebenarnya, alasan ini bisa diterima sih. Jadi, masih masuk mitos atau bukan nih?

Wah, ternyata banyak juga ya mitos-mitos yang menjadi keyakinan bagi orang Korea dan masih dipercaya hingga saat ini.

Sebenarnya, ketika coba dipikir dengan logika, ada sebagian mitos yang bisa diterima nalar jika saja penjelasan yang diperoleh dari nenek moyang juga lebih detail dan spesifik

Di Indonesia sendiri, mitos-mitos seperti ini juga banyak dan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sampai saat ini, terutama mereka yang sudah berusia lanjut, seperti kakek nenek kita misalnya.

Beberapa yang saya ingat tentang mitos dan nenek saya antara lain,
Nggak boleh makan di tengah akses jalan atau pintu.
Alasannya nggak pernah dijelaskan secara spesifik. Mbah putri cuma bilang "Ora ilok." Atau kalau Nini bilangnya "Pamali". Intinya sih tidak pantas atau tidak baik.
Sebenarnya kalau dipikir dengan logika, yang dikatakan nenek kita itu ada benarnya. Makan di area yang menjadi akses jalan, selain menutupi dan menghambat mereka yang akan lewat, juga berpotensi makanan yang sedang kita pegang tersenggol dan tumpah. Yang rugi kita sendiri kan? Sudahlah harus terganggu makannya, masih ketambahan pekerjaan untuk membersihkan tumpahannya pula.

Anak zaman now mungkin tak lagi ambil pusing dengan mitos. Sebab mereka sudah lebih dulu tahu bahwa hal-hal semacam itu terdengar lebih tidak bisa diterima akal. Maka menjelaskan dengan sesuatu yang masuk logikanya mungkin jauh lebih baik daripada sekadar mempercayainya begitu saja.

***

Catatan:

* Ditulis berdasarkan topik riset RAWS Batch 2 nomor 12, mitos di negara lain

* Referensi:
- https://lifestyle.okezone.com/amp/2018/11/26/196/1982731/13-takhayul-korea-yang-masih-dipercaya-beberapa-mirip-di-indonesia?page=2
- https://www.viva.co.id/amp/gaya-hidup/inspirasi-unik/1212735-10-mitos-kuno-dan-super-aneh-yang-dipercaya-orang-korea?page=3&utm_medium=page-3
- diakses pada tanggal 30 November 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang